Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Jokowi Cuman Orang Biasa Lho

26 Januari 2014   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 468 5
Keberadaan Jokowi yang terus bertengger sebagai bakal calon Presiden paling berpotensi memenangkan Pilpres menurut hasil berbagai survey, maupun berdasarkan pengamatan secara kasat mata, ternyata tidak sepi dari tindakan tidak mendukung dari berbagai pihak. Pihak yang rada menolak Jokowi dicalonkan menjadi bakal Presiden ini pada umumnya berasumsi bahwa ketenaran Jokowi hanya karena efek blow-up media massa  yang sangat massif.

Ada pihak beranggapan ketenaran Jokowi sebagai calon presiden idaman masa depan (the next president) dan selalu unggul dalam berbagai survey dituduh hanya karena faktor pengaruh pemberitaan yang membuat Joowi semakin tenar atau terkenal dari pelosok desa sampai ke ibukota, bukan karena faktor kinerja Jokowi yang lebih unggul jika dibandingkan dengan kepemimpinan Gubernur DKI sebelumnya.

Pekerjaan Jokowi yang dipublikasikan media massa juga dianggap bukan merupakan prestasi unggul karena hanya berupa blusukan, dan prestasi tertinggi Jokowi disebut hanya keberhasilannya menata pasar tanah abang. Sehingga dipihak lain ada kemudian muncul pendapat yang mengatakan untuk memimpin negara ini tidak cukup hanya mengandalkan blusukan.

Ada benarnya juga asumsi yang dikemukakan pihak yang mengkritisi fenomena ketenaran Jokowi ini, karena ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini yang sedang melalui proses kematangan berdemokrasi dan pembangunan ekonomi bangsa Indonesia membutuhkan Presiden masa mendatang yang memiliki kepemimpinan (leadership) yang mumpuni secara multidimensional.

Tetapi dibalik ketenaran Jokowi dan trend tingginya dukungan masyarakat untuk menjadikannya sebagai the next president Indonesia tidak cukup hanya menyalahkan media massa sebagai faktor penyebab. Sebagai industri, media massa harus mengangkat topik berita yang sedang menjadi trend pembicaraan atau pusat perhatian masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan informasi masyarakat itu sendiri dengan tepat.

Semestinya yang mesti diselususri dan perlu digali dari dalam perut fenomena ketenaran Jokowi saat ini adalah "Apa sesungguhnya motif tersembunyi dibalik sikap masyarakat dalam mendukung Jokowi itu ?". Motif sebagai motor penggerak utama ucapan dan tindakan masyarakat tersebut merupakan faktor penting diketahui untuk memetakan alasan dan tujuan masyarakat mendukung Jokowi. Motif itu boleh saja berbeda diantara semua umat manusia, dan perbedaan itu wajar saja karena umat manusia memang hidup diatas perbedaan itu, namun diantara semua perbedaan itu bisa bisa ditarik garis merah kemiripan maupun persamaan motivasinya.

Sebagai masyarakat yang tengah hidup di alam demokratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara perbedaan pendapat atau pandangan itu merupakan dinamika dan ciri khas hidup berdemokrasi yang mesti  dikelola dengan baik melalui proses dialogis.

Sebagian besar masyarakat yang educated (memiliki pendidikan lumayan tinggi) boleh saja mempergunakan kriteria khusus untuk menilai seseorang layak atau tidak menjadi pigur calon presiden. Secara theoritis boleh jadi kaum berpendidikan tinggi berasumsi syarat utama seseorang dianggap layak sebagai presiden harus memiliki latar belakang pendidikan tinggi, punya kemampuan managerial dan wawasan luas, mampu berorasi dengan menarik, dan memiliki performance yang pantas sebagai seorang pemimpin modern. Atau mempergunakan parameter-parameter yang tertara dalam teks book kepemimpinan atau manajemen modern sebagai barometer untuk menentukan seseorang dianggap layak dipilih menjadi seorang pemimpin.

Tetapi tidak dapat dipungkiri, sampai saat ini realita menunjukkan bahwa Jokowi sedang berada di puncak idaman sebagaian besar masyarakat sebagai calon presiden yang diinginkan. Keinginan tersebut sudah tentu ada alasannya !!!.  Untuk mendukung atau setidak-tidaknya untuk memaklumi trend tersebut, yang perlu dicari terlebih dahulu adalah alasan yang dimiliki masyarakat itu dalam mendukung Jokowi sebagai calon presiden potensial.

Sekilas, berdasar pengamatan sederhana dalam berinteraksi dengan sebagian masyarakat saat ini, ternyata pendukung Jokowi ini memiliki alasan sederhana saja untuk memberi dukungan, yaitu "Jokowi dianggap sangat dekat rakyat". Dengan menyebut "kedekatan" sebagai alasan menyukai Jokowi, tersirat suatu pesan bahwa masyarakat ternyata banyak yang merindukan pigur pemimpin yang mampu dekat dengan mereka, mau mendengarkan keluhan mereka dan mau turun tangan menemui dan berinteraksi dengan mereka. Inilah yang masyarakat temukan dibalik kegemaran Jokowi melakukan blusukan.

Apa yang dilakukan Jokowi itu bagaikan kerinduan yang telah lama terpendam dan kini diperoleh obatnya oleh masyarakat. Memang apa yang dilakukan Jokowi ini boleh saja disebut sebagai hal biasa-biasa saja, tidak istimewa dan boleh jadi tidak ada dalam literatur ilmu manajemen atau theori kepemimpinan, tetapi justru itulah yang diharapkan oleh masyarakat saat ini.

Secara kasat mata memang dapat terlihat bahwa selama kepemimpinan Jokowi di DKI Jakarta sampai hari ini belum ada terlihat proyek mercusuar atau proyek besar mengagumkan yang dilakukan oleh Jokowi.  Yang sering terpublikasikan hanya seputar kebiasaan Jokowi melakukan blusukan, upaya perbaikan waduk atau meninjau gorong-gorong, menambah jumlah bus transjakarta, dan yang dianggap lumayan baik hanya keberhasilannya menata pasar Tanah Abang. Semua yang dilakukan Jokowi itu benar bukan merupakan proyek baru ciftaan Jokowi, tetapi hanya berupaya memperbaiki atau melanjutkan yang sudah ada sebelumnya.

Tetapi bercermin dari keinginan masyarakat yang cenderung terus meningkat untuk mendukung Jokowi sebagai calon presiden, tersirat pesan bahwa Jokowi memang  bukan orang hebat, Jokowi Cuman Orang Biasa, Sama seperti masyarakat biasa, sehingga masyarakat juga suka dengan orang biasa ini.

Pesan yang bisa dipetik dari cerita tentang yang biasa-biasa ini adalah, ternyata sekarang masyarakat umumnya merindukan pigur pemimpin yang biasa-biasa saja. Rakyat tidak membutuhkan pemimpin yang elitis, feodal dan gila penghormatan.  Masyarakat sudah muak dengan pemimpin yang berupaya sekuat tenaga mempertahankan kehormatannya dan akan memberi reaksi apabila kehormatannya terusik.

Anthesis kepemimpinan penuh pencitraan itu bagaikan ditemukan masyarakat dalam sosok atau pigur Jokowi yang sering tampil apa adanya, bicara dengan tutur kata sederhana, suka berbaur dengan sesama umat manusia yang dipimpinnya, bahkan tidak jarang menabrak aturan protokoler agar bisa menyapa dan dekat dengan masyarakat.

Berbicara tentang layak atau tidak Jokowi menjadi calon presiden Indonesia, tidak bisa dilupakan adanya timbul keinginan sederhana masyarakat ini, yaitu merindukan pemimpin yang dianggap dekat dengan masyarakat dan mau mendengarkan keluh kesah masyarakat, serta lebih mengutamakan tindakan daripada keindahan orasi atau pidato. Keinginan sederhana masyarakat inilah yang sering membedakan cara berpikir diantara para elit politik maupun kalangan menengah atas yang berpendidikan dengan masyarakat biasa. Sehingga wajar jika banyak muncul statement yang mengarah kepada upaya mendeskreditkan Jokowi dan pendukungnya, dan menyalahkan media massa sebagai pihak yang terlalu membesar-besarkan kepemimpinan Jokowi.

Dalam konteks ini, perbedaan pandangan dan sikap yang ada harus diterima dengan berpikir matang, dan diterima sebagai sebuah kenyataan dalam berdemokrasi. Salah satu ciri  khas hidup demokratisasi adalah perbedaan pendapat itu, dan melalui sistem pemilihan umum dilakukan penentuan kerangka pemikiran yang mana paling dominan untuk sebagai sistem paling demokratis sampai saat ini menentukan pendapat umum.

Layak atau tidaknya Jokowi sebagai the next president semestinya diuji dan dikembalikan kepada proses pemilihan umum presiden yang akan datang, jika dalam pilpres memang Jokowi tidak menang maka itulah kenyataan sesungguhnya keinginan umum masyarakat. Dan sebaliknya, apabila melalui Pilpres ternyata Jokowi terpilih maka itulah realita bahwa masyarakat ternyata membutuhkan seorang pemimpin yang biasa-biasa saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun