Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Nasib Sang Penulis

20 November 2014   18:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:18 73 1
Tulisan ini ingin mengungkap beberapa orang penulis, demikian saya menyebutnya untuk seseorang yang bekerja melalui daya imijinasinya, akal pikirannya, baik sebagai seorang wartawan, penyair, penulis novel dan lain sebagainya.

Mereka bekerja di belakang meja, duduk di depan meja komputernya ketika suasana sudah menghendakinya. Daya imijinasi dan situasi yang dialami si penulis di dunia nyata harus seirama. Jika tidak, ia tidak mungkin mencurahkan daya imijinasinya ke kertas kosong di hadapannya. Ia harus mengatakan kepada dirinya tidak memiliki permasalahan hidup, meski di dunia nyata ia menghadapinya. Inilah permasalahan yang sering muncul di sekitar kita, ketika si penulis tiba-tiba mengalami stroke, lumpuh dan tidak dapat bekerja lagi...menulis.



B.M.Diah, seorang wartawan, ketika usianya sudah 75 tahun mengatakan kepada saya bahwa ia selalu sehat-sehat saja. Ia memang terus bekerja dan di dalam buku yang saya tulis mengenai beliau: "B.M.Diah,Butir-Butir Padi B.M.Diah (Tokoh Sejarah yang menghayati Zaman)" (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1992). Tidak ada yang percaya ia sudah memeriksakan ginjalnya yang sudah tidak normal lagi.

Tetapi itulah seorang penulis. Ia tidak yakin sakit.Ia tidak yakin ada penyakit dalam dirinya, sementara kalau kita lihat perjalanan hidup seorang penulis tidaklah teratur. Jika ide sudah ada, jam-jam yang seharusnya makan atau untuk tidur dilewati. Ia tidak ingin apa yang dipikirkannya tiba-tiba lenyap begitu saja. Harus ia tulis.

Mungkin yang dialami Penyair Chairil Anwar lebih tragis lagi. Jika B.M.Diah masih bisa melewati usia 70, tetapi Chairil Anwar meninggal di usia muda. Hidupnya juga tidak teratur, namun karya-karyanya dibaca semua orang.

Pernah saya membaca cerita hidupnya yang berkenalan dengan seorang wanita dan nantinya menjadi kekasihnya, Ida. Wanita ini tidak pernah dinikahinya karena ia tahu perjalanan dirinya tidak sebagaimana orang lain. Tetapi ia hebat dalam mencipta. Syair-syairnya hinggak hari ini menjadi sumber ide pemikiran untuk orang lain.

Baru-baru ini, Minggu 9 November 2014, Harian Kompas menurunkan cerita tentang Sunaryono Basuki. Penulis ini pun harus menyerah di tempat tidur. Ia tak mampu lagi menulis karya katya lainnya.

Beberapa penulis di atas ini sudah banyak melakukan aktifitasnya dalam berkarya. Seakan akan ia mengorbankan dirinya untuk orang lain. Ia tidak sadar kepuasan yang ia peroleh dengan menunda mencek kesehatannya dan diimbangi dengan hasil-hasil karyanya berbentuk berpuluh-puluh buku, ia tidak mampu mengawasi dirinya sendiri. Ia harus berbaring sebagaimana dialami beberapa contoh penulis di atas. Tetapi sementara ia berbaring, kita tidak tahu betapa bahagianya mereka jika banyak orang membaca tulisan-tulisannya.Inikah yang dimaksud "Ku ingin hidup 1000 tahun lagi" itu ?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun