Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Politik Aliran Masih Signifikan dalam PILGUBSU

10 Maret 2013   16:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:01 756 0
Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang dianggap sangat heterogen walau identik dengan sebutan daerahnya orang batak, selain dihuni oleh suku batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing dan Pakpak, diwilayah ini suku Melayu dan Nias juga memiliki jumlah sangat signifikan. Selain suku tersebut diatas yang dianggap sebagai penduduk asli Sumatera Utara sebenarnya keturunan Jawa dan China juga memiliki jumlah yang lumayan besar, dan berdasarkan data statistik dari seluruh jumlah penduduk Sumatera Utara justru orang Jawa memiliki jumlah paling banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk lain berdasarkan suku dan keturunannya.

Kondisi ini merupakan suatu realita yang menggambarkan Sumatera Utara memang memiliki karakteristik sangat heterogen, dan keunikan ini merupakan salah satu perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia. Selain heterogen berdasarkan suku yang dimiliki, masyarakat Sumatera Utara juga memiliki perbedaan agama yang dipeluk dengan jumlah relatif tidak jauh berbeda satu sama yang lain, sehingga tidak demikian mencolok perbedaan antara mayoritas dan minoritas.

Dalam pilihan aliran politik masyarakat Sumatera Utara juga tidak dapat dipisahkan dengan sejarah masa lalu, khususnya ketika orde lama, yang cenderung menjadikan masyarakat Sumatera Utara terpolarisasi dalam sikap politik berdasarkan aliran politik yang ada ketika itu, bahkan sampai hari ini aliran politik ini masih sangat signifikan mempengaruhi pola pilihan atau mempengaruhi masyarakat menentukan pilihan politiknya  dalam setiap pemilihan umum.

Dalam pemilihan gubernur Sumatera Utara yang baru saja berlangsung, berdasarkan hasil Quick Count pasangan yang bersaing ketat terdiri dari pasangan Gatot Pujo Nugroho- T.Erry Nuradi dengan Effendi Simbolon-Jumiran Abdi. Apabila dilihat dari kondisi heteroginitas masyarakat Sumatera Utara maka sejak awal sudah banyak yang memprediksi kedua pasangan ini akan bersaing ketat,  karena kedua pasangan ini memang dianggap akan sama-sama berupaya mencari ceruk suara pemilih yang memiliki jumlah sangat signifikan.

Pasangan Gatot Pujo Nugroho walau bukan PUJAKESUMA (Putra Jawa Keturunan Sumatera) tetapi dianggap akan mampu mendulang suara dari kalangan Pujakesuma yang memiliki jumlah sangat signifikan di Sumatera Utara, dan ditambah lagi peluang yang sangat besar untuk mendulang suara dari pemeluk agama Islam karena Pasangan Gatot merupakan calon dari Partai Islam PKS, sementara wakilnya T Erry Nuradi sebagai calon yang berasal dari etnik Melayu merupakan kekuatan tambahan bagi pasangan ini.

Sedangkan pasangan Effendi Simbolon dan Jumiran Abdi yang merupakan kombinasi pasangan Kristen, Islam, Batak, Jawa dan Nasionalis dianggap merupakan pasangan yang tepat untuk menyasar ceruk suara yang tidak mampu diperoleh pasangan Gatot Pujo Nugroho. Berdasarkan kedua asumsi diatas maka wajar jika sejak awal kedua pasangan ini diprediksi akan bersaing ketat, ditambah lagi dengan latar belakang kedua pasangan yang diusung oleh dua partai yang memiliki suara signifikan di Sumatera Utara yaitu PKS dan PDI Perjuangan.

Kedua partai ini di Sumatera Utara tidak dapat dipungkiri memiliki massa atau pemilih sangat militan dan memiliki wilayah-wilayah yang penduduknya merupakan basis pemilih utama masing-masing partai tersebut. PDI Perjuangan misalnya, sebagai partai yang tidak bisa dipisahkan dari PNI dan Bung Karno memiliki beberapa wilayah yang sampai hari sangat loyal terhadap partai Nasional seperti PDI Perjuangan seperti di wilayah Kabupaten Karo, Deli Serdang, Langkat, Asahan dan Kota Medan.

Effendi Simbolon sebagai calon Gubernur Sumatera Utara yang berlatar belakang berasal dari Suku Batak dan Agama Kristen menjadi nilai tambah untuk meraup suara dari kalangan suku Batak dan pemeluk agama Kristen sehingga jika digabungkan dengan massa loyal-nya kaum nasional akan menjadi kekuatan sangat signifikan, peluang besar ini  ditambah lagi dari potensi yang bisa diraih dari kalangan masyarakat Jawa karena Djumiran Abdi sebagai wakil gubernur pasangan Effendi Simbolon berlatarbelakang suku Jawa dan beragama Islam.

Secara kasat mata, latar belakang yang dimiliki ke-empat orang pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara dapat dilihat memiliki pengaruh terhadap perolehan suara yang mereka raih pada pelaksanaan pemilihan gubernur yang baru saja berlangsung. Berdasarkan data Quick count yang direlease beberapa lembaga survey, Pasangan Gatot Pujo Nugroho - T Erry Nuradi unggul di Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Batubara, Asahan, Tanjung Balai, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Madina, Binjai, Langkat., Sedangkan Pasangan Effendi Simbolon unggul di : Pematang Siantar, Simalungun, Sibolga, Taput, Humbahas, Tobasa, Samosir, Karo,Dairi, Nias, Nias Barat, Nias Utara, Gunung Sitoli.

Daerah-daerah yang memberi keunggulan kepada masing-masing pasangan ini memang identik dengan pangsa suara yang sesuai dengan latar belakang partai, suku dan Agama masing-masing ke-empat calon tersebut, jadi tidak dapat dipungkiri bahwa faktor latar belakang tersebut terutama Agama masih sangat signifikan mempengaruhi pola pilihan masyarakat di Sumatera Utara dan dianggap sangat menentukan kemenangan seseorang  / pasangan untuk memenangkan pemilihan Gubernur Sumatera Utara.

Catatan sekilas ini memang masih membutuhkan data yang lebih akurat namun hal ini bisa menjadi sebuah bahan permenungan buat para pasangan gubernur yang tengah menantikan hasil real count dari KPU Sumatera Utara, dan semoga hal ini bermanfaat sebagai secuil referensi untuk memahami realita politik di Sumatera Utara, khususnya bagi calon gubernur Sumatera Utara yang ingin bertarung di masa yang akan datang fenomena ini teramat sayang untuk diabaikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun