Pertama-tama, pemikiran politik Islam Syiah tercermin dalam doktrin kepemimpinan mereka yang dikenal sebagai imamah. Syiah meyakini bahwa kepemimpinan komunitas Islam seharusnya dipegang oleh imam-imam yang dipilih secara ilahi, keturunan langsung dari Nabi Muhammad. Ini menciptakan sistem kepemimpinan yang berbeda dengan pandangan mayoritas umat Islam, yang cenderung memilih pemimpin melalui musyawarah atau pilihan umum.
Organisasi politik dalam Islam Syiah sering kali berkembang di bawah naungan ulama atau klerus yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan politik dan keagamaan. Gerakan-gerakan politik Syiah, seperti di Iran dengan Revolusi Islam 1979, menunjukkan bagaimana kekuatan politik dapat disatukan di sekitar prinsip-prinsip Islam Syiah.
Dinamika politik Islam Syiah juga terkait erat dengan sejarah ketegangan dan konflik regional. Di beberapa negara, minoritas Syiah mungkin menghadapi ketidaksetaraan atau persekusi, sedangkan di tempat lain, mereka dapat menjadi kekuatan politik yang signifikan. Pergolakan di wilayah-wilayah seperti Irak, Lebanon, dan Bahrain mencerminkan dinamika politik yang terkait dengan identitas Syiah.
Penting untuk diingat bahwa politik Islam Syiah bersifat beragam dan kompleks. Ada variasi dalam interpretasi dan praktik politik di antara komunitas-komunitas Syiah di berbagai negara. Oleh karena itu, pemahaman tentang politik Islam Syiah memerlukan analisis yang cermat terhadap konteks sejarah, budaya, dan sosial setiap komunitas.