Saat SD, saya termasuk salah satu siswa yang nggak mencantumkan cita-cita "dokter" dan "insinyur". Buat saya, jadi dokter atau insinyur itu nggak menarik. Seingat saya, di lulusan angkatan saya, hanya saya yg menulis "tour guide" dan "jurnalis".
Hingga tahun-tahun pertama kerja, cita-cita itu hanya angan-angan. Sebagai mayoritas anak milenial, nurut saja maunya orang tua. Orang tua waktu itu mengarahkan saya menjadi akuntan. Meski tidak menolak secara keras cita-cita saya, bapak membujuk saya dengan cara mengajukan plus minus pilihan saya dan pilihannya.