Sebagai pencerdas bangsa, bukankan media seharusnya mampu tidak berpihak kecuali pada rakyat. Tidak salah jika hari ini, banyak rakyat berpendapat bahwa no news is a good news. Lihat saja berbagai status, tweet, atau komentar di jejaring sosial yang menyatakan kemuakannya pada berita-berita di kedua media televisi hari ini. Kejengahan ini bisa semakin meningkatkan apastisme masyararakat terhadap pilpres mendatang.
Berita-berita yang menyangkut pasangan capres sangat tidak berimbang dan cenderung blunder. Seperti yang terjadi pada acara Indonesian Lawyers Club tadi malam. Saya malah memilih mematikan tivi dengan perasaan dongkol membayangkan betapa tidak dewasanya beberapa politisi kita hari ini.
Jarang saya temui kini fungsi media massa sebagai pendidik dalam hal mendorong perkembangan intelektual pembacanya/pemirsanya. Sebaliknya, beberapa media lebih berfungsi sebagai provokator untuk mengarahkan membenci atau memihak salah satu pasangan calon presiden. Keperpihakan media hari ini sangat memalukan dan secara tidak langsung menjatuhkan kredibilitas mereka sebagai agen perubahan sosial dan pembela kepentingan rakyat. Media hari ini adalah pembela kepentingan politik. Membuat politik yang sejatinya adalah perjuangan untuk membuat negara ini lebih berdaulat menjadi semakin kotor dan tercela di mata rakyat.
Harapan saya tinggal satu, keceradasan dan naluri rakyat Indonesi . Saya percaya, ratyat Indonesia hari sudah sudah cerdas. Mereka tidak lagi mudah diperdaya oleh isu-isu yang tidak jelas. Kata hati mereka akan mengarahkan mereka untuk memilih siapa yang menurut mereka pantas memimpin. Rakyat Indonesia hari ini tidak muluk-muluk harapannya. Mereka hanya ingin kehidupan mereka lebih baik dan sejahtera, siapapun pemimpinnya.