Setelah menahan dahaga selama puluhan tahun tidak memodernisasi alutsista, kini belanja berbagai peralatan tempur yang tahapannya dimulai sejak tahun 2010 terus bergulir. Adapun deretan alutsista yang sudah dan akan datang maupun masih dalam proses tersebut diantaranya, Pesawat Sukhoi Su-30MK2, CN-295, Super Tucano EMB-314, Helikopter Bell 412 EP, Tank Amfibi BMP-3F, Panser Amfibi BTR-4, Pesawat CN-235 MPA, Pesawat Latih T-50, Main Battle Tank Leopard, Meriam Armed Howitzer, Rudal Arhanud Mistral, Helikopter Serbu Fennec AS 555 AP dan AS 550 C3, Multi Launcher Rocket System (MLRS) Astros II, Multi Role Light Fregate (MLRF), serta Helikopter Apache. Sementara sebagai upaya pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri, pemerintah memberikan support dengan Pinjaman Dalam Negeri (PDN) untuk pengadaan alutsista seperti Panser Anoa Pindad, Kapal Cepat Rudal (KCR), Kapal Angkut Tank, Kapal Bantu Cair Minyak, Pesawat CN-235 dan C-212, Helikopter NAS-332 Super Puma, beberapa persenjataan serta amunisi.
Dan, modernisasi alutsista TNI itu menimbulkan dampak. Pengamat militer yang juga pengajar pada jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto mengatakan, negara-negara di kawasan Asia tiba-tiba serius memperhatikan perkembangan di Indonesia, terlebih ketika Presiden SBY mengumumkan akan menghabiskan anggaran pertahanan hingga Rp150 triliun antara 2010-2014 untuk me modernisasi peralatan tempur TNI. Posisi Indonesia yang semula dipandang remeh dalam isu alutsista di Asia, kini mulai berubah. Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro pun berupaya meredam keresahan sejumlah negara-negara yang mulai “gerah” dengan langkah Indonesia, dengan membuat pernyataan, bahwa pembangunan kekuatan militer yang dilakukan Indonesia disebabkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan teknologi yang semakin membaik. Hal ini juga terjadi pada Cina, dimana pembangunan kesejahteraan selalu diikuti dengan pembangunan keamanan. Tetapi hal paling prinsip dari pengadaan alutsista, kata Menhan menegaskan penjelasannya kepada publik, tidak untuk menyerang negara lain melainkan bertujuan menjaga kedaulatan negara semata.