Saya, anda, teman, keluarga, orang tua, bahkan pembesar agamapun tak lepas dengan sifat MENGELUH.
Tiba di Bandara pukul 09.00 pagi yang cerah, terlalu dini untuk terbang landas pukul 11.25, bukan karena jalanan sepi atau pengemudi taxi yang menancap gas, tetapi memang karena saya juluki diri saya Mr. Too Fast
Alhamdulilah, karena terlalu cepat saya tiba di bandara jadi ada hikmahnya saya bisa menulis kisah dari pengemudi taxi BB wanita sabar yang tegar menjalani hidupnya.
Setengah mengantuk saya memang sengaja tidak membuka percakapan dengannya, sementara di dalam hati kecil saya sudah terkesima dan bergejolak ingin menanyakan apa yang membuatnya memilih pekerjaan ini. Bukan hal aneh mungkin di sebagian negara maju untuk pekerjaan semacam ini untuk seorang wanita.
Kisah dia sampai membuat saya lupa mengurus bebas fiskal dan mengisi kartu imigrasi sehingga diingatkan petugas bebas fiskal dan imigrasi.
Inilah kisahnya:
Setengah dari perjalanan saya mulai menyapa:
Very: Ibu, apa yang membawa Ibu untuk memilih pekerjaan ini?
Ibu JS: Sebelum ini saya berbisnis membuat kue pak, karena kedua anak saya mau masuk SMA dan SMP, saya terpaksa menjual peralatan - peralatan itu untuk mereka sekolah.
Very: jadi ibu pilih pekerjaan ini agar supaya bisa kumpulkan modal untuk kembali membeli peralatan pembuat kue?
Ibu JS: keinginan seperti itu pak, tapi peralatan sudah tidak terbeli dengan harga sekarang.
Very: pemasukan mana yang lebih bagus ibu?
Ibu JS: hampir sama, hanya untuk even - even tertentu seperti lebaran, natal dan sejenisnya, pesanan banyak pak.....(walaupun kurang tepat menyebut kata event - event) tetapi saya tetap terpesona dengan tutur bahasanya yang berpendidikan dan sangat lebih sopan dibandingkan pramugari - pramugari di maskapai terbesar di negara kita.
Pembicaraan berlanjut, tetap dengan bahasa yang halus dan sopan dia bercerita lagi.
Setahun ini dia menjalani profesi tersebut, karena menurutnya di usianya yang sekarang dia agak menemukan kesulitan untuk melamar di kantoran, belum lagi biaya dandan baju dan bedak, katanya. Lagipula, bila anak saya yang masih kecil berusia 4 tahun perlu saya, saya bisa langsung pulang walau dengan konsekuensi berkurang pendapatan. Tahun 2007 suaminya dipanggil Tuhan karena serangan jantung. Setelah menikah dia memeluk agama Islam, dengan latar belakang keluarga Protestan yang taat, dia terasingkan dari keluarganya, hingga detik ini. Dia hanya hidup bersama keempat anaknya, dengan penuh semangat dan perjuangan. Saat anak saya sakit dan perlu uang, saya sempat bingung mau cari pinjaman kemana? Dengan kondisi tinggal di rumah petak satu bulan tiga ratus ribu rupiah, apakah mungkin saya mengembalikan hutang yang saya pinjam? Tapi Allah sayang saya, salah satu pelanggan saya tiba - tiba menelepon dan memberikan sedekahnya. Alhamdulilah katanya! Saya tetap bersyukur dan bersyukur atas yang saya jalani, saya percaya pilihan hidup saya suatu saat akan membawa nikmat dan berkah.
Tidak ada satupun keluarganya yang mengunjunginya, tidak ada orang keenam atau ketujuh apalagi kedelapan, mereka hanya berlima berjuang menempuh kerasnya hidup kota Jakarta.
Mudah - mudahan Allah selalu melindungi ibu dan anak - anak Ibu.
Masihkan anda mengeluh? Saat renovasi rumah tidak berjalan lancar? Sementara ibu JS tinggal di rumah petak dengan keempat anaknya?
Masihkah anda mengeluh? Saat kemacetan melanda dan ibu JS bergelut tiap hari dengannya?
Masihkan anda mengeluh? Saat tidak terbeli sebuah iPad atau tas mahal? Masihkah anda mengeluh? Saat anda tidak bisa tidur karena hal sepele yang menimpa anda?
Masihkan anda mengeluh? Saat masih mendapat pemasukan yang cukup lumayan tetapi membenci pekerjaan yang anda jalani?
Bahagia rasanya bisa berbagi kisah dengan orang - orang seperti ini, semoga dilapangkan rejeki bapak, dia berucap setibanya kami di bandara.
Kamipun bertukar doa.........
Sampaikan salam saya untuk anak - anak ya, bilang mereka harus sayang ibunya.......
::::::::Terimakasih ya Allah::::::::
DAVID V OTHMAN