Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Doa Ibu

6 Juli 2012   07:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15 428 0
Aku tidak pernah bemimpi bisa berjalan-jalan ke luar negeri, sampai setahun yang lalu aku didorong oleh guruku, sekaligus temanku untuk apply beasiswa ke China. Kejadian selanjutnya adalah benar-benar diluar dugaan. Aku diterima.

Bulan Agustus tahun 2011 kemarin berangkatlah aku ke Nanchang, ibukota provinsi Jiangxi, China. Saat aku tiba disini masih musim panas. Meskipun saat berangkat, Jogja juga panas, tapi panasnya Jogja tidak sepanas di Nanchang ini. Dua hari pertama aku sampai mandi empat kali sehari saking panasnya.

Hari pertama kuliah, salah seorang guru memberitahu, iklim di Nanchang ini ekstrim. Beliau mengharapkan kami bisa bertahan menghadapi perubahan suhu disini. Beliau menambahkan, sebentar lagi China akan memasuki musim gugur. Dimana perubahan suhunya tidak bisa diprediksi.

Kami semua kaget.

Aku bertanya, apakah turun salju ada musim dingin nanti? Beliau menjawab, ya. Ada salju. Meskipun tidak setebal di China bagian utara, tapi ya, ada salju.

OMG.

Sorenya, aku bertanya kepada teman-teman satu apartemenku dimana kami bisa membeli perlengkapan musim dingin ke beberapa orang Afrika yang lebih dulu belajar disini. Mereka menjawab, jangan beli sekarang. Di China sini pakaian dan perlengkapan yang dijual selalu mengikuti musimnya. Musim panas tidak ada toko yang jual perlengkapan musim dingin. Juga sebaliknya. Kalau adapun, harganya mahal. Beda jika benar sudah masuk musimnya. Harganya bisa turun drastis. Kalau kau bisa bahasa Mandarin, bisa dapat lebih murah lagi. Jadi begitu mulai masuk musim dingin, segeralah ke pusat perbelanjaan di kota.

Ok.

Bulan Oktober akhir sampai akhir November (atau Desember?), mungkin adalah musim gugur. Perubahan suhunya sangat ekstrim. Pernah suatu pagi aku dan beberapa orang teman pergi ke kota mencari beberapa barang. Saat berangkat, suhu udara lumayan panas, tapi awan mendung menggantung di langit. 29 derajad celcius. Saat turun bis, hujan. Suhu turun ke 21 derajad. Saat berjalan ke pusat perbelanjaan, aku yang hanya memakai kaos tipis merasa sangat kedinginan. Kulihat layar HP ku yang ada fasilitas widget pengukuran suhu udaranya: 19 derajad!

Belum ada 30 menit kami berjalan, tiba-tiba hujan berhenti dan matahari keluar dengan teriknya. Suhu udara berubah lagi: 26 derajad.

Malamnya, angin bertiup sangat kencang. Juga dingin. Suhu: 11 derajad.

Teman sekamarku sempat uring-uringan karena perubahan suhu yang sangat cepat. Bagi kami, orang Indonesia yang belum pernah keluar negeri sebelumnya,  musim ini adalah musim yang paling gila. Malam itu aku sulit tidur gara-gara kedinginan. Jaket tebalku yang kubawa dari rumah tidak cukup berguna.

Akhirnya musim dingin itupun tiba. Sebagian besar orang Indonesia memilih pulang karena tidak tahan dingin. Aku tetap disini. Aku hanya setahun di sini, masa tidak merasakan salju? :P

Musim dinginnya benar-benar dingin. Yang bikin gila adalah tiupan anginnya. Sepanjang hari bertiup angin kencang yang mirip angin kencang tepi pantai. Masalahnya, angin yang dibawa adalah angin dingin dan kering. Bibirku sampai pecah-pecah berdarah karenanya.

Sampai bulan Januari pertengahan tidak ada salju yang menumpuk. Suhu rata-rata harian adalah 3 derajad pada waktu siang dan lebih rendah lagi pada waktu malam. Turun salju memang beberapa kali sempat terjadi. Tapi hanya singkat. Dimanakah tumpukan salju itu? Bukannya tanggal 23 Januari 2012 sudah 春节  Chūnjié (di Indonesia: sincia, arti literal dari Chūnjié adalah festival musim semi) ya? Tanda sudah berakhirnya musim dingin? Masa aku tidak merasakan salju? Rugi donk tidak pulang kampung.. =.=

Tanggal 22 Januari pagi, aku bangun dengan malas karena rasa dingin yang jauh lebih menusuk dari sebelumnya. Masih dengan malas aku buka pintu dan jendela kamarku. Suatu kebiasaan yang kulakukan selama musim dingin ini. Dengan membiarkan udara dingin masuk beberapa jam, selain mengganti sirkulasi udara dalam kamar dengan udara segar diluar, juga menambah kemampuanku menghadapi musim dingin. Ini nasehat ayahku yang pernah merasakan musim dingin di Jepang beberapa tahun yang lalu.

Saat berdiri dari balkon memandang ke bawah aku terkejut. Ada tumpukan salju! Di HP ku tertera: minus enam derajad!! Jauh lebih dingin dari sebelumnya. Pantas saja tadi malam dingin. Turun salju lagi rupanya.

Sekarang aku merindukan saat-saat itu. Merindukan suhu yang lebih sejuk. Hari ini, Jumat 6 Juli 2012, sudah masuk musim panas. Panasnya juga nggak nahan. Jalan keluar gedung apartemen paling tidak diminati teman-teman. Rasanya seperti masuk ke kamar untuk mandi uap. Lembab dan panas. Kulit cepat menghitam di sini.

Temanku, orang China, pernah berkata setengah bercanda, "Jika kamu bisa bertahan hidup di Nanchang, kamu bisa bertahan hidup di kota mana saja di China ini. Karena kota ini adalah salah satu kota yang iklimnya ekstrim di China". Tapi jika diingat-ingat, aku rasa aku masih bisa tuh menghadapi iklim di Nanchang.

Aku yakin sekarang pasti ada banyak orang yang kebingungan membaca artikel ini. Kenapa judul dan isinya tidak nyambung? Hahahaha... Oke deh, aku akan jelaskan :)

Meskipun suhu udara di sini ekstrim buatku, tapi menurut banyak orang China yang biasa tinggal di sini, suhu udara tahun ini tidak seekstrim biasanya!

Suhu udara pada musim dingin kemarin tidak sedingin tahun-tahun sebelumnya, salju tidak sebanyak tahun kemarin, udara panas musim ini juga tidak sepanas tahun lalu yang dengar-dengar bisa mencapai 40-an derajad (pagi ini: 30 derajad).

Bagi mereka, suhu udara tahun ini lumayan nyaman. Ada juga dari mereka juga bertanya-tanya mengapa ini bisa terjadi. Temanku, dengan nada serius (bercandanya), berkata sambil menunjukku: "Pasti ini gara-gara kamu ada di sini". Aku ingat aku pernah ceritakan iman kepercayaanku padanya.

Saat itu aku tidak tahu harus menjawab apa. Sampai beberapa waktu yang lalu ibuku telepon, memberitahu bahwa beliau setiap hari selalu berdoa agar aku tidak kedinginan di musim dingin dan tidak kepanasan di musim panas. Agar tangan Tuhan sendiri yang menjaga dan memberikan kepadaku segala yang terbaik buatku di China sini.

Setelah telepon ditutup aku tercenung. Jadi ini sebabnya! Temanku dalam candaannya benar! Aku bersyukur ibuku mendoakanku demikian. Itu sebabnya aku bisa merasa aku bisa bertahan satu tahun ini di sini :D

Bagiku, tidak ada kata mustahil bagi orang yang percaya. Mujizat itu nyata! Doa itu dapat merubah sesuatu. Apa sih yang mustahil di mata Tuhan? :D

Aku yakin pasti ada orang yang puas oleh jawaban ini dan mencari penjelasan-penjelasan yang lebih logis. Silakan. Toh ini bukan kotbah. Aku hanya sharing pengalaman :D

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun