Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Kampanye Trump: Sakoku atau Reconquista?

13 Desember 2015   14:27 Diperbarui: 13 Desember 2015   14:27 135 0
Andai saya seorang Protestan Amerika, tentu saya tidak akan memilih Donald Trump.
Andai saya seorang Muslim Amerika, tentu saya harus menolak kampanye Donald Trump.
Andai saya seorang Katholik Amerika, tentu saya akan matikan siaran Donald Trump.
Andai saya seorang Indian Amerika, tentu saya lemparkan buku Sejarah Amerika pada Donald Trump.

         Begitulah pernyataan emosional saya sebagai warga dunia yang masih memandang Amerika sebagai negara adidaya di abad XXI ini.
Amerika yang saya maksudkan di sini adalah United States of America (USA), bukan untuk semua negara yang berada  di benua Amerika.

         Pernyataan Donald Trump dalam kampanyenya kurang dari seminggu lalu yang saya kutip dari harian Kompas bahwa Donald Trump menyerukan pencegahan total dan menyeluruh orang-orang Muslim memasuki Amerika Serikat sampai perwakilan-perwakilan negara dapat mengetahui apa yang sedang terjadi.
Menurut saya ini terlalu mengada-ngada.
Semakin tua seharusnya berpikir dengan bijak tanpa mengesampingkan identitas pribadi warga negaranya.

         Kalau saya ajak pembaca kompasiana untuk kembali pada tiga abad lalu sembari membuka buku-buku sejarah tentang berdirinya negara Amerika Serikat, tentu semua sepakat bahwa 13 koloni bangsa Inggris di pesisir timur Amerika Serikat ingin merdeka dari Kerajaan Inggris. Mereka menghendaki kebebasan.
Bukankah Amerika Serikat dibangun dari asas Kebebasan?
Mengapa tiba-tiba terjadi pelarangan?
Andai saja warga asli Indian Amerika dapat berpikir lebih maju dari imigran bangsa Inggris tiga abad lalu, tentu tidak akan terbentuk negara Amerika Serikat sekarang ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun