Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan dua ayat ini menyatakan, jika kita sudah bekerja maksimal dalam hal urusan dunia, maka kita semestinya berpaling ke hal-hal ibadah. Artinya, Allah SWT mengajarkan bahwa pekerjaan apa pun akan menjadi bernilai di sisi-Nya jika dikaitkan dengan niat ibadah, atau menjadikan amalan itu sebagai amalan yang bernilai ibadah. Sebaliknya, amalan itu akan kosong dan sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan pengharapan ridho Allah SWT.
Menunda pekerjaan tidak saja sama artinya dengan menyia-nyiakan waktu, tetapi lebih dari itu akan merugikan diri sendiri. Waktu dibuang percuma, tanpa menghasilkan nilai apa-apa. Inilah hal yang paling dibenci Rasulullah SAW. Dalam sejarah hidupnya, beliau tidak pernah menunda pekerjaan selama itu bisa dilakukan pada waktu itu juga. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Ibnu Umar pernah berkata, ''Apabila engkau memiliki satu pekerjaan di waktu sore, maka lakukanlah waktu itu juga, jangan menunda hingga waktu Subuh. Demikian pula halnya, apabila ada pekerjaan di waktu Subuh, lakukanlah di waktu itu, jangan sampai menundanya hingga waktu sore. Beramallah kalian ketika sehat untuk bekalmu ketika sakit, juga ketika hidup untuk bekalmu ketika meninggal nanti.'' (Dikutip oleh Imam Bukhari dalam Jami' as-Shahih-nya).
Menunda pekerjaan sama dengan membuang waktu dengan percuma. Tentu ini bukan hal positif bagi kaum beriman yang selalu menjadikan setiap kesempatan menjadi bernilai pahala di sisi Allah SWT. Menunda pekerjaan sama halnya membuang nilai (pahala) yang akan Allah SWT berikan. Lebih jauh dari itu, sebagai umat manusia, kita sebetulnya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa datang. Penyesalan amat mungkin terjadi jika pekerjaan yang sebetulnya dapat kita lakukan saat itu juga, tapi kita tunda.
Perintah mengerjakan shalat di awal waktu menjadi bukti nyata bahwa Rasulullah SAW adalah tipe orang yang tidak menyukai penunda-nundaan. Bahkan, karena saking pentingnya menghindari penundaan, Allah SWT sempat mengecam orang-orang seperti ini sebagai calon orang-orang yang merugi. Firman-Nya, ''Sungguh kerugian akan didapati orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang menunda-nundanya (sahun).'' (QS. Al-Maa'un [107]: 4-5).