Nama ibu disebutkan tiga kali dalam hadis nabi kemudian ayah, artinya kebaktian kita harus sama rata kepada ibu dan ayah,tapi kemudian ini masalah nilai angka dan nilai kebaktian. Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) adalah kewajiban kita sebagai anak, selain terhadap perkara yang haram.
Ibu mataku basah. belajar dari perjuangan hidup, sesosok ibu yang tua rentang tinggal bersama suaminya di kepulawan kecil di ujung timur madura,pekerjaan suaminya hanya penelayaan tradisional,yang berangkat melaut ba'da shubuh pulang ba'da ashar,seperti itulah kegiatan tiap harinya,bahkan hampir 50 tahun dia bergelut bersama ombak,tak ada keluh,tak ada lelah,yang ada kekayaan syukur.
Tapi Ibu baik sekali,cintanya pada suami tak berlebel materi,setianya pada suami tak berawal pada nominal,kebahagiaannya tak berakhir oleh finansial,yang terpenting keluarga dan anak-anaknya cerdas mengingat Allah, baginya, disitu pusat ketenangan dan kebahagiaan.
Ibu mataku basah!!
Reranting keluarga sakinah adalah serpihan surga yang dibangun didunia,begitulah si bapak mendidik keluarganya,walau dia hanya sebatas lulusan sd tapi pengetahuan speritualnya lebih tebal daripada lulusan S1,S2. Si ibupun seperti itu dia tak mau anak-anaknya mengikuti jejak mereka (lulusan SD),demi masa depan anaknya,pekerjaan seberat apapun mereka rela mengerjakannya. Sampai dia mampu menyekolahkan anak-anaknya selevel sarjana.
Mengais rizki sebagai penelayaan tidak seenteng pemulung mengais barang-barang bekas ditumpukan sampah, penelayan harus melawati ombak besar,melawan dinginnya udara pagi yang menyengat sampai kepori-pori, menaklukkan panas dari pantulan air disiang hari.
Seperti apapun profesi mereka tetap saja perjuangannya tak ada kata keluh,demi kabahagiaan anak-anaknya, semua diperjuangkan.
Maka sudah sepantasnya kita berbakti sepenuh hati kepada mereka. "Terlalu banyak yang diberikan ibu/bapak dan terlalu sedikit kesempatan untuk membalasnya"
Mari belajar keikhlasan pada ibu,bapak, semoga kita menjadi anak yang berbakti.
Jakarta, fn April 2015