"Baik pemirsa, delapan tahun dunia hidup damai dengan virus mematikan. Namun, Tim ABC menemukan sebuah fakta baru bahwa virus tawa mematikan ini telah bermutasi," lapor Rian dalam siaran langsungnya dari lokasi kejadian.
Tiba-tiba, seorang pasien yang berjalan dengan terhuyung-huyung mendekat. Dia menyeret kakinya di lantai dan tanpa mengangkat sepatu kusam yang ternodai bercak merah pula.
"Rian, kembali ke studio! Tampaknya situasi di lapangan semakin genting," terdengar suara seseorang dari belakang.
Pasien itu semakin mendekat dan nampak terlihat seperti zombie. Mutasi virus yang mematikan ini lebih menyeramkan daripada delapan tahun lalu, ketika virus pertama kali muncul dan dianggap sebagai konspirasi bisnis yang manis.
"Rian, ulangi, kembali ke studio!" seru orang yang memanggil Rian dari belakang.
Dengan hati berat, Rian meninggalkan tempat kejadian untuk kembali ke studio dan memberikan update terbaru tentang situasi di lapangan.
"Rian!"
"Rian!!!"
Teriakan itu mengagetkan reporter bernama Rian yang tengah memandangi kamera untuk siaran langsung. Seorang pasien tiba-tiba mendekatinya dengan langkah tergopoh-gopoh. Rian dan kameramen panik, mencoba menghindar, tapi terlambat. Pasien itu memuntahkan cairan merah kental dan berlendir ke wajah mereka. Keduanya basah kuyub. Tidak masuk akal, bagaimana bisa cairan itu keluar dari mulut dengan amat banyak hanya dalam satu kali pompa saja. Sementara pasien itu jatuh dan tidak sadarkan diri.
Di dalam sebuah rumah sederhana, televisi kehilangan sinyal saat itu juga. Laporan Breaking News dari Media ABC pun akhirnya terputus, tepat saat sang reporter itu menjerit-jerit histeris.
"Wah, di luar tampaknya sudah semakin genting ya, Win," kata seorang suami kepada pasangannya, yang tengah menikmati hidangan makan siang.
Belum diketahui pasti, apa dampak yang terjadi dari virus bermutasi ini. Belakangan diketahui hampir sembilan puluh persen pasien yang terpapar virus itu tewas mengenaskan. Tiga puluh persen di antaranya ditembak mati usai mengeluarkan cairan merah pekat.
Di ruang tengah dalam rumah itu, pasangan muda yang baru saja menikah pekan lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
Televisi yang sebelumnya kehilangan sinyal seketika hidup kembali. "Mohon maaf, pemirsa. Dari studio ABC TV kami menyampaikan belasungkawa atas rekan kami, sang reporter, serta kameramen yang diketahui tewas terpapar virus tawa ini di pusat kesehatan pemerintah. Saat ini kami akan melaporkan liputan eksklusif di pusat penelitian milik pemerintah. Baik, Dr. Samuel, kami persilahkan."
"Kami telah menguji sampel virus tawa ini, dan perlu diketahui masyarakat bahwa virus ini telah bermutasi menjadi dua, virus A dan virus B, yang mana dampaknya pada pasien yang terpapar virus A akan tidak sadarkan diri usai memuntahkan darah, bahkan berujung kematian."
"Sebentar pak, barusan Anda menyebutkan bahwa virus ini bermutasi menjadi dua jenis, apakah yang Anda maksud virus B merupakan virus yang sama dari sebelumnya?" tanya presenter.
"Tidak. Sejauh ini kami tidak mendapatkan bahwa virus sebelumnya masih ada. Setelah bermutasi, virus lama akan mati. Kami sedang menguji lebih dalam virus B yang merupakan hasil mutasi ini. Beberapa data yang kami terima, sampel virus model B membuat pengidapnya menjadi seperti zombie, tidak sadarkan diri, dengan halusinasi yang sangat-sangat tinggi."
Sementara laporan terus berlangsung, di tengah makan malam yang sunyi, Win memberikan pujian pada masakan sang istri. "Masakanmu enak, Win. Dagingnya empuk dan segar."
Namun sayangnya, pujian tersebut tidak dijawab oleh sang istri. Win tidak memperdulikan respons tersebut dan melanjutkan untuk menikmati makanannya sambil tertawa. Namun, tiba-tiba ia menemukan isterinya yang tak sadarkan diri dengan mulut berlumur darah.