Kemajuan teknologi informasi seperti internet merupakan salah satu produk kemajuan ilmu pengetahuan yang dihasilkan manusia. Dan merupakan pertanda manusia itu dinamis, kreatif dan inovatif menciptakan sesuatu yang selalu baru, berbeda serta lebih canggih untuk kepentingan memudahkan aktivitas dan pekerjaan manusia.
Dulu manusia harus banting tulang mencangkul lahan pertaniannya, kini dengan kemajuan teknologi pengolahan lahan pertanian sudah dengan cara mekanisasi seperti penggunaan traktor maupun mesin alat panen.
Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti mekanisme pengelolaan lahan pertanian dilakukan dengan bantuan komputerisasi.
Untuk pekerjaan di kantor dan pabrik sudah terjadi proses komputerisasi atau digitalisasi, bahkan banyak pekerjaan dapat dilakukan lewat smartphone, tidak hanya lewat komputer personal lagi.
Trend kemajuan teknologi informasi dan komputerisasi patut disyukuri sebagai salah satu bukti kemajuan ilmu pengetahuan dan kemampuan manusia moderen mensiasati tantangan hidup, serta untuk membantu manusia menyelesaikan pekerjaan secara efesien dan efektif.
Namun kemajuan teknologi itu nyatanya tidak selamanya memberi kebahagian kepada manusia. Adakalanya proses komputerisasi dan digitalisasi pekerjaan justru menyisihkan peran dan fungsi manusia itu sendiri, bahkan ditengah kemajuan teknologi yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup yang lebih kencang melaju dibandingkan kemampuan manusia merubah dirinya untuk mengikuti perubahan justru menjadikan manusia banyak ditimpa stres.
Selain mengalami gangguan psikis berbentuk stres, manusia modern juga semakin asik dengan dirinya sendiri, kurang berinteraksi dengan sesamanya sehingga semakin luntur sikap empati, solidaritas dan subsidiaritas.
Dengan mempergunakan komputer dan smartphone banyak orang menyelesaikan pekerjaan dalam posisi kesendirian tanpa perlu  berinteraksi dan bertatap muka dengan orang lain.
Banyak hal yang dapat dilakukan lewat smartphone, baik untuk menyelesaikan pekerjaan maupun untuk memenuhi kebutuhan sendiri, misalnya meeting, menyelesaikan laporan kerja, maupun untuk belanja kebutuhan hidup cukup dilakukan secara online.
Bahkan untuk mengusir rasa jenuh atau letih manusia modern cukup mengandalkan smartphone sebagai sarana menikmati hiburan, bahkan untuk melakukan ritual religiusitas juga banyak dilakukan lewat smartphone.
Kecenderungan memilih hidup menyendiri dengan asik sendiri dengan smartphone ini menjadikan kehidupan umat manusia semakin individualis dan kurang berinteraksi sosial.
Padahal pada hakikatnya manusia tercipta memiliki ketergantungan erat satu sama lain dengan sesama manusia, dan pada esensinya manusia memiliki kemampuan emosional untuk saling membutuhkan, memperhatikan, memberi dan mencintai lewat kemampuan berempati.
Kemampuan berempati adalah sebuah sikap memproyeksikan diri ke diri orang lain untuk memahami apa yang sedang dirasakan dan diinginkan oleh orang lain, sehingga kemudian mampu memberikan sesuatu dengan tepat sesuai keinginan maupun harapan orang lain sebagai manifestasi kepedulian sempurna.
Manusia pada hakekatnya tercipta dengan keunikan masing-masing, tidak ada manusia yang sama persis baik secara fisiologis dan psikologis, tetapi perbedaan itu bukan berarti menjadikan manusia berbeda salam semua hal, dan tidak menjadikan manusia tidak bisa bersatu dan saling membutuhkan.
Dengan memiliki kecerdasan emosional disamping kecerdasan intelegensi manusia memiliki kemampuan berempati, yaitu kemampuan memahami perasaan orang lain dan memenuhi keinginan orang lain sebagai salah satu bentuk interaksi sosial paripurna.
Dengan interaksi sosial berempati setiap individu mampu mengikat hubungan erat dengan sesamanya, dan membina hubungan personal saling membutuhkan dan memenuhi.
Proses saling membutuhkan dan memenuhi itu dapat dilakukan lewat tindakan solidaritas dan subsidiaritas, yaitu turut merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain sebagai bentuk solidaritas, kemudian rela membantu orang lain sebagai bentuk subsidiaritas.
Sikap Solidaritas dan Subsidiaritas ini hanya dapat terwujud apabila seseorang itu memiliki rasa empati, yaitu keterampilan memahami persis apa yang sedang dirasakan, dialami dan diharapkan orang lain.
Dalam memberi perhatian terhadap orang lain ini salah satu syarat utama yang mesti dilakukan adalah kesiapan diri untuk berkorban mengenyampingkan rasa egoisme atau egosentris demi memberi sesuatu yang berharga kepada orang lain.
Itulah ujian terberat untuk menunjukkan kerelaan berkorban oleh diri sendiri untuk aktualisasi dan realisasi rasa cinta kepada sesama umat manusia. Tanpa kemauan mengabaikan rasa egois untuk membina rasa kebersamaan maka akan sulit terwujud sikap solidaritas dan subsidiaritas.
Itulah tantangan sekalian sikap penting untuk dilalukan dalam interaksi sosial ditengah atmosfir kehidupan modern dewasa ini yang cenderung menjadikan umat manusia hidup individualis.
Oleh karena itu dibutuhkan kerelaan diri untuk selalu mengasah ketajaman mata empati ditengah modernisasi kehidupan mengandalkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.