Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ahok tidak Sempurna: Stop Fanatisme Buta!

10 November 2012   00:10 Diperbarui: 4 April 2017   16:32 5510 1
Siapa seh yang tidak senang dengan langkah-langkah konkret yang diambil Jokowi Ahok setelah terpilih jadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI? Siapa seh yang tidak bahagia bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur DKI menjadi harapan baru bagi warga DKI dan Indonesia pada umumnya? Kita semua pasti senang (dengan mengesampingkan urusan lawan politik ya), tapi jangan sampai kesenangan kita berujung pada fanatisme buta. Beberapa hari ini saya amati di forum-forum yang menceritakan sepak terjang Jokowi Ahok, hampir seluruhnnya kalau tidak semuanya merupakan komen yang positif dan memang yang diberitakan merupakan berita positif juga. Namun, bagaiman jika yang diberitakan adalah berita negatif, sebuah berita atau informasi yang megutarakan kelemahan atau kesalahan Jokowi atau Ahok? Baru-baru ini Peter F Gontha menulis surat terbuka untuk Ahok di Ahok dan BB. Inti dari surat PF Gontha adalah kekecewaannya karena saat PF Gontha mempresentasikan idenya tentang pembatasan kendaraan berdasar warna, Ahok menginterupsi dan mengatakan penelitian tentang kemacetan sudah banyak tanpa merespon ide PF Gontha dan Ahok sibuk ber-BB ria, sambil "lo-gue"-nan dengan bawahannya. Menurut saya Ahok seharusnya bisa menghargai PF Gontha karena PF Gontha adalah tamu dan juga warga negara yang ingin bertemu dengan pemimpinnya. Berhubung Ahok sudah mengiyakan untuk menerima PF Gontha sebagai tamu, maka harusnya pula beliau menghormati tamu. Apabila tamu yang sudah diijinkan untuk bertamu sedang berbicara hendaknya didengarkan. Apabila tamu itu sedang presentasi hendaknya diperhatikan, walaupun materi yang disampaikan sudah usang. Jangan bermain BB saat tamu datang dan berbicara kepada pemimpinnya.Perhatikan keluhan-keluhannya sebagai seorang warga daerah yang ingin berkeluh kesah dengan pemimpinnya. Kalaupun sang Wagub memiliki urusan penting sehingga tidak bisa tidak, harus disambi dengan mengetik BB atau menerima telepon atau berdialog dengan bawahannya, hendaknya beliau menginformasikannya terlebih dahulu dengan tamunya: "Pak, maaf, apabila pada saat bapak presentasi saya mohon interupsi sebentar karena saya ada urusan penting dan mendadak yang harus saya selesaikan cepat, mohon dimaklumi apabila pada saat bapak presentasi saya mohon izin untuk menerima telepon dan mengetik BB demi belrangsungnya kinerja pemerintahan". Selain itu, PF Gontha juga menyesalkan penggunan bahasa "Lo-gue" di gedung perkantoran, antara bawahan dan pemimpinnya, Ahok. Saya membenarkan penyeselan ini, apa sedemikian susahnya Ahok untuk berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga harus ikut-ikutan arus jargon "lo-gue". Bahkan bahasa bawahan pada atasan pun dengan "lo-gue", sebuah adab berbahasa yang menurut saya tidak pas untuk diteladani di instansi formal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun