Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menuliskan Ide: Cerpen

14 Oktober 2010   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:25 466 0

Tolong aku diajarin nulis cerpen dong.

Kamu datang kepada orang yang salah, Non. Aku bukan seorang penulis cerpen seperti yang kamu harapkan.

Kamu ‘kan juga pernah nulis cerpen? Cerpen kamu ‘Linda si Kuntilanak (Kelabu)’ dan ‘Cinta di Hati Saja’ itu bagus lho.

Itu cerpen abal-abal alias cerpen sampah. Seharusnya kamu belajar dari Winda Krisnadefa. Dia sudah menulis seri ‘Resep si Onis’ dan banyak cerpen lain. Cerpen Winda yang paling saya suka adalah ‘Sedetik Yang Lalu’ dan yang belum lama ini dipublish ‘Addict’ yang seharusnya ditulis Addicted.

Koq, bisa ya Winda nulis cerpen-cerpen hebat begitu?

Winda memiliki ‘wit’ yaitu ‘kecerdasan atau kepekaan’. Dan, itulah yang harus kamu miliki juga jika kamu ingin menulis cerpen atau menulis apapun. Jadi, tidak cukup hanya bisa merangkai kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi paragraf.

Kepekaan? Bagaimana supaya kita bisa memiliki kepekaan?

Itu tidak bisa diajarkan, tetapi dilatih, diasah.

Jadi, maksudmu kepekaan adalah langkah pertama untuk menulis cerpen?

Bukan! Kepekaan adalah modal dasar, belum merupakan langkah.

Lantas, langkah pertamanya?

Baca cerpen sebanyak-banyaknya.

Oke. Saya sudah membaca lebih dari seratus cerpen.

Masih kurang! Jangan merasa puas dan sudah mengerti seluk beluk cerpen hanya dari membaca lebih dari seratus cerpen. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Kemudian, kamu menentukan gaya penulisan cerpenmu sendiri.

Apakah tidak boleh meniru gaya orang lain?

Tidak ada larangan. Banyak penulis yang pada awalnya meniru atau terpengaruh gaya penulisan orang lain. Serial Imung karya Arswendo Atmowiloto, diakui atau tidak, gayanya mirip dengan Sherlock Holmes karya Sir Conan Doyle.

Koq kamu tahu banyak?

Nggak juga. Yang aku tahu cuma itu saja. Hoahoahoahoa. Baiklah, masalah gaya penulisanmu mungkin akan berkembang seiring seringnya kamu menulis. Nah, sekarang kamu harus menentukan thema.

Cinta.

Hmm!

Koq, hmm? Kenapa dengan thema cinta? Apakah aneh kalau kita menulis cerpen dengan thema cinta?

Seperti aku katakan tempo hari, thema itu harus kamu kembangkan. Apakah kamu akan menulis cinta segitiga, cinta lingkaran, putus cinta, cinta monyet, cinta abadi, ….

Itu dia! Cinta monyet! Aku pengin nulis cerpen dengan thema cinta monyet.

Baiklah. Buatlah sinopsis-nya dulu.

Sinopsis? Apa itu?

Sebangsa sosis! RING-KAS-AN CE-RI-TA!!

Ouh. Jangan es-mo-si gitu dong. Aku ‘kan memang belum tahu. Baiklah, begini sisosisnya. Erlinda mencintai Jack. Dia selalu menuliskan perasaanya pada Jack dalam buku hariaanya. Dia selalu merasa senang berada didekat Jack, dan dia yakin Jack juga senang berada didekatnya. Suatu ketika Erlinda minta ijin kepada orang tuanya untuk pergi jalan-lajan dengan Jack, tetapi orang tuanya sangat marah. Erlinda sering mentraktir Jack. Dia sering membelikan Jack makanan kesukaanya. Jack sangat senang makan pisang. Jack adalah seekor monyet, dan ….

Hoahoahoahoa. Bagus!! Dua hal yang aku sarankan. Pertama, buatlah ceritanya semakin dramatis. Misalnya, orang tuanya berusaha memisahkan keduanya, Akibatnya, Erlinda sakit dan selalu mengigau memanggil nama Jack. Kedua, kamu harus memperhatikan kaidah bahasa Indonesia. Perhatikan penulisan: perasaannya, buku hariannya, kesukaannya. Mentraktir itu seharusnya menraktir (tetapi ini aku belum yakin, cek di kamus), seperti juga menangkap bukan mentangkap, menampar bukan mentampar. Dan, perhatikan awalan ‘di’, di dekat bukan didekat, dipukul bukan di pukul. Selebihnya, kamu sudah siap menjadi penulis cerpen. Selamat menulis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun