Pemuda dan peradaban merupakan dwi tunggal yang tidak dapat terpisahkan, peran strategisnya menjadikan kaum muda sebagai ujung tombak dalam goresan-goresan sejarah. Dari segi keindonesiaan, tahun 1928 merupakan momen penting bagi pemuda dalam penegasan bahwa pemudalah pengemban amanah `obor peradaban` dengan berlandaskan keintelektualan dan idealisme serta konsistensi dalam keberpihakan pada kebenaran. Keintelektualannyalah mampu membangunkan kesadaran solutif dalam berbagai kompleksitas problematika sejalan dengan kebutuhan dan tantangan zaman.