Di sudut ruangan yang luasnya tidak lebih dari 3 m2 ada sepasang kursi kayu dan satu meja bergaya klasik. Hiruk pikuk suara orang bicara tanpa henti semakin menggagu pendengaranku, suara mobil dan sepeda motorpun tidak kalah berisiknya. Ingin sekali aku protes terhadap keadaan seperti ini tapi lama-lama aku mulai berpikir, ngapain..? itu kan hak mereka..! gumanku. Begitulah berisiknya sebuah warung kopi, warung kopi dimana aku menghabiskan siang sambil mambaca koran yang ditemani segelas kopi. Nikmatnya kopi seolah mengabaikan panasnya matahari dan berisiknya kota disiang itu.