Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Kurikulum 2013 dan Bahaya Sekulerisasi

13 Juli 2014   13:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:29 206 0
"Kalau puasa dan tarawihnya tidak lengkap, maka tidak punya lebaran" demikian ayah selalu bilang saat penulis awal-awal memulai puasa pada kls 1 SD.  Maklum, sebagai anak kecil, tentu kadang merasa segan bangun malam untuk sahur atau segera berangkat tarawih setelah buka dengan perut kekenyangan. Namun dengan penekanan tidak punya lebaran kalau puasa dan tarawih tidak penuh, maka ada peralawan mengatasi kemalasan dari dalam diri, yang akhirnya muncul motivasi untuk menjaga kontinyuitas ibadah puasa maupun tarawih. Sebuah pembelajaran kontekstual yang sederhana namun mengena sehingga alhamdulillah dati aqil baligh sampai kini penulis belum pernah seharipun meninggalkan Ibadah puasa Ramadhan.

Realitasnya kami mengamati banyak pelajar yang begitu saja dengan mudah meninggalkan puasa, bahkan tidak malu menunjukan ketidakpuasaannya, penulis manjadi teringat didikan ayah, didikan orang tua. Pada akhirnya penulis juga sangat yakin bahwa mereka yang melakukan hal itu, berpangkal pada pendidikan agama dalam keluarga yang kurang, bahkan mungkin orang tua mereka sangat mengabaikan pendidikan agama. Penekanan orang tua dalam pengamalan agama layak dipertanyakan.

Pendidikan moral spiritual adalah pondasi untuk membentuk pribadi intelektual yang diharapkan serta mampu memberikan pencerahan dan katarsis spiritual kepada peserta didik, sehingga mereka mampu bersikap responsif terhadap segala persoalan yang tengah dihadapi masyarakat dan bangsanya. Pendidikan spiritual mewujud dalam perikehidupan yang diliputi dengan kesadaran penuh, perilaku yang berpedomankan hati nuruni, penampilan yang genuine tanpa kepalsuan, kepedulian besar akan tegaknya etika sosial.

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan sikap peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikapspiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.
Menghargai dan menghayati ajaran gama yang dianut dalam perumusan indikatornya, Sikap spiritual itu dicontohkan sebagai berikut : Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu, Menjalankan ibadah tepat waktu.; Memberi salam pada saat awal danakhir presentasi sesuai agama yang dianut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun