Perumahan Grand Sukawana, yang selama ini menawarkan fasilitas keamanan dengan penjagaan 24 jam dan sistem pengawasan CCTV, kini dipertanyakan efektivitasnya. Salah satu warga melaporkan kehilangan sepeda motor di area parkir yang berada dalam jangkauan kamera CCTV. Namun, hasil rekaman ternyata tidak memberikan informasi yang cukup jelas untuk mengidentifikasi pelaku. Kualitas rekaman yang rendah, sudut kamera yang tidak optimal, serta kurangnya pemeliharaan perangkat menjadi kendala utama dalam mengungkap kejadian tersebut.
Hal serupa juga terjadi di daerah Andamui, yang kerap menjadi jalur padat kendaraan. Minimnya penerangan jalan dan lemahnya pengawasan dari pihak keamanan setempat menjadikan wilayah ini rawan aksi kriminalitas, termasuk pencurian kendaraan bermotor. Warga setempat mengeluhkan kurangnya perhatian dari pihak berwenang untuk meningkatkan keamanan di daerah tersebut, seperti penambahan patroli rutin atau pemasangan kamera pengawas yang memadai.
Kegagalan pengawasan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan terkait tanggung jawab dan kesiapan sistem keamanan di dua lokasi tersebut. Selain itu, masyarakat mulai mempertanyakan efektivitas teknologi CCTV yang selama ini dianggap sebagai solusi utama dalam mengurangi tindak kejahatan. Kasus ini menunjukkan bahwa teknologi saja tidak cukup jika tidak didukung dengan pengelolaan yang baik, seperti penempatan perangkat yang strategis, kualitas kamera yang memadai, dan respons cepat dari pihak keamanan terhadap laporan warga.
Kejadian ini memberikan pelajaran penting bahwa keamanan tidak bisa sepenuhnya diserahkan pada teknologi semata. Perlu ada sinergi antara teknologi, petugas keamanan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar aman. Patroli rutin, sosialisasi kepada warga untuk meningkatkan kewaspadaan, serta evaluasi sistem pengamanan harus menjadi prioritas. Dengan demikian, diharapkan kejadian serupa tidak lagi terulang, dan masyarakat dapat merasa lebih tenang dalam menjalani aktivitas sehari-hari.