Si Bapak di muka ATM sudah selesai dan giliran perempuan itu…dia kebingungan cari lobang masukin kartu. Akhirnya dari kejauhan si sales kartu menunjukkan, kartu dimasukkan, keluar perintah untuk masukin PIN…jemarinya kebingungan mencari-cari…mengherankan kok PIN sendiri enggak ingat. Akhirnya sistim jalan, duit dimasukkan dan pas timbul pertanyaan di layar…”setor untuk rekening sendiri atau rekening orang lain”, dia pencet pilihan kedua so muncul lah pertanyaan berikut…”no rekening”. Dia tercenung di depan pertanyaan yang minta 10 digit no rekening itu. Aku berusaha membantu dengan mengatakan…”mbak, diisi aja no rekening tujuannya.” Dia jawab kalau dia salah pencet tujuan, gak salah dong aku dan bapak yang ada di belakangku berkesimpulan kalau dia sebenarnya bermaksud setor ke rekening sendiri.
Dengan tergopoh-gopoh dia tekan cancel dan kotak penerimaan uangnya membuka. Eh dia ambil tuh uang dan terus dimasukkin lagi. Aku mulai grogi karena takut tuh mesin ngambek…mesin cash deposit lebih sensi dari mesin ATM, kebayang aja kalau mesin itu ngadat berarti aku harus cari mall lain yang ada BCAnya, ini Sabtu Boo. Si bapak di belakangku mulai ngedumel sembari bilang,”stupid!!!”, somehow gara-gara semalem abis upload puisi berjudul The Stupidity of A Woman…di Kompasiana, kok malah merasa umpatan itu buat aku, lagipula aku yakin si perempuan itu juga gak ngerti artinya Stupid.
Balik ke aktivitas perempuan itu: sampai pada tahap tampil pilihan no rekening – antara rekening sendiri dengan rekening BCA lain. Si Bapak berseru,”Nah pencet yang di atas (maksudnya no rekening sendiri)”. Si perempuan termenung saja depan mesin Cash Deposit itu…DHEZIEG, rasanya pengin nginjek kakinya yang berkutek rapi itu biar somplak, aku makin deg-degan soalnya adikku sudah SMS penuh ratapan anak tiri gitu. Si Bapak ngomel pake bahasa Inggris sembari ngelirik aku,”If u dunno, why don’t u ask?”. Akhirnya si perempuan itu tekan tombol cancel, ambil duitnya dan ambil langkah seribu kelihatannya malu…aku dan si bapak itu bertukar pandang dengan heran.
Dalam hati bicara,”Owalah Wong Sragen-Wong Sragen…dah pake hotpants seksi geetu kok ya gakptek kronis.” Mbok ya, selain penampilan luar yang dipoles….banyak-banyak belajarlah biar perkembangan penampilan dan inner beauty (jhiah) seirama gitu…jangan cuman penampilan yang melesat seperti deret eksponensial sementara brainnya berkembang seperti deret ukur bahkan jalan di tempat.
Penutup:
Ini 100% pengalaman hari Sabtu itu, sama sekali bukan pelecehan pada kawula Sragen lho – lha saya sendiri waktu datang ke Jakarta juga cuman nenteng baju-baju yang dikemas dalam kardus mie instant, sandal jepit n for sure bau asem kecut. Nama dari kampung Dapinah begitu masuk kota jadi deh Daveena.
Ingat lagu Bimbinya Titik Puspa yang dinyanyikan Siti Nurhaliza:
Bimbi datang dari desa tujuannya ke kota…
Bimbi ..tak mau kenal lagi kampungnya...