Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Pidato Semprul 17 Skala Richter

24 Agustus 2013   21:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:52 283 5
Cinta Indonesia, foto koleksi pribadi

.

Sudah sejak kemarin malam si Doel memeras otak, mencari ide untuk bahan pidatonya. Entah apa motivasi pengurus RW mendaulat Doel Semprul untuk berpidato kebangsaan di pembukaan tujuhbelasan nanti sore di lapangan. Dan sekarang sudah pagi. Permintaan para pengurus RW dipandangnya sebagai sebuah penghormatan dan pengakuan atas ke-seniman-an dirinya yang mbeling tapi kritis. Ya belum sehebat Sujiwo Tejo atau Emha lah..tapi si Doel merasa menjalankan peran yang sama sebagai “penyeimbang” dalam kehidupan kemasyarakatan.

Apanya yang harus diseimbangkan? Karena masyarakat kini sudah terlalu materialistis, sehingga cara pandangnya sudah terjebak dalam alam kebendaan untung-rugi jual-beli. Mereka tidak mampu lagi melihat segi-segi lain yang lebih dalam, lebih halus, lebih subtil, lebih esensiil. Tentang manusia dan fenomena. Masyarakat kini selalu terburu-buru dan ingin serba cepat. Cepat kaya, cepat pintar, cepat hebat, cepat terkenal, cepat naik pangkat, cepat terhormat. Hidupnya sehari-hari sibuk mencari-cari kesempatan peluang, lubang, loop holes, untuk mendapatkannya secara instan. Peduli amat soal nasionalisme, yang penting merdeka untuk melakukan apapun dan mendapatkan apapun yang dimau.  “Semprul !”, semprot si Doel geregetan sambil nongkrong di kloset kamar mandi.

“Aku harus menyadarkan mereka! Tentang apa arti merdeka yang sesungguhnya. “.

Tapi yang jelas pidatonya tidak akan seperti pidatonya para pejabat di upacara kantoran, yang datar membosankan seperti sedang membaca laporan atau malah disposisi kerjaan. Pidato mereka jika dibukukan, pasti tidak akan ada yang mau beli. Ah..sudah tak pernah lagi didengarnya pidato yang mampu membakar semangat sebagaimana pidato-pidato “Di Bawah Bendera Revolusi”-nya Bung Karno. Tak ada lagi pidato kebangsaaan yang menggetarkan dan menggerakkan, seperti pidatonya Bung Tomo di Surabaya. “Pidatonya Doel Semprul harus seperti itu!”, seru Doel dalam hati bersemangat.

Si Doel kembali memutar otaknya. Biasanya ia mendapatkan ide-ide yang orisinil di saat-saat seperti ini. Dalam keheningan kamar mandi, aroma karbol pewangi, gemericik air keran yang mengisi ember, dan suara gerojokan flush sesekali.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun