"Pelajar di daerah pinggiran Kabupaten Jayawijaya, Papua, baru bisa membaca setelah berada di kelas IV sekolah dasar (SD). Kondisi ini berbeda dengan siswa siswi yang berada di Kota Wamena" begitu petikan berita pendidikan yang saya baca pada media online, dan rupanya memancing salah seorang senior mengomentari postingan tersebut dengan tanggapan bahwa ini menjadi salah satu masalah awal, berdampak pada rendahnya daya saing yang kemudian memicu kecemburuan sosial. Berita itu membuat saya membayangkan banyak hal ikutan lainnya yang pada mulanya disebabkan oleh tidak lancar membaca, serta tak tumbuhnya budaya membaca.