Inilah tebing keseribu yang ditaklukkan oleh lelaki pemberani itu. Tingginya cadas yang menjulang menembusi awan tak sedetikpun menggetarkan hati lelaki dengan rambut yang digelung hitam itu. Bukan sekali ini saja ia merayapi dinding bebatuan hanya dengan kekuatan jari-jarinya. Dengan kelincahan seperti cicak yang mencari jalur pendakian sambil melekat pada dinding yang curam tegak vertikal. Atau bergantung seperti siamang pada bagian dinding yang menjorok ke depan atau melengkung seperti busur. Sesulit apapun jalur pendakian yang harus dilalui, lelaki itu pasti bisa melewatinya. Bagi lelaki yang tak kenal takut itu, tidak ada yang tidak mungkin untuk ditaklukkan!
Beberapa hari sebelumnya, lelaki pemberani itu baru saja menggegerkan seisi kota dengan berjalan melintasi seutas tambang yang direntangkan membentang di antara dua gedung pencakar langit, pada ketinggian ratusan meter. Ia berjalan meniti tambang, bertelanjang kaki dan kedua tangannya yang direntangkan sebagai penyeimbang. Seisi kota hanya bisa menahan nafas setiap kali lelaki itu melangkah. Para wanita bahkan menutupi wajah mereka dengan kedua tangan, karena tak tahan akan kengerian bayangan jika lelaki itu sampai tergelincir dan tubuhnya jatuh menghunjam jalanan.
Sebulan yang lalu, penduduk di pinggir kota menemukan lelaki pemberani itu dengan sengaja berbaring di antara bantalan rel kereta api. Tubuhnya yang kurus terbujur rata di atas taburan kerikil, diapit oleh bentangan besi baja lintasan roda kereta. Penduduk berteriak-teriak ketika kemudian kereta api bergemuruh melintas di atas lelaki itu. Seluruh bantalan rel bergetar ketika roda-roda besi berkejaran, dan tubuh lelaki itu hilang ditelan debu untuk beberapa waktu. Dan ketika kereta api sudah melintas, para penduduk melihat lelaki itu bangun...tak terluka sedikitpun….dan berlalu pergi begitu saja.
Jangan kira itu sudah semua. Masih banyak kejadian ngeri yang dilakukan oleh lelaki itu. Ia melompat dari jembatan tinggi ke dalam sungai, berlari di tengah-tengah jalan bebas hambatan pada arah yang berlawanan dengan arus kendaraan yang melaju kencang, menenggelamkan dirinya ke dalam sumur, terjun bungee jumping dari puncak-puncak gedung pencakar langit…pokoknya semua perbuatan yang bikin jantung penduduk kota deg-deg an mau copot.
Akhirnya penduduk kota tidak tahan lagi terhadap kengerian yang disajikan tak habis-habisnya oleh lelaki pemberani itu. Terutama kaum ibu-ibu, yang sudah tidak kuat lagi menahan ketakutan, rasa kaget dan lemas akibat histeris. Maka bersama-sama mereka menyambangi rumah lelaki pemberani itu, dan menyeretnya ke balai kota untuk diinterogasi. Lelaki pemberani itu didudukkan di sebuah kursi, di tengah-tengah balairung gedung balai kota. Bapak walikota dan para pejabat kota berjejer angker di meja panjang di hadapan lelaki itu. Dan seluruh penduduk kota sesak memadati podium balai kota dengan pandangan penasaran, gusar dan marah ke arah lelaki pemberani itu. Pertanyaan panjang lebar diajukan oleh bapak walikota dan kepala polisi, namun semuanya dengan inti pertanyaan yang sama: mengapa lelaki itu melakukan semua hal mengerikan itu?
Lelaki pemberani itu hanya memejamkan mata mendengar semua pertanyaan yang memburunya penuh rasa penasaran dan kemarahan. Seusai pertanyaan dan semua orang diam menunggu jawabannya, kemudian lelaki pemberani itu membuka matanya. Ia memandang ke seluruh ruangan, memandang wajah-wajah penasaran. Lelaki itu berdiri dari duduknya…dan membuka kancing bajunya satu demi satu. Membuka semuanya..:
“Aku mencari rasa kehidupan…Aku mencari rasa penuh debaran….Aku mencari degub hatiku yang hilang…..”
Sambil lelaki itu membuang bajunya sehingga terbuka dadanya. Semua penduduk berteriak terkejut. Para wanita menjerit histeris, sebagian ibu-ibu bahkan jatuh pingsan. Tubuh mereka ambruk ke lantai atau ditangkap oleh orang di sebelahnya. Para orangtua secepatnya menutupkan mata anak-anaknya supaya tidak ikut-ikut melihat....
Di dada lelaki pemberani itu terlihat lubang...yang menganga tembus hingga ke belakang. Dan di dalam rongga dada itu tak ada apapun juga. Hanya tinggal kosong menerawang semata....
Dan tak ada jantung di sana....
. Jakarta, Kompasiana Blogshop. Dari ide "Lelaki Pemberani" yang diberikan oleh Kang Pepih. .