Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Berlayar | Puisi

5 September 2021   01:14 Diperbarui: 5 September 2021   02:00 236 3
Diketenangan malam menjenguk hari
Serintis langkah angin
Menuntunku ke persimpangan waktu
Dan bulan seakan tahu, ada hati yang membisu

Bersama angin darat
Kudorong perahu hingga mencium bibir ombak
Mendayung-mendayung
Kupecah gelombang dengan ujung perahu

Seiring gerak ombak perahu oleng kian kemari
Mencari-cari warna yang hilang
Pada kedipan genit mata bintang
Pada langit yang diam

Setibanya di laut
Kulempar jangkar
kutebar pukat
Untuk kutangkap semua sunyi

Di malam yang masih tenang
Awan pun malas membatik langit
Riak air kini tinggal serpihan purnama
Baru ku tahu ada tempat dimana lisan membiru

O, Gusti
Malam ini kukenakan kemeja bersulam sutra
Bersarung tenun dari Makasar
Dan songkok dari beledu paling istimewa

O, Gusti
Wudhu ku dari air laut sajadahku dari perahu
Air laut bersihkan gamang dalam dada
Dan perahu yang tak pernah menyentuh apapun
selain pasir dan air laut

Tapi Gusti,
Sayangnya Engkau Maha melihat
Bukan aku ingkar dari sifat-sifat Mu
Hanya upayaku sembunyikan cacat di hadapan Mu

O, Gusti
Asma Mu telah ku sebut
Kalimat suci telah kubaca
Butir-butir tasbe jatuh diantara lokan-lokan

Kelat bergetar tiba-tiba
layar berkibar seketika
Malam begitu warna-warni
Aminku berloncatan kian kemari



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun