Novita Loma Sahertian*
Institut Agama Kristen Ambon,Indonesia
*vitasahertia@gmail.com
David Ming*
Sekolah Tinggi Teologi kadesi bogor,Indonesia
*davidmingming3@gmail.com
Abstrak
Seorang guru yang mampu melaksanakan tugas mengajarnya jika tahapan persiapan, proses pembelajaran dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rancangannya. Proses yang seringkali terabaikan adalah model pembelajaran yang digunakan terkadang tidak mampu memberikan solusi kepada guru. Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa semua pelaku pendidikan, termasuk guru, harus siap dan berbenah diri mengikuti perkembangan perubahan. Sejalan dengan tuntutan perubahan dalam Kurikulum 2013 menyerukan adanya perubahan pembangunan dari yang bersifat sosial menjadi partisipasi yang demokratis, demi pertumbuhan sumber daya manusia. Jika demikian, pendidikan harus diarahkan sebagai sebuah proses: belajar untuk mengetahui, belajar untuk melakukan, belajar untuk hidup bersama, belajar untuk menjadi diri sendiri (belajar untuk menjadi) dan bahkan belajar seumur hidup (seumur hidup). learning), harus menghiasi gaya hidup seorang guru, mengingat guru merupakan sosok penting dalam proses perubahan. Penelitian ini bermaksud untuk menerapkan model pembelajaran yang meliputi: Pengembangan Silabus dan Kooperatif Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tipe time token type PAK dan Karakter Pada Kelas V materi Allah mencintai dunia. Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan terhadap rumusan masalah yang tertuang dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: hasil belajar siswa akan meningkat “dapat diterima. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan Judul Penerapan Model Pembelajaran Kamp Jerrold E pada Mata Pelajaran Pendidikan Kristen (PAK) dan Karakter di Sekolah Menengah Pertama, Khususnya di SMP Kristen Hanuru Kelas VIII yang berlangsung selama 2 siklus penelitian, maka dapat disimpulkan: Pendidikan Kristen (PAK) dan Karakter bekerja secara efektif, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif,Model jerrold E Kemp , mata pelajaran Pendidikan Kristen (PAK)
Abstract
A teacher who is capable of carrying out his teaching duties if the stages of preparation, learning process and evaluation are carried out according to his design. The process that is often neglected is that the learning model used is sometimes unable to provide solutions to teachers. Curriculum changes that have occurred in Indonesia indicate that all education actors, including teachers, must be ready and improve themselves to follow the development of change. In line with the demands for changes in the 2013 Curriculum calls for changes in development from social in nature to democratic participation, for the sake of human resource growth. If so, education should be directed as a process: learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be yourself (learning to be) and even lifelong learning (life long). learning), must adorn the lifestyle of a teacher, remembering that the teacher is an important figure in the process of change. This study intends to apply a learning model including: development of a syllabus and a Learning Implementation Plan (RPP) cooperative type time token type in PAK and Character In Class V, the material of Allah loves the world. The action hypothesis is a temporary answer in the form of action on the formulation of the problems set out in this classroom action research which is: student learning outcomes will increase "can be accepted. Based on the results of the implementation of classroom action research with the title implementation of the Jerrold E camp learning model in Christian education (PAK) and Character subjects in junior high schools, especially in Hauru Christian Middle School in class VIII which lasted for 2 research cycles, it can be concluded: Christian Educarion (PAK) and Character work effectively, so student learning outcomes will increase
Keywords: Cooperative Learning Model, type of time token, Christian Education (PAK) subjects
PENDAHULUAN
Tahap persiapan ditunjukkan melalui Desain Pembelajaran yang meliputi isi materi, strategi, model bahkan media sesuai dengan kebutuhan siswa. Sambil mempertimbangkan fasilitas yang akan digunakan, kelas dengan segala kelengkapannya, bahkan situasi / karakter siswa dalam menerima pembelajaran.[1] Tahap pelaksanaan merealisasikan tahap persiapan sesuai desain, dan tahap evaluasi menguji keefektifan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Proses yang dijelaskan di atas juga diharapkan terjadi dalam pembelajaran dan tata krama Pendidikan Kristen (PAK). Pendidikan Kristiani (PAK) dan budi pekerti merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan yang bersifat religius, dengan harapan peserta didik tumbuh keimanannya, membantu menerjemahkan dan mempertimbangkan kehidupan sehari-hari. Pendidik dan Karakter Kristiani (PAK) juga diharapkan mampu menyadarkan setiap orang akan Tuhan dan kasih-Nya di dalam Kristus, sehingga mengenal jati dirinya, kondisinya, bertumbuh sebagai anak Tuhan dalam persekutuan Kristiani, memenuhi panggilan bersama sebagai murid. di dunia dan masih percaya pada harapan.[2] Sejalan dengan itu, muatan pendidikan agama terkadang mengandung sejumlah pertanyaan yang menantang makna, makna dan tujuan hidup, iman bahkan keyakinan tentang Tuhan, diri dan hakikat realitas, masalah hak dan apa artinya menjadi. manusia. Pandangan ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Kristen akan berhasil jika apa yang diyakini oleh siswa harus nyata dalam mengamalkan kehidupannya sesuai dengan Alkitab sebagai dasar pelaksanaan PAK itu sendiri. Atau dengan kata lain kerinduan di atas sebenarnya mengharapkan pengetahuan, sikap, kepribadian, dan keterampilan seorang siswa setelah mendapatkan mata pelajaran PAK dan Budi. Pemikiran di atas akan menjadi nyata jika iklim pembelajaran yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi oleh seorang guru, khususnya guru PAK dalam kehidupan nyata, terkadang menimbulkan berbagai macam pertanyaan yang menantang makna, makna dan tujuan hidup, keyakinan bahkan keyakinan tentang. Tuhan, diri dan hakikat realitas. Hal ini menjadi permasalahan yang sering menjadi perdebatan, sehingga PAK dan Karakter diharapkan mampu memberikan solusi atas pertanyaan tersebut. PAK dan Ciri-ciri yang diadakan di sekolah hendaknya membantu siswa menemukan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan Alkitab sebagai dasar pelaksanaan PAK itu sendiri.
Sadarilah bahwa Pendidikan Agama Kristen telah berusaha menerapkan apa yang dipelajari di kelas dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Menjembatani permasalahan tersebut seringkali dalam proses pembelajaran ditawarkan dan pembelajaran terapan yang lebih dekat dengan penerapan nilai-nilai yang dipegang. Suatu proses pembelajaran yang mampu menjadikan siswa pada level pengambilan keputusan dan keyakinan secara pribadi. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan karakter melalui pengajaran guru hendaknya membentuk keimanan yang muncul dalam bentuk kesadaran, ajaran dan mampu mengamalkan ekspresi siswa berdasarkan ajaran yang diterima dan dipelajari. Selain itu siswa harus diarahkan terus menerus untuk belajar menghargai diri sendiri dan orang lain sebagai wujud ajaran yang diterimanya, sehingga apa yang dimilikinya melalui pengajaran guru dihargai oleh siswa sebagai kekayaan bagi siswa. Oleh karena itu Pendidikan dan Karakter Agama Kristen harus diberi ruang yang sesuai dengan isi makna yang diungkapkan untuk menjadikan siswa Kristen khususnya dalam mencapai keberhasilan. Pembelajaran dan Karakteristik Pendidikan Kristen (PAK) di Sekolah sudah saatnya menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dan memberi ruang bagi siswa agar dapat memikirkan pengalamannya dan mampu mengambil keputusan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap inovatif dan kreatif bagi peserta didik. Semua itu tentunya membutuhkan guru PAK dan karakter yang bertanggung jawab dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Dalam hal itu baik murid maupun pengajar harus mengerti bahan yang akan dibicarakan5Seseorang hanya dapat mengajar sebagaimana yang dia pahami. Apapun bahan tertulis yang diberikan untuk bimbingannya, guru mencerminkan pemahamannya sendiri dalam hubungannya dengan kelas. Bahkan bila ia mempunyai satu saja sumber tertulis untuk mengajar, yaitu Alkitab, ia perlu memperantarinya kepada anak-anak sebagaimana makna Alkitab itu sendiri baginya secara pribadi.6 Mengajar artinya membantu dan melatih Siswa agar mau belajar untuk mengetahui sesuatu dan mengembangkan7 Mengajar pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistim lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar, sebab mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Guru yang mengajar di depan kelas sebelumnya harus menyiapkan berbagai persiapan untuk menunjang proses belajar mengajar, sebab tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merancang dan mempersiapkan pelajaran sehari- hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.8
Merancang dan mempersiapkan perangkat pembelajaran oleh guru salah satunya adalah guru mesti memilih model pembelajaran yang dianggap cocok. Temuan hasil penelitian Sahertian Christina9 bahwa rendahnya perolehan hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh terbatasnya sumber belajar yang tersedia dan strategi penyampaian pembelajaran yang kurang variatif. Salah satu sarana sumber belajar yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Model pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk membelajarakan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Model pembelajaran yang selama ini digunakan guru khususnya guru PAK dalam pembelajaran memang ada, akan tetapi dalam pengunaannya terkadang tidak sesuai dengan materi bahkan situasi siswa. Padahal itu yang diharapkan, karena memilih model pembelajaran yang cocok membuahkan proses pembelajaran yang menyenangkan serta hasil yang memuaskan, alis tuntas belajar siswa.Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PAK dan Budi Pekerti yang dianggap tepat untuk mengubah tenaga, pikiran, bakat guru dan siswa dalam mengembangkan materi PAK dan Budi Pekerti menjadi bahan yang positif bagi siswa juga dapat bermanfaat bagi orang lain adalah bahan pembelajaran“Model Jerrold E Kemp.“[3] Model pembelajaran model Jerrpld E Kemp merupakan bahab ajar dari pendekatan stuktural dari beberapa model pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.[4]
Model bahan ajar Model Jerrold E Kemp merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di Sekolah, dimana menempatkan siswa sebagai subjek, mereka harus mengalami sebuah perubahan kearah yang lebih positif. [5]Dari yang tidak tahu kearah tahu, disepanjang proses belajar itu, aktifitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain siswa selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajar siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini hendak dipakai dengan alasan bahwa terkadang guru PAK dalam mengajar kurang memperhatikan persoalan yang sementara dialami oleh siswa, guru PAK selalu memprioritaskan pencapaian materi pembelajaran, memang itu benar akan tetapi persoalan siswa juga perlu dituntaskan, artinya dalam mengajar, ruang harus diberikan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya, mungkin saja ketika siswa menyampaikan pendapatnya berangkat dari permasalahan yang sedang siswa alami.[6] Bila ini diberi ruang maka sebenarnya bukan saja materi pembelajaran guru PAK itu tercapai saja akan tetapi persoalan siswapun teratasi yang berujung kepada kepuasan siswa, sehingga kepuasan membuahkan iman yang bertumbuh kearah kedewasaan di dalam Allah, lewat Yesus Kristus dengan tuntunan Roh Kudus.
Pemikiran mendasar pengunaan model ini sesungguhnya bahwa guru PAK sesungguhnya adalah pendesain pembelajaran, pelaksanan dan penilai hasil, maka model ini diduga dapat mengembangkan pembelajaran yang bisa membantu guru dalam mengajarkan pembelajaran yang berhubungan dengan iman, tapi juga siswa untuk lebih dewasa iman dalam setiap pengambilan keputusan menjawab persoalan hidupnya. Model ini akan memudahkan guru membelajarkan siswa untuk berpikir secara luas dan menyeluruh, teliti, kritis atau comprehensive,[7] sehingga Hal-hal positif dapat menimbulkan pemahaman-pemahaman baru yang positif.
Penelitian ini bermaksud untuk menerapkan model bahan ajar jerrold E Kemp yang merupakan interaksi antara motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pembimbing PAK SMP Hanuru Ambon.Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan guna mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan pengunaan bahan ajar sebagai peningkatan mutu sumber belajar. Sebagai bahan masukan untuk yang ingin berstudi lebih lanjut tentang masalah yang sama. Hasil penelitian ini merupakan bahan masukan bagi yang berkepentingan terutama Sekolah SMP Hanuru Ambon, dan bagaimana menyusun sebuah bahan ajar yang didesain sesuai dengan metodologi pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penulis mengunakan metode deskriptif-kualitatif[8] untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh perbedaan bahan ajar yang ada dengan bahan ajar yang dibuat berpolakan Jerrol E Kemp terhadap hasil belajar Pembimbing PAK SMP Hanuru Ambon.Mendeskripsikan dan menganalisis perbedaan antara mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap hasil belajar mata kuliah Pembimbing PAK SMP Hanuru Ambon.Medeskripsikan dan menganalisis interaksi antara bahan ajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pembimbing PAK mahasiswa STAKPN Ambon.Terdapat perbedaan hasil belajar Pembimbing PAK dengan mengunakan bahan ajar tradisional dengan model Jerrol E Kemp terhadap hasil belajar. Terdapat perbedaan antara mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam perolehan hasil belajar Pembimbing PAK mahasiswa STAKPN Ambon.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di Amerika Serikat ada dua istilah yang dipakai yakni Chistian educationdanReligious education. Dari kedua istilah inilah, lahirlah istilah yang kita kenal di Indonesia yakni Pendidikan Agama Kristen (yang disingkat PAK), yaitu terjemahan dari kombinasi kedua istilah asing di atas Christian Religious Education. Lazimnya orang menterjemahkan Pendidikan Kristen itu dari istilah Christian Education dan bukan Religious Education.
Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli tentang Pendidikan Agama Kristen antara lain :
1). R.C. Miller.[9] Pendidikan Agama Kristen adalah proses pertumbuhan ke arah
kedewasaan dalam hidup dari gereja/persekutuan kristiani, dan berlangsung terus
sepanjang zaman dan di segala tempat
2).George Albert Coa. Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk menyediakan
bagi generasi kita – anak, remaja, pemuda, dewasa timbunan perbendaharaan dari
hidup dan pemikiran kristiani, dalam mana Allah di dalam Yesus Kristus boleh
melanjutkan karya penebusan-Nya dalam setiap insan secara utuh dari hari ke hari.
3).L. Harold de Wold[10] Pendidikan Agama Kristen adalah pekerjaan mengajar, atau
dengan kata lain Pendidikan Agama Kristen adalah suatu pekerjaan dari orang Kristen
yang bekerja sama sebagai orang-orang Kristen (dalam suatu persekutuan, yakni
gereja).
4).Robert. R. Boehlke [11] Pendidikan Agama Kristen adalah usaha sengaja dari gereja
untuk menolong orang dari semua golongan usia yang dipercayakan Tuhan kepada
pemeliharaan-Nya untuk memberikan tanggapan akan penyataan Allah dalam Yesus
Kristus, yang disaksikan dalam Alkitab dan kehidupan Gereja supaya mereka di bawah
bimbingan Roh Kudus diperlengkapi guna melayani sesama manusia atas nama
Tuhannya di tengah-tengah keluarga, gereja, masyarakat dan dunia.[12]
Berdasarkan penjelasan di atas maka Pendidikan Agama Kristen berarti segala pelajar baik muda, maupun tua setelah mendapatkan Pendidikan Agama Kristen memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri dan oleh dan dalam Dia mereka terpanggil pula pada persekutuan jemaatnya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya disegala waktu dan tempat.
Fungsi Pendidikan Agama Kristen .
Pendidikan Agama Kristen berfungsi untuk memimpin setiap orang agar dapat mengambil keputusan untuk hidup sebagai seorang Kristen, yaitu menempatkan Allah sebagai pusat dan membawa orang pada jalan yang benar dengannya dan sesamannya dalam prespektif kebenaran kristiani yang didasarkan tentang segenap kehidupan ini [13]
Pendidikan Agama Kristen berfungsi dan bertujuan untuk menolong orang dari semua golongan usia yang dipercayakan Tuhan kepada pemeliharaan gereja untuk memberi tanggapan akan penyataan Allah dalam Yesus Kristus yang disaksikan dalam Alkitab dan kehidupan gereja, supaya mereka di bawah bimbingan Roh Kudus diperlengkapi guna melayani sesama manusia atas nama Tuhannya di tengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat dan dunia sampai mereka mewujudkan iman kristennya serta mengharapkan perbuatan Allah yang senantiasa ada di ambang keberadaan manusia dalam bentuk apapun.[14]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen berfungsi untuk membimbing membina mengajar serta mendidik setiap orang mulai dari anak yang, berada dalam kandungan sampai dengan saatnya akan meninggal, untuk datang dan percaya yang sungguh kepada Allah lewat Yesus di bawah bimbingan Roh Kudus guna memperoleh pengetahuan, pengalaman, bertumbuh dan berbuah. Disimpulkan bahwa pendidikan agama kristen berfungsi untuk :
1). Mengajar, membimbing, membina, dan mengarahkan orang (peserta didik,) dalam
pengetahuan dan pemahaman akan isi Firman Allah sebagaimana yang terdapat
di dalam Alkitab dan ajaran gereja.
2). Memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan
Tubuh Kristus terbukti dalam Efesus 4: 12 Aku minta kepadamu, saudara-saudara,
jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belum
pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu.
3). Memimpin semua orang dalam mengambil keputusan untuk hidup sebagai orang
Kristen yang benar dalam kaitannya denga Allah dan sesamanya.
4).Memimpin orang dalam membuat komitmen atau tekat hidup sebagai orang Kristen.
5).Mengajak, membantu dan menghantar seseorang dalam mengenal kasih Allah yang
ada di dalam Yesus Kristus.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Untuk mengerti dan memahami tujuan pendidikan secara umum, baiknya ikuti beberapa pemikiran para ahli tentang tujuan Pendidikan Agama Kristen antara lain :
1). Randolph Crump Miller[15] mengatakan bahwa tujuan PAK adalah segala tenaga, dana
dan sarana yang dihabiskan jemaat demi rencana pengalaman belajar-mengajar
di kalangannya yang ditujukan pada usaha menolong setiap orang mengenal dirinya
sebagai anak Allah.
2). George Albert Coa[16] mengatakan bahwa tujuan PAK adalah usaha melalui para
pendidik untuk melibatkan orang-orang dari segala golongan umur dalam
pengalaman belajar yang menolong mereka untuk terus belajar dengan memanfaatkan
pendekatan sains agar memperoleh fakta-fakta yang dapat dipercayai dengan
memecahkan masalah-masalah pribadi, masalah gereja dan masalah dalam
masyarakat, dengan demikian mereka sedang mempersembahkan diri sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, sebagai
ibadah yang sejati.
3). Fricderich W A Froeber[17] mengatakan bahwa tujuan PAK adalah untuk membimbing
anak didik untuk semakin sadar akan jati diri sebagai anak Allah dan anak alam,
bertumbuh dalam pengetahuan dan pengertian, juga menghargai perasaannya sebagai
cara mengetahui yang berlaku, supaya ia dapat memecahkan masalah-masalah secara
tangkas, bermoral dan adil terhadap diri sendiri, sesamanya dan dunia serta
memenuhi panggilannya dalam masyarakat. Semua ini dilaksanakan berdasarkan
kehormatan terhadap bakat setiap pelajar dan keinginannya untuk memprakarsai
pelajarannya.
4). C L J Sherril[18] mengatakan bahwa tujuan PAK adalah untuk memperkenalkan para
pelajar dikalangan persekutuan Kristen dangan warisannya khususnya Alkitab dan
menjawab kehendaknya, memperlancar komunikasi pada tahap yang mendalam
terhadap/ antara orang tentang keprihatinan-keprihatinan insani dan mempertajam
kemampuannya menerima fakta bahwa mereka dicengkram oleh kekuatan dan kasih
Allah yang memperbaiki menerus dan menciptakannya kembali.
Setelah membaca pendapat para ahli tentang tujuan Pendidikan Agama Kristen yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan PendidikanAgama Kristen adalah usaha seseorang mendewasakan orang lain dari semua golongan umur untuk terus belajar dengan mengunakan seluruh kemampuan yang ada padanya agar ia mampu memecahkan masalah-masalah yang dialaminya sesuai dengan imanya sebagai mahkuk yang bergantung pada Allah.
Hakekat Pendidikan Agama Kristen.
Ada dua aliran pikir berhubungan dengan dua aspek yang terdapat pada Pendidikan Agama Kristen yaitu :
1). Aspek pengajaran. Aspek ini hendak membangunkan kepercayaan Kristen dalam diri
peserta didik dengan jalan mentransferkan pengetahuan.(tugas ini diterima dari
generasi dulu sampai sekarang, dan akan diteruskan ke masa depan atas kehendak
Tuhan). Dalam arti ini Pendidikan Agama Kristen berfungsi sebagai penyampaian
kebenaran yang dinyatakan Tuhan dalam Alkitab.
2).Aspek pengalaman keagamaan. Aspek ini cukup berpengaruh di Amerika
Serikat, perhatian mereka dipusatkan pada perkembangan pribadi peserta didik.
Mereka mengabaikan firman Tuhan dari Alkitab tapi menitikberatkan pengalaman
masing-masing orang. Golongan ini mendidik anak, pemuda untuk hidup secara
harmonis supaya melayani masyarakat/orang lain secara pribadi yang jujur dan luhur.
Aliran ini muncul akibat kekakuan pelayanan. Pada hakekatnya tidak dipersoalkan
antara kedua aliran ini mana yang benar dan mana yang salah tetapi keduanya di
gabungkan menjadi satu kekuatan serta diakui menguntungkan diri. Pendidikan
Agama Kristen wajib menyampaikan warisan rohani kristiani yang diamanatkan
kepada kita oleh Tuhan sendiri terbukti dalam Matius 7 : 29” SebabIa mengajar
mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.[19]
Karakteristik Mata Kuliah Pembimbing PAK
Matakuliah ini termasuk matakuliah konsentrasi PAK atau matakuliah dasar bidang keahliah Pendidikan Agama Kristen. Matakuliah ini disajikan pada 2 semester yaitu pada semester 1 dan semester 2 dengan bobot SKS 4.
Matakuliah ini bersifat teoritis tetapi sekaligus bersifat filosofis, teologis, sosiologis dan psikologis, sebab itu menurut Nuhamara[20] harus didekati secara interdisipliner. Pembimbing PAK merupakan dasar untuk memahami seluruh aspek PAK, maka matakuliah Pembimbing PAK lebih bersifat teoritis, atau dapat juga di sebut teori PAK, namun mempunyai fungsi menjelaskan dan menuntun praktek PAK. Ini sangat perlu, bukan saja agar kita memahami dengan benar seluk beluk PAK itu tetapi juga kita dapat memahami tugas PAK ini secara baik dan kreatif. Pendekatan menurut Nuhamara ini sangat dipengaruhi oleh tulisan Thomas H Groome.
Pendidkan Agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid.[21]
Dasar teologis Pendidikan Agama Kristen adalah alasan alkitabiah tentang pentingnya pengajaran pendidikan agama Kristen yang terdiri dari tugas, proses dan tujuan pendidikan agama Kristen. Tujuan PAK adalah mendewasakan orang di dalam iman kepada Yesus Kristus agar menjadi murid Kristus yang mampu hidup sesuai dengan kehenak Allah di dalam Yesus Kristus. Subjek PAK adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab mengajar antara lain : keluarga, gereja dan sekolah. Tugas PAK adalah mengajar setiap orang percaya sesuai Amanat Agung “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.[22]
2. Karakteristik Mahasiswa.
Edward Shill[23] mengkatagorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shiil menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektual yakni 1). Mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi. 2). Menyediakan bagan-bagan nasional dan antara bangsa. 3). Membina keberdayaan dan bersama. 4). Mempengaruhi perubahan sosial. 5). Memainkan peranan politik. Arbi Sanit[24] memandang mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington[25] menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi.
Menurut Arbi Sanit[26] ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peserta didik dalam kehidupannya yaitu:1).Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan, peserta didik mempunyai horizon yang luas di antara masyarakat. 2).Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah sampai di universitas peserta didik telah mengalami proses sosialisasi yang terpanjang di antara angkatan muda. 3).Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan peserta didik. Di universitas, peserta didik berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. 4). Peserta didik sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkata muda.
Ini menunjukan bahwa peserta didik adalah sosok yang memiliki intelektual cerdas, kritis, percaya diri, tetapi juga siap menerima kritik dalam rangka mengevaluasi apa yang sudah dibuatnya guna mempertahankan jati dirinya di hadapan masyarakat dan sesama peserta didik lainnya.
Pengertian bahan Ajar dan teori yang mendasari rancangan bahan ajar.
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan pengajar untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bentuk bahan ajar cetak seperti hand out, buku, modul, lembaran kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart. Audio visual sepertivideo/film, VCD. Audio seperti radio, kaset, CD audio, PH. Visual seperti foto, gambar, model/maket. Multi media seperti CD interaktif, komputer, based, internet. Berarti bahwa rancangan bahan ajar yang dibuat ada dalam golongan bahan cetak.
Cakupan bahan ajar antara lain :
1).Judul, Mata kuliah, SK,KD, indikator, tempat.
2).Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru).
3).Tujuan yang akan dicapai.
4). Informasi pendukung.
5).Latihan-latihan.
6).Petunjuk kerja.
7).Penilaian. [27]
Intinya bahwa bahan ajar harus ada pendahuluan yang mencakup tujuan, isi mencakup materi serta penutup mencakup latihan dan penilaian. Berarti bahan ajar juga harus mencakup hal-hal antara lain : bahan ajar harus menimbulkan minat baca, ditulis dan dirancang untuk peserta didik, menjelaskan tujuan instruksional, disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel, struktur berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kompetensi akhir yang akan dicapai, memberi kesempatan pada peserta didik untuk berlatih, mengakomodasi kesulitan belajar peserta didik, memberi rangkuman, gaya penulisan komunikatif dan semi formal, kepadatan berdasar kebutuhan peserta didik, dikemas untuk proses instruksional, mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari peserta didik serta menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.
Teori yang mendasari rancangan bahan ajar.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran(teaching material) yang disusun secara sistimatika, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar dapat digunakan untuk membantu pengajar maupun peserta didik dalam pembelajarannya. Bahan ajar dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan diri dalam proses belajarnya, sehingga tidak terlalu tergantung kepada pengajar sebagi satu-satunya informan. Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistimatis yang digunakan pengajar dan peserta didik dalam pembelajarannya.[28]
Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik dengan menyediakan bimbingan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan, menyediakan rangkuman dan berorientasi pada peserta didik secara individu (learner oriented). Bahan ajar yang bersifat mandiri agar dapat dipelajari oleh peserta didik sebab sistimatis dan lengkap.[29]
Rancangan bahan ajar model Jerrold E Kemp dan bahan ajar Pembimbing PAK model Jerrold E Kemp.
Rancangan bahan ajar model Jerrold E Kemp
Model ini merupakan kerangka acuan bahan ajar matakuliah Pembimbing PAK dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1). Perkiraan kebutuhan bahan ajar untuk merancang suatu program pengajaran :
menyatakan tujuan, kendala dan prioritas yang harus diketahui.
2). Pilih pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan dan menunjukan tujuan umum
Yang akan dicapai.
3) Teliti ciri peserta didik yang harus mendapat perhatian selama perencanaan.
4). Tentukan isi pembelajaran dan uraian unsur tugas yang berkaitan dengan tujuan.
5). Nyatakan tujuan belajar yang akan dicapai dari segi isi pelajaran dan unsur tugas.
6). Rancang kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang sudah dinyatakan.
7). Pilih sejumlah media untuk mendukung kegiatan pengajaran.
8). Rincikan pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan
melaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh atau membuat bahan.
9). Bersiap-siap untuk mengevaluasi hasil belajar dan hasil program.
10). Tentukan persiapan peserta didik untuk mempelajari pokok bahasan dengan
Memberikan uji-awal kepada peserta didik.[30]
Pokok bahasan, tugas dan tujuan umum.
Pokok bahasan adalah nama satuan atau komponen mata pelajaran yang membahas isi bidang pengetahuan yang akan dipelajari.Tugas kerja adalah nama yang berhubungan dengan kertampilan jasmani yang akan dilaksanakan. Pokok bahasan berkaitan dengan pengetahuan tentang isi pelajaran. Dalam memahirkan peserta didik melaksanakan suatu tugas, penekanan utamanya terletak pada penyelesaian sejumlah tindakan jasmani, yaitu menggunakan ketrampilan dengan mahir.
Pokok bahasan dan tugas harus ditulis secara berurutan. Ada 4 cara untuk melakukannya : 1) Dengan susunan kronologis, penomoran 2) Dengan memulai dari pembahasan pengetahuan yang sederhana dan dilanjutkan dengan pengetahuan yang lebih sukar. 3) Dari penelaan menyeluruh semua mata pelajaran sampai ke rincian komponen. 4) Dengan bergerak dari hal yang kongkrit, yang mudah diterangkan dan diamati ke hal yang abstrak, yang menuntut peserta didik untuk lebih banyak mengungkapkan kenyataan yang benar.
Pada waktu menyusun pokok bahasan dan tugas harus benar-benar dipertimbangkan sehingga semuanya disusun berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik pada pelajaran. Pemilihan setiap pokok bahasan atau tugas merupakan titik awal perencanaan yang rinci dalam proses perencanaan pelajaran.
Tujuan umum terdiri atas sebuah kata kerja yang tidak pasti, dan isi pokok bahasan atau tugas yang bersifat luas. Artinya pokok bahasan berdasarkan pada pengetahuan, sedangkan tugas berdasarkan pada ketrampilan jasmani. Sambil menuliskan setiap pokok bahasan atau tugas sebaliknya ditulis juga penyataan tentang hasil pencapaian yang diharapkan pengajar. Ini merupakan tujuan umum yang dinyatakan menurut pandangan pengajar.
Ketika rencana disiapkan untuk rencana di kelas maupun secara berkelompok, pengajar harus mendapatkan indikasi umum dari ciri akademik dan sosial mengenai peserta didik dan calon peserta didik.
Rentang kemampuan, minat dan kebutuhan dapat mengarahkan keputusan perencanaan dalam hubungannya dengan memilih sasaran atau pokok bahasan ataupun tugas, kedalaman perlakuan terhadap pokok bahasan. Jumlah dan keragaman kegiatan yang akan diusulkan, contoh sumber yang diperlukan, dan pertimbangkan lainya.
Katergori mengenai seorang peserta didik mudah diperoleh dari arsip administrasi sekolah. Jika yang diperlukan menyangkut informasi khusus tentang peserta didik, tetapi informasi itu tidak tersedia maka sejumlah ujian khusus misalnya dengan membangun pertanyaan yang membutuhkan jawaban peserta didik tentang siapa mereka sebenarnya (tinggal di mana, siapa yang membiayai studi) dapat diminta agar dilaksanakan melalui bagian personalia atau pengurusan pengujian yang erat kaitannya dengan informasi akademik peserta didik.
Informasi akademik peserta didik adalah pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dikuasai peserta didik yang berhubungan langsung dengan pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari. Memperoleh informasi tetang pengetahuan dan ketrampilan adalah salah satu tujuan dari unsur uji awal proses perancangan pelajaran. Jadi, terdapat hubungan erat antara informasi yang diperoleh tentang ciri peserta didik dengan data yang akan diperoleh dari uji awal.
Di samping informasi akademik, ada baiknya diketahui ciri pribadi dan ciri sosial peserta didik karena untuk peserta didiklah suatu program dirancangkan.
Untuk merancang suatu tata cara untuk mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, seorang pengajar memerlukan pengetahuan tentang peserta didik antara lain:
1) umur dan tingkat kedewasaan,
2) motivasi dan sikap terhadap mata pelajaran,
3) harapan dan hasrat kejuruan (bila sesuai),
4) pengetahuan sebelum atau sesudah serta pengalaman,
5) bakat khusus,
6) ketrampilan an kemampuan.
4). isi mata ajar dan analisis tugas.
Isi mata ajar memberikan inti informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan. Pada gilirannya informasi menumbuhkan pengetahuan yang merupakan tata hubungan antara rincian fakta. Hasil akhirnya adalah pemikiran intelektual dan pemahaman.
Memilih dan mengatur informasi untuk tujuan belajar memerlukan pemahaman tentang cara menyusun isi informasi dan cara mendapatkan urutan yang benar.
Gagne menyusun dan mengurutkan isi informasi ditinjau dari hasil segi belajar. Tingkat belajar yang paling rendah disebut informasi verbal. Tingkat ini hanya menuntut hafalan, mengingat kembali, atau kemampuan menentukan berbagai fakta khusus sedangkan tingkat belajar yang tinggi disebut informasi vertikal. Tingkat ini menuntut penalaran. [31]
Biasanya isi mata ajar ditulis dalam bentuk garis besar sebagai deretan judul sebagai sub pokok bahasan yang berurutan, tersusun secara kronologis sesuai dengan tata cara.
Ada dua kategori yang umumnya dipakai dalam membahas isi mata ajar
1) metode deduktif : mulai dengan rampatan ( konsep atau asas ) dan berkembang ke
fakta, kemudian ke pengamatan, penerapan, dan pemecahan masalah.
2) induktif : mulai dengan fakta, rincian dan pengamatan, berkembang ke perumusan
konsep dan asas, akhirnya ke penerapan dan pemecahan masalah. Untuk
melaksanakan sebuah analisis tugas diperlukan inrformasi yang benar dan rinci
mengenai semua aspek pekerjaan dan setiap tugas.
Sasaran pengajaran menurut apa yang diharapkan dalam bentuk sasaran pengajaran, peserta didik dapat mengatur tata cara belajarnya dengan baik dan menyiapkan diri untuk menempuh ujian. Rasa percaya akan kemampuan diri sendiri untuk melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya akan meningkat. Di pihak lain, menuliskan sasaran pengajaran merupakan tugas pentimg seorang pengajar antara lain :
1). Sasaran tertulis merupakan landasan dalam memiilih dan menyusun kegiatan
pengajaran serta sumber belajar sehinga pengajaran dapat berlangsung secara efektif. 2). Sasaran pengajaran merupakan acuan kerja untuk merancang cara mengevaluasikan
kegiatan belajar. Ujian tertulis dan kegiatan belajar adalah cara utama untuk
mengukur hasil belajar siswa, karena itu sasaran pengajaran harus dapat menjadi dasar untuk merancang tata cara dan soal ujian yang relevan. Dengan menuliskan sasaran
pengajaran, dapat mengetahui apa yang hendak diajarkan sehingga akhirnya dapat
menentukan seberapa jauh hasil yang telah dicapai.
Sasaran kegiatan belajar dapat dikelompokan ke dalam 3 kategori utama yaitu
1) kognitif, ranah ini berkaitan atas sasaran yang berkaitan dengan informasi atau
pengetahuan dan pemikiran, yaitu menamai, memecahkan, meramalkan, dan aspek
berpikir lainnya.
2).Psikomotor, ranah ini membahas ketrampilan yang membutuhkan penggunaan dan
koordinasi otot tubuh, seperti dalam kegiatan jasmani dalam melaksanakan,
mengelola, dan membangun.
3). Afektif, sasaran ini menyangkut sikap, penghargaan, nilai,dan emosi, menikmati,
memelihara, menghormati.
6). Kegiatan belajar - mengajar.
Pengajar menyajikan informasi kepada sejumlah peserta didik dengan menggunakan metode ceramah, berbicara secara informal, menulis di papan tulis, memperagakan, dan menggunakan bahan pandang dengar. Peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kecakapannya dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembaran kerja, memecahkan masalah, menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film, menggunakan bahan pandang dengar lain.
Interaksi antara pengajar dan peserta didik terjadi melalui tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil juga tugas yang harus diselesaikan dalam bentuk laporan. Penyajian di kelas, belajar mandiri, dan interaksi pengajar dan peserta didik adalah kategori yang mengelompokan sebagian besar metode pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya proses belajar. Proses belajar dapat berlangsung apabila peserta didik sekarang mengetahui atau sekarang dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau tidak dapat dilakukan oleh peserta didik.
Tujuan proses perancangan pengajaran adalah membantu terjadinya proses belajar, peserta didik harus menyadari dan memanfaatkan kondisi dan asas yang telah terbukti mendukung proses belajar itu dengan baik. Cara penerapan setiap kondisi dan asas tersebut terjadi perencanaan pengajaran antara lain : sasaran belajar, susunan bahan ajar, perbedaan individu, motivasi, sumber pengajaran, keikutsertaan, balikan, penguatan, latihan dan pengulangan, urutan kegiatan belajar, penerapan, sikap mengajar, penyajian di depan kelas, keunggulan , kelemahan.
7). Sumber pengajaran.
Sumber pengajaran digunakan karena tujuan memberi dorongan kepada peserta didik dengan menarik dan merangsang minat peserta didik terhadap pelajaran, melibatkan peserta didik secara langsung dan bermakna dalam memperoleh pengalaman belajar, memberikan muatan dalam bentuk sikap dan mengembangkan apresiasi peserta didik, menjelaskan dan mengilustrasikan bahan ajar, pengetahuan dan ketrampilan kinerja, memberikan kesempatan untuk melakukan pra-analisis dalam kinerja dan tingkah laku peserta didik.
Berbagai sumber pengajaran antara lain : sumber yang nyata, rekaman suara, gambar diam yang diproyeksikan, gambar bergerak yang diproyeksikan, kombinasi media, pemilihan media, keputusan tentang pengambilan dan pengunaan media.
8). Pelayanan Penunjang
Dalam proses belajar mengajar hal yang perlu dipertimbangkan sebagai kebutuhan penunjang antara lain : 1) Anggaran, baik selama pelaksanaan program dan pengembangannya, 2) Fasilitas, 3) Bahan, 4) Perlengkapan, 5) Pelayanan tenaga kerja dan, 6) Jadwal untuk menyelesaikan tahap perencanaan dan pengembangan.
9). Menilai hasil belajar.
Menilai hasil belajar merupakan unsur terakhir dalam proses perencanaan pengajaran sebagaimana tercermin dalam pernyataan di atas, setelah menguji peserta didik, perlu mengenal sasaran pengajaran yang akan dicapai, kemudian memilih tata cara pengajaran untuk mencapai tujuan yang diakhiri dengan mengembangkan alat uji dan bahan untuk mengukur seberapa jauh peserta didik telah menguasai pengetahuan yang dipelajarinya, dapat memperagakan ketrampilannya, dan menunjukan perubahan dalam sikap sebagaimana yang dituntut sasaran pembelajaran.
Penilaian berupa 1). Ujian tertulis bersifat objektif : soal pilihan ganda, soal benar salah,
menjodohkan, dan ujian berjawaban tertulis : soal berjawaban
pendek, soal esay.
2). Menilai kinerja : pertimbangan awal, mengembangkan ujian,
merancang alat ukur.
3). Menilai hasil pekerjaan.
4). Menilai sasaran belajar baik ranah kognitif, psikomotor, avektif.
10). Uji awal.
Uji awal diberikan guna mengetahui seberapa siapkah peserta didik untuk mulai mempelajari bahan ajar atau pokok bahasan yang akan disajikan. Guna mengumpulkan informasi mengenai cara yang tepat untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan dan kemampuan yang diprasyaratkan antara lain : ujian tertulis, amatan tentang kinerja dan tingkat kemampuan yang ditunjukan oleh peserta didik, pengunaan kuisioner untuk menentukan latar belakang, pelatihan, dan pengalaman peserta didik, telaah hasil pekerjaan serta pembicaraan dengan pengajar atau pihak lain yang mengetahui hasil pekerjaan peserta didik.[32]
Bahan Ajar Pembimbing PAK Model Jerrold E Kemp
1). Tujuan Pengajaran dan Kebutuhan belajar
Untuk mengenal dan memperkirakan apa yang dibutuhkan pengajar dan peserta didik berdasarkan tuntutan GBPP STAKPN yang berlaku, serta membuat tujuan yang akan dicapai jangan mempertimbangkan kendala yang akan muncul serta memprioritaskan apa yang harus dilakukan. Jerrold E Kemp[33] mengatakan bahwa kebutuhan belajar merupakan hal yang mendasar bahwa ‘pada tahap mana sekarang? Dan ini membawa kepada pertanyaan berikutnya’ pada tahap nama dan mau ke mana seterusnya?
Menilai kebutuhan disadari bahwa kebutuhan akan pendidikan atau pelatihan betul-betul ada, menyatakan tujuan, dan menghadapi kendala, semuanya merupakan upaya awal yang penting sebagai permulaan proses perancangan pengajaran.
2). Ciri peserta didik.
Ciri peserta didik yang dimaksud bukan saja secara akademik akan tetapi secara pribadi apa yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik harus diketahui oleh pengajar sebagai bekal siap untuk melaksanakan apa yang ada berdasarkan pertimbangan peserta didik secara individu. Ciri peserta didik kadang berubah, untuk mengantisipasinya strategi harus disiapkan dalam rangka menguasai peserta didik guna mengembangkan proses selanjutnya.
3). Pokok Bahasan, Tujuan Umum dan Tugas.
Pokok bahasan, tujuan umum dan tugas perlu disusun setelah mengetahui kebutuhan yang akan dilaksanakan. Pokok bahasan menjadi dasar pengajaran dalam menggambarkan ruang lingkupan dan berhubungan langsung dengan tujuan umum yang telah dibuat. Disamping pokok bahasan dan tujun umum ditentukan, harus juga dipikirkan tentang tugas yang merupakan penunjang pencapaian hasil dari proses yang sedang berlangsung bahkan hasil akhir yang akan menentukan dengan memikirkan tugas terlebih dahulu.
Menurut Jerrold E Kemp[34] Rencana disiapkan untuk pengajaran dikelas dapatkanlah indikasi umum dari ciri akademik dan sosial mengenai peserta didik. Rentang kemampuan, minat dan kebutuhan dapat mengarahkan keputusan perencanaan dalam hubungan dengan pemilihan sasaran atau pokok bahasan ataupun tugas, kedalaman perlakuan terhadap pokok bahasan, jumlah dan keragaman kegiatan yang diusulkan, contoh dan sumber yang diperlukan.
4). Isi Mata Ajar
Menurut Jerrold E Kemp[35] Isi materi ajar memberikan inti informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan. Pada gilirannya, informasi menumbuhkan pengetahuan yang merupakan tata hubungan antara rincian fakta. Hasil akhirnya adalah pemikiran intelektual dan pemahaman.
Memilih dan mengatur informasi untuk tujuan belajar memerlukan pemahaman tentang tata cara menyusun isi informasi dan cara mendapatkan urutan yang tepat.
Gagne[36] mengatakan bahwa suatu metode yang berguna untuk menyusun dan mengurutkan isi informasi ditinjau dari segi hasil belajar. Perencanaan pada tahap analisis tugas harus di arahkan pada peserta didik dengan mempertimbangkan isi mata ajar maupun gerakan jasmani, keduanya bergabung dan dipandang sebagai ketrampilan.
Manfaat menentukan mata ajar pengetahuan dan menganalisis sebuah tugas akan terasa ketika merencanakan, memasukan unsur lain dalam rancangan pengajaran. Mata ajar dan analisis tugas dapat dipakai sebagai landaan untuk menyatakan sasaran, sebagai materi untuk bahan pandang-dengar dan sumber pengajaran lain, untuk merancang instrumen ujian guna mengevaluasi pembelajaran.
5). Sasaran Pengajaran.
Sasaran pengajaran memainkan peranan kunci. Dengan mengetahui apa yang diharapkan dalam bentuk sasaran pengajaran, peserta didik akan dapat mengatur tata cara belajar dengan baik dan menyiapkan diri untuk menempuh ujian. Juga rasa percaya akan kemampuan diri sendiri untuk melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya.
Sasaran pengajaran merupakan tugas penting seorang pengajar antara lain[37]
1). Sasaran pengajaran tertulis merupakan landasan dalam memilih dan menyusun
kegiatan pengajaran serta sumber belajar sehingga pengajaran dapat berlangsung
secara efektif.
2).Sasaran pengajaran merupakan acuan kerja untuk merancang cara mengevaluasi kegiatan belajar. Sasaran pengajaran juga merupakan hal penting guna mengetahui apa yang hendak diajarkan hingga akhirnya dapat menentukan seberapa jauh sasaran yang telah dicapai. Sasaran pengajaran merupakan kegiatan yang terus berkembang dan memerlukan perubahan, penghalusan dan penambahan ketika penulisnya mengembangkan langkah-langkah perencanaan berikutnya. Kadang-kadang setelah kegiatan belajar terpilih atau metode evaluasi ditulis, sasaran pengajaran sebenarnya dari sebuah pokok bahasan menjadi jelas. Karena itu para pakar mulai merumuskannya dengan menuliskan sasaran yang masih bisa diubah-ubah, lalu melanjutkan ke langkah berikutnya dalam urutan perencanaan, dan kemudian kembali merevisi sasaran pengajaran tadi secara rinci setelah setiap rincian itu menjadi nyata.
6). Kegiatan dan sumber pengajaran.
Kegiatan ini merupakan penyajian dalam kelas, metode belajar mandiri, dan kegiatan interaksi pengajar dan peserta didik memberi suatu kerangka acuan untuk merencanakan pengalaman belajar. Kegiatan ini milik pengajar dan peserta didik yang perlu diperhatikan sebagai kondisi dan asas untuk belajar guna berhasil. Yang harus diperhatikan antara lain persiapan sebelum belajar, sasaran belajar, susunan bahan ajar, perbedaan peserta didik, motivasi, sumber pengajaran, keikutsertaan, balikan, penguatan, latihan dan pengulangan, urutan kegiatan belajar, penerapan, sikap pengajar, penyajian di depan kelas, keunggulan, kelemahan dan lainnya yang merupakan bagian dalam kegiatan belajar mengajar.
Sumber pengajaran merupakan dasar untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai sasaran yang telah dipilih. Sumber pengajaran harus dipersiapkan dengan cermat sebab memberi dorongan kepada peserta didik dengan menarik perhatian, merangsang minat terhadap pelajaran, melibatkan peserta didik secara langsung dan bermakna dalam perolehan pengalaman belajar, memberikan kekuatan dalam membentuk sikap dan mengembangkan kemampuan peserta didik, menjelaskan dan mengilustrasikan bahan ajar, pengetahuan dan kertampilan, kinerja serta memberikan kesempatan untuk melakukan pra- analisis dalam kinerja dan tingkah laku peserta didik.
7).Pelayanan Penunjang.
Pelayanan penunjang adalah rangsangan guna memperoleh hasil belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Ini adalah penunjang yang menguntungkan pengajar dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Pelayanan penunjang yang harus diperhatikan adalah anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, tenaga penunjang dan penjadwalan.
8). Menilai Hasil belajar.
Menilai hasil belajar merupakan alat ukur untuk mengetahui hasil belajar yang baik. Ada banyak tawaran baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Menilai hasil belajar menurut Jerrold E Kemp[38] adalah sebuah keharusan sebab dengan menilai hasil belajar merupakan koreknsi untuk pengajar apakah yang diajarkan sudah maksimal atau belum, sementara bagi peserta didik apakah yang diperoleh sudah maksimal ataukah mungkin dalam mengajar dan belajar ada kesalahan yang dibuat sehingga menghambat hasil yang diharapkan.
Dari tawaran Jerrold ada dua bagian yang tidak dipakai oleh penulis antara lain uji awal dan analisis tugas. Menurut penulis bahwa uji awal sebenarnya sudah diperoleh pengajar melalui ciri peserta didik dalam bentuk nilai sebelum penawaran matakuliah di perguruan tinggi (hasil tes masuk perguruan tinggi).
Analisis tugas menurut penulis harus disediakan waktu khusus untuk membahasnya sebab itu, tetap terbuka ruang untuk yang berminat meneliti sebagai penelitian lanjutan. Ini menunjukan bahwa apa yang rancang oleh Jerrold E Kemp sesuai dengan kondisi setempat di mana Jerrold ada, dan sedikit berbeda dengan kondisi yang dialami penulis.
Motivasi Berprestasi.
Motivasi
Motivasi adalah satu komponen penting dari pembelajaran. Apakah yang membuat peserta didik tertarik untuk sedia belajar. Kemauan untuk melakukan upaya dalam pembelajaran merupakan suatu produk dari banyak faktor, terentang dari kepribadian dan kemampuan peserta didik sampai karakteristik tugas-tugas pembelajaran tertentu, intensif untuk belajar, tatanan pelajaran dan perilaku pengajar.[39]
Para ahli prikologi mendefenisikan motivasi sebagai suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan prilaku dalam rentang waktu tertentu, Baron dan Schunk, menyederhanakan motivasi adalah apa yang membuat Anda berbuat, tetap berbuat, dan menentukan ke arah mana yang hendak diperbuat.
Motivasi untuk melakukan sesuatu dapat muncul dalam berbagai bentuk. Motivasi dapat merupakan suatu karakteristik pribadi, individu tetentu dapat memiliki minat yang stabil dan tahan lama dalam berperan serta pada berbagai katagori kegiatan yang begitu luas seperti akademik, olaraga, atau kegiatan sosial. Motivasi dapat timbul dari karakteristik-karakteristik dari suatu tugas.[40]
Dengan membuat pembelajaran menarik, maka terbuka kesempatan berperan serta pengajar membuat peserta didik ingin untuk belajar.
Seluruh peserta didik umumnya termotivasi. Pertanyaannya adalah untuk melakukan apa. Tugas pengajar adalah menemukan, menggugah, dan mempertahankan motivasi peserta didik untuk belajar, terlibat dalam aktivitas yang menuju pada pembelajaran. Satu jenis motivasi yang penting dalam psikologyipendidikan adalah motivasi berprestasi dan salah satu kondisi yang akan diteliti dalam penelitian ini. Sebagai kondisi pembelajaran adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi, tetapi berinteraksi dengan metode pembelajaran. Secara tegas Panjaitan [41] menyatakan bahwa salah satu variabel yang paling berpengaruh terhadap hasil pembelajaran adalah karakteristik peserta didik, termasuk motivasi berprestasi.
Motivasi berprestasi.
Motivasi berprestasi (achievement motivation) merupakan teori yang dikenalkan oleh David McClelland. Dasar teorinya tetap berdasarkan teori kebutuhan Maslow, namun ia mencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan :
Need for Power (nPow).
Need for Affiliation (nAff).
Need for Achievement (nAch).
Dalam membangun teori ini harus mengajukan teori kebutuhan motivasi yang dipelajari yang erat hubungannya dengan konsep belajar. Ia percaya bahwa banyak kebutuhan yang didapatkan dari kebudayaan suatu masyarakat. Untuk melihat motivasi berprestasi
McClelland mendefenisikan motivasi berprestasi adalah suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetensi dengan suatu standar keunggulan (standard of excellence). Srandar keunggulan ini dapat berupa prestasi orang lain, tetapi dapat juga berupa prestasi diri sebelumnya. Ia berpendapat bahwa motivasi berprestasi diperoleh melalui belajar dari lingkungan dan pengalaman.
Atkinson[42] membedakan motivasi berprestasi, yaitu motivasi untuk meraih keberhasilan, dan untuk menghindari kegagalan. Kemungkinan berhasil atau gagal dalam konsep motivasi berprestasi ada dua kecendurungan yaitu kecendurungan mendekati keberhasilan dan kecendurungan menjauhi kegagalan. Motivasi berprestasi sebagai usaha untuk berhasil dan menganggapnya sebagai dorongan dengan kecendurungan mendekati suatu keberhasilan atau sesuatu yang berkaitan dengan prestasi. Kecendurungan menjauhi kegagalan sebagai dorongan untuk menghindari kegagalan. Motivasi berprestasi seseorang individu ditentukan oleh kedua kecendurungan tersebut. Motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk mengalami keberhasilan dan peran peserta didik dalam kegiatan di mana keberhasilan bergantung pada upaya dan kemampuan seseorang.
Motivasi berprestasi dapat dilihat dari sikap dan perilaku, seperti keuletan, ketekunan, dan daya tahan, keberanian menghadapi tantangan, dan kegairahan serta kerja keras.[43]
Motivasi berprestasi didefenisikan sebagai keinginan untuk mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Motivasi berprestasi yaitu daya pengerak dalan diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan di mana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki.[44]
Motivasi berprestasi Tinggi.
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai kecendurungan untuk mencapai prestasi lebih tinggi dari pada kecendurungan menghindari kegagalan. Selalu optimis akan berhasil dan cenderung mencapai prestasi yang maksimal, Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi apabila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks, cenderung melakukan semakin baik, dan apabila berhasil maka ia semakin antusias untuk melakukan tugas-tugas yang lebih berat lebih baik lagi.
Faktor kunci yang memotivasi individu berprestasi tinggi adalah kepuasan dari keberhasilan itu sendiri, bukan pada ganjaran ekstrensik, seperti uang atau prestasi. Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan bekerja keras agar berhasil cenderung membuat pilihan atau tindakan yang realistis, dalam menilai kemampuan peserta didik dan menyesuaikan kemampuan peserta didik dengan tugas-tugas yang dikerjakan.
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai situasi di mana ia dapat menilai sendiri kemajuan dan pencapaian tujuannya. Peserta didik yang bermotivasi berprestasi tinggi memiliki prespektif waktu jauh ke depan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak selalu menunjukan rata-rata nilai yang tinggi di sekolah. Motivasi peserta didik tidak semata-mata ingin mendapat nilai tinggi demi nilai itu, tetapi karena ia mempunyai keinginan yang kuat untuk berprestasi
McClelland kemudian menghasilkan profil orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (nAch) :a.Orang dengan nAch sebenarnya memiliki tujuan yang moderat dan menurut mereka akan mampu mereka raih
b. Orang dengan nAch tinggi memilih umpan balik langsung dan dapat
diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi.
c. Orang dengan nAch tinggi menyukai tanggung jawab pemecahan
masalah.
McClelland dari berbagai hasil penelitiannya mencatat beberapa karakteristik dari orang-orang yang berprestasi tinggi, antara lain :
Suka mengambil resiko yang ‘sedang-sedang saja’ (moderate risk).
Memerlukan umpan balik segera atas apa-apa yang dikerjakannya (bagaimanapun, mereka kurang berminat terhadap komentar-komentar tentang kepribadian peserta didik).
Memperhitungkan keberhasilan prestasi, bukan penghargaan materi saja (lebih puas pada nilai intrinsik tugas yang dilakukannya).
Menyatu dengan tugas.
Tak mau mengerjakan tugas setengah-setengah,
Komitmen menyelesaikan tugas tinggi.[45]
Motivasi berprestasi rendah
Individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah lebih cenderung mengantisipasi kegagalan dengan memilih tugas-tugas yang mudah atau sukar.
Orang yang menyukai tugas yang moderat, yaitu tugas-tugas yang tingkat kesulitannya menengah. Hanya saja untuk orang-orang yang mempunyai motivasi rendah tendensinya untuk lebih rendah.
Sebaliknya orang yang takut gagal, cenderung menghindari tugas. Untuk itu peserta didik memilih tugas-tugas yang sangat mudah (karena lebih mudah dilaksanakan) : kalau tidak, tugas yang berat sekali. Sehingga kalau gagal ia bisa berdalil : “ Itu bukan kesalahan saya, mengapa saya diberi tugas yang terlampau berat.”
Beberapa penelitian mengenai motivasi berprestasi dan hasil belajar menunjukan hasil yang kurang konsisten. Hasil penelitian Caron (dalam Sopah 2000)[46] menunjukan tidak ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar, demikian juga dalam laporan penelitian
Narang dalam penelitiannya menunjukan hasil yang tidak konsisten. Senada dengan itu kajian Keller bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak selalu menunjukan rata-rata nilai tinggi di sekolah.[47]
Sebaliknya menurut McClelland bahwa pengaruh motivasi berprestasi terhadap hasil belajar cukup besar.[48]
Kajian tingkat motivasi berprestasi dalam penelitian ini terbatas pada tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari perilaku subjek, seperti harapan untuk sukses, bekerja keras, kekhawatiran akan gagal, dan keinginan memperoleh nilai yang lebih tinggi, Robinson [49]
Matakuliah Pembimbing PAK seperti yang telah dibahas sebelumnya adalah memiliki karakteristik yang kompleks menuntut kemampuan untuk mengembangkan diri bukan saja diruangan kuliah akan tetapi bagaimana mengaktualisasikannya di lapangan gumul masing-masinmg peserta didik. Bagi peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi rendah tidak begitu rela untuk melibatkan diri sepenuhnya dalam mengerjakan tugas-tugas yang kompleks, karena takut gagal tidak mau menanggung resiko.
Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau ingin untuk sukses benar-benar berasal dari dalam dirinya, memiliki harapan untuk sukses, sehingga tidak berhenti untuk belajar karena berpikir akan gagal. Untuk mencapai sukses tetap menghadapi kemungkinan bahwa usahanya akan menemui kegagalan, namun harus diperjuangkan. Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi rendah ingin menghindari kegagalan dan bersamaan dengan itu memiliki keinginan yang tidak realistis, memilih tugas-tugas yang terlalu mudah yang menjamin bahwa peserta didik pasti sukses atau memilih tugas-tugas yang sangat sukar karena kalau peserta didik gagal ia mengharapkan tidak seorangpun yang akan menyesalinya.
KESIMPULAN
Hasil belajar adalah kapabilitas orang yang memungkinkan beragam penampilan. Bentuk penampilan yang dapat dilihat sebagai bukti belajar dalam program pendidikan banyak jumlah dan ragamnya. Macam-macam penampilan itu terjadi dalam semua bidang isi kurikulum sekolah. Jenis-jenis hasil belajar tertentu bisa mirip satu sama lain walaupun terjadi pada matakuliah yang berbeda atau berkenaan dengan mata pelajaran yang berbeda.[50]
Dick dan Reiser[51] mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil kegiatan pembelajaran.
Dick dan Reiser membedakan hasil belajar atas empat macam yaitu 1).Pengetahuan, 2) Ketrampilan intelektual, 3) Ketrampilan motorik, 4) Sikap.
Hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognity (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psykomotorik (ketrampilan motorik). Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar yaitu kemampuan kognitf, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran.[52]
DAFTAR PUSTAKA
[1] Suparlan. Y.B. Aliran-Aliran Baru Dalam Pendidikan.Yogjakarta, Andi Offset. 1984, hal 68
[2] Paulus Lilik, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, Yogjakarta,Andi Offset. 2006, hal 32.
[3] Ad. Rooijakkers Mengajar dengan Sukses (petunjuk untuk merencanakan dan menyampaikan pengajaran PT grasindo Jakarta 1991 hal 1
[4] Iris V Cully, Dinamika Pendidikan Kristen, BPK Gunung mulia, Jakarta cetakan 14 Tahun 2011, Hal 101
[5] Paul Suparno, Guru Demogratis Diera Reformasi Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2004 Hal 26
[6] Sardiman.Interaksi dan motivasi belajar mengajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2005.hal 71
[7] Sahertian, Pengaruh Bahan Ajar dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Strategi PAK, Tesis 2003, hal 86.
[8]Zaluchu, Sonny Eli. 2020. “Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 4(1):28–38.
[9] Robert R B, Sejarah Perkembangan Pikir dan Praktek PAK II, Jakarta, BPK Gunung Muliah, 2002, hal 165
[10] Ibid, hal 166
[11] Ibid, hal 167
[12] Roberth., Op Cit, hal 23
[13]Clark, Dinamika Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1990, hal 34
[14] Clark .R. E dkk. Chrisian Education Fundation for The Future, Chicago, Moody Bible Institute, 1991, hal 76
[15] Roberth, op cit, hal 95
[16] Ibid, hal 95
[17] Ibid, hal 96
[18] Ibid, Hal 97
[19] E G Homrighausen, I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia Jakarta, 1999, hal 19
[20]Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK. Jurnal Info Media. Bandung 2007, hal 3
[21] Paul D Meier dkk. Pengantar Psykologi dan Konseling Kristen. Andi. Jogyakarta. 2004 hal, 92
[22] Paulus Lilik Kristianto. Prinsip dan Praktek Pendidikan Agama Kristen . Jogyakarta.Andi 2006, hal 6-7
[23] Psst http/wwe. Com,Cit/221/ck/08/drxx/ akses tanggal 15 April 2007, hal 2.
[24] Ibid, hal 2
[25] Ibid, hal 3
[26] Ibid, hal 3
[27] Tesha. Bahan Ajar Sebagai Acuan Pembelajaran. Dikutip dari ;hppt/www/ ss/at/09/o/ppk/Akses tanggal 12 April 2008, hal 1
[28] Sahertian M. Pengaruh Bahan Ajar dan gaya Belajar Terhadap Hasil belajar. Tesis. 2003, hal 23
[29] Ibid, hal 3
[30] Jerrodl E.Camp, Proses Perancangan Pengajaran, IBT, Bandung, 1994, hal 14.
[31] Wingkel. Psykologi Pengajaran, Jakarta, Grasindo, hal 112.
[32] Jerrold , Op.cit, Ibid, hal 49-76
[33] Ibid, hal 78
[34] Ibid, hal 64
[35] Ibid, hal 83
[36] Sardiman, Proses Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 34
[37] Ibid, hal 106
[38] Jerrold op cit, hal 178
[39] E. Koeswara, Motivasi. Teori dan Penelitiannya, Bandung, Angkasa, 1995, hal 121.
[40] Slavin R.E, Education Psychology.Theory and Prantive, Fifth Edition, Boston, Allyn and Bacon, 1997, hal 95.
[41] Panjaitan B. Pengaruh Interaksi Antara Pemberian Balikan danMotivasi Berprestasi TerhadapPerolehan Belajar. Jurnal Teknologi Pembelajaran 1997. Malang hal 71
[42] Cohen.I, Education Research in Classrooms and Schools, New York ; Happer & Row 1976, hal 34
[43] Ardhana W, .Atribut Terhadap Sebab-Sebab Keberhasilan dan Kegagalan serta Kaitannya denganMotivasi Untuk Berprestas, . Malang, .IKIP, 1990, hal, 95.
[44] Wingkel W.S, Psykologi Pengajaran, : Edisi Revisi, Jakarta, Grasindo, 1996, hal 112.
[45] Sukarjono, Profil Belajar dan Motivasi Berprestasi, Jurnal, 1995, hal 9.
[46] Sopar. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Terhadap hasil Belajar. Jurnal 2000, hal 12
[47] Narang.S. Akademic Performance Some Personality and Perception, New Delhy. 1981, hal 103.
[48] Deliarnov, Motivasi Untuk Meraih Sukses, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal 90
[49] Coher..L, op cit, hal 13.
[50] Gagne R.M. Essentials of Learning For Instruction, Expanded Edition, .New York, Holt, Rinehart and Winston, 1975, hal 48.
[51] Djamah.S. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Tahun 2000. No 022 (5) hal 126
[52] Bloom.B.S. Taxsonomy Of Educational Objektives. Hand Book I, Cognetive Domain. 1982.New York Mckay hal 155