Tapi sehebat apapun Nazar, dia tidak bisa menghindar dari nasib yang telah tertulis ditangannnya bahwa dia akan mengalami nasib naas yang tidak bisa dielakkan. Kejahatan-kejahatan yang sudah dilakukan selama ini menerima kutukan dari Penguasa Jagad. Nazaruddin ketahuan "memalak" pembangunan wisma atlet 13%.Inilah akhir dari petualang Nazaruddin.
Nazaruddin kepepet dan sakit hati! Sebagaimana kebiasaan orang seperti yang dialami Nazar, tidak mau menderita sendiri, dia akan menyeret siapapun yang bisa diseretnya. Dasar otaknya tidak bekerja dengan baik, dia tak peduli walaupun yang diseret itu adalah orang yang sebelumnya sangat dihormati atau disegani, malah adrenalinnya semakin terpacu dengan melibatkan orang-orang penting itu supaya bisa merasakan kesengsaraan seperti yang sedang dialaminya.
Nazaruddin tentu hanya mencibir ketika ada yang menghimbaunya pulang untuk membeberkan saja semua yang diketahuinya serta bukti-bukti yang yang dimilikinya kepada KPK. Membeberkan bukti-bukti itu artinya dia membunuh dirinya sendiri sebab semua bukti yang dimilikinya justru lebih banyak mengarah kepada dirinya sendiri, kalau tidak, Nazar tentu tidak akan kabur.
Bagus juga dia terjerembab di sini sebab rakyat jadi semakin terbuka matanya akan peri laku para pemimpin mereka dan berkata: Oo, begitu rupanya orang-orang atau para petinggi partai itu mencari duit untuk mempertahankan eksistensinya, menjarah!
Melihat semuanya itu, sudah tiba saatnya rakyat mengevaluasi keberadaan pemerintah yang sekarang ini efektif atau tidak. Kita tidak bisa membiarkan negera terus menerus seperti ini. Inilah negara yang tidak pernah sepi dari skandal. Mulai dari Skandal BLBI, Century, mafia pajak dan sekarang skandal Nazaruddin dan skandal itu tidak pernah terselesaikan. Bagaimana bisa menyelesaikan kalau para pemimpin itu merupakan bagian dari skandal itu? Maka tidaklah mengherankan kalau skandal-skandal itu dibiarkan lewat untuk menjadi beban pada pemerintahan yang akan datang.
Peristiwa Nazaruddin yang telah mengeluarkan seluruh isi perutnya yang kontroversial dari Singapura atau dari manapun dia berada semakin meyakinkan kita bahwa memang ada yang tidak beres dalam pengurusan negara ini. Para pemimpin terbukti tidak bisa mengatasi masalah karena mereka adalah bagian dari masalah. Harapan satu-satunya adalah kepada rakyat dan rakyat punya caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah.