Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Menerbitkan Buku

18 September 2010   07:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:09 278 0
Wuiiih akhirnya terbit juga bukunya La Rose ini, dengar-dengar akan dilaunching dalam waktu dekat. Pastinya kamu senang banget ya sis...setelah perjuangan selama ini. Aku dengar Kompasianer B yang lead you the way...uhm jadi ingat bahwa Bapak itu memang tak segan berbagi informasi denganku juga (nama disingkati soalnya belum konfirmasi sekalian biar gak banyak saingan). Menerbitkan sebuah buku adalah harapan tiap penulis-tapi aku tak yakin juga buku tuh merupakan harapanku satu-satunya... lagi-lagi karena otak dagangku selalu lebih maju duluan dibandingkan dengan otak menulis itu. Secara finansial- kuhitung-hitung jika sekali cetak tuh 5000 eks trus katanya penulis dapet sekitar 5000/buku maka - sekali cetak dapetnya Rp.25.000.000.- emangnya bener tuh segitu? Kalo memang segitu, rasanya kok berat diongkos ya buatku. Ongkos buat memeras otak kreatifitas tuh mahal lho. Bagaimana membuat sebuah grand design dari sebuah karya dalam bentuk buku, menentukan plot...alur cerita dsb. Kok akhirnya jadi berfikir, gampangan juga aku jualan produk investasi aja, jual kecap pada orang yang tepat maka jumlah segitu bisa didapat dari satu klien. Ada satu periode saat aku begitu ingin bisa menerbitkan buku karyaku...makanya kuborong buku yang terserak di Gramedia itu untuk studi banding- terutama yang bergenre teen lit dan chick lit made in lokal. Tapi isinya kok seperti angin lalu saja ya - tak meninggalkan kesan apapun di benakku padahal kalau baca buku yang bernas bisa-bisa tuh buku terngiang-ngiang dalam pikiran hingga berhari-hari. Hmmm sebenarnya sudah lama juga aku tak baca buku yang berat setelah berkesimpulan "life is complicated already, why seeking form other stories", makanya bacaanku cuman teen lit dan chic lit. Dari sederet nama itu yang masih nyangkut cuman Clara Ng, Albertine Endah, Retni SB, Ika Natassa....sama satu-satunya cowok Syahmedi. Mereka bukan yang hit maker sampai di atas lima kali cetak tapi mereka cukup konsisten dalam berkarya dan minimal karyanya dicetak dua kali. Cuman akhir-akhir ini kulihat Clara Ng mulai beralih ke cerita anak, Ika Natassa dalam resolusi 2009 di blognya pengin bikin satu buku lagi tapi sampai sekarang belum nongol. Albertine Endah mulai beralih jadi penulis biografi yang terbaru adalah biografi Ny SBY. Nah kalau yang hitmaker macam Andrea Hirata, Dhony Dirgantoro, Habibur dan yang barusan mencuat Ahmad Fuadi memang memiliki kedalaman dalam karyanya dan setelah melakukan SWOT analysis pada diri sendiri enggak yakin juga aku bisa bikin seperti itu. Kalau dari sisi komersial sepertinya pilihannya Dono Indarto si lulusan S2 Tehnik UI itu paling oke...bikin skenario sinetron, per episode bisa dapat Rp.10 juta terus tahu sendiri satu sinetron bisa sampai 300 episode.  Tapi duileh melihat tayangan sinetron yang sama sekali tak mendidik itu rasanya gak tega menjual skill untuk menghasilkan karya seperti itu. So what's my choice?? Mentok aja lu...?!@#*. Huuf, peras otak...jangan bikin malu Pak Teddy Pawitra.....mulai muncul beberapa ide yang harus digodog dulu ah. Mudah-mudahan Kompasianer B mau direcoki juga....Chaiyo to myself.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun