Suatu hari, Finn melihat seekor lobster yang sedang berusaha memperbaiki rumahnya yang rusak. Meskipun lobster itu terlihat kesulitan, Finn tidak mengkritik. Sebaliknya, dia hanya mengamati dengan penuh rasa ingin tahu. Ketika ikan pari berlalu, dengan indahnya menari-nari di dalam air, Finn tidak merasa iri atau mengecam. Dia hanya menghargai keindahan gerakan mereka.
Ketika ada perkelahian antara dua kepiting, Finn tidak memilih sisi atau menyalahkan. Dia hanya menonton, memahami bahwa itu adalah bagian dari siklus alam. Finn belajar banyak dari lingkungannya karena dia tidak terbebani oleh pikiran negatif atau penilaian. Dia bisa merasakan kedamaian dalam pengamatannya yang tenang dan terbuka.
Suatu hari, datanglah badai besar yang merusak terumbu karang. Banyak ikan dan makhluk laut lainnya terluka atau kehilangan tempat tinggal. Namun, Finn tidak mengkritik alam atau mengutuk keadaan. Sebaliknya, dia berusaha membantu sesuai kemampuannya, menyadari bahwa dalam situasi sulit pun, mengamati tanpa mengkritik tetaplah penting.
Finn menjadi inspirasi bagi ikan lain di sekitarnya. Mereka belajar bahwa dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, sikap mengamati tanpa mengkritik dapat membawa kedamaian dan pemahaman yang mendalam. Dan dari situlah, Finn menjadi legenda di lautan, tidak hanya sebagai ikan yang mengamati tanpa mengkritik, tetapi juga sebagai contoh bagi semua makhluk laut tentang bagaimana melihat dunia dengan hati yang terbuka dan penuh pengertian. (c) David Nehemia (2024)