Lalu sesuai judul yang gw buat, apa yang harus gw lakuin kalo emang bener-bener kebelet?
1. Gw harus turun di halte terdekat dan keluar dari halte untuk mencari toilet publik, dimana? Opsinya yg pertama adalah pom bensin, yg kedua adalah pusat perbelanjaan, lalu yang ketiga adalah minimarket
2. Gw cari botol kosong  sebagai urinoir (khusus buat cowok) dan mulai observasi tempat-tempat dimana gw bisa menyalurkan seluruh amunisi yang gw punya.
3. (Tidak disarankan, tetapi menjadi pilihan yang begitu mudah untuk dijalankan) Gw cari pojokan-pojokan gelap beraroma pesing yang memang pada dasarnya dijadikan "toilet" darurat oleh sebagian kalangan.
Secara singkat gw mulai observasi mengenai keberadaan dan perencanaan kebaradaan toilet di halte transjakarta ini, tahun lalu sudah ada pembahasan dari mantan gubernur DKI Jakarta yang sekarang sudah naik pangkat menjadi presiden RI, pembahasannya adalah tidak perlu ditambahkan toilet di setiap halte transjakarta, nanti akan menjadi bau semua halte transjakarta karena setiap toilet umum biasanya bau dan tidak terawat (tanya kenapa?). Mungkin bapak ini harus mencoba naik transjakarta tanpa pengawalan pada jam-jam sibuk agar tau mengapa toilet umum adalah hal yang esensial untuk kelengkapan fasilitas publik, terlepas masa depan toilet itu akan seperti apa, itu merupakan tanggung jawab bersama sesuai fungsinya yaitu menjaga, merawat dan membersihkan. Bukan begitu pak?
Lalu pembahasan lainnya oleh wakil gubernur DKI Jakarta yang sekarang sudah naik pangkat menjadi gubernur, ini dibahas juga sudah setahun yang lalu. Beliau menyampaikan perlu adanya toilet umum di setiap halte trans jakarta dan katanya sudah menghubungi pihak transjakarta yang mempunyai otoritas untuk menambahkan toilet umum tersebut. Setahun sudah namun belum ada bukti nyata berupa toilet umum di setiap halte transjakarta.
Pembahasan terakhir adalah bulan kemarin oleh pimpinan transjakarta sendiri, kali ini begitu indah kedengarannya, setiap halte transjakarta akan dilengkapi toilet dan cafe, dan ada 215 halte yang akan di renovasi dan diubah menjadi tingkat 2. Dan percontohannya akan di lakukan di halte Harmoni. Mari kita lihat dan pantau terus realisasinya.
Menurut gw seharusnya sebagai BUMD, pihak transjakarta bisa secara langsung tanpa terbelit birokrasi perizinan dan persetujuan untuk penambahan fasilitas toilet umum di setiap haltenya. Karena hal ini merupakan sesuatu yang esensial untuk pengguna transjakarta itu sendiri, dan juga karyawan transjakarta.
Masalah pembiayaan? Nah ini dia yang menarik, setelah gw perhatikan, disetiap halte transjakarta ada penambahan media-media iklan baik elektronik, semi elektronik maupun cetak dan sudah banyak pihak-pihak yang memasang iklan pada media tersebut yang kisaran harganya mencapai 100-200 juta sebulan (?). Nah sedangkan kisaran harga toilet portable yang ada di pasaran sekitar 20-50jt per satu unitnya, kalau beli banyak biasanya sih lebih murah lagi. Dengan asumsi biaya operasional toilet 3jt perbulan untuk penjaga toilet dan 2jt perbulan untuk air dan pembersih toilet, gw kira sangat lebih dari cukup untuk pengadaan toilet umum disetiap halte transjakarta tanpa mengurangi jatah pemasukan dari tiket penumpang dan subsidi dari pemerintah. Terus apalagi kira-kira hambatannya ya? Apa pembagian internal roti toiletnya masih belom adil? Hehe.
Nah itu adalah solusi singkat yang bisa gw jabarkan ketika ada yang kebelet di transjakarta. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan evaluasi untuk pihak yang mempunyai otoritas untuk menambahkan setidaknya toilet portable pada setiap halte transjakarta yang ada.
Ayo dong pak bu segera direalisasikan, nungguin apa lagi? Banyak yang kebelet tuuuuh.
salam,,
Daymas Arangga Radiandra