Ruyati sudah terpancung, tidak bisa dikembalikan lagi, lebih baik kita bicarakan siapa selanjutnya, mereka yang telah memungkinkan terkirimnya Ruyati sebagai TKI ke Arab Saudi. Sebagai negeri kaya, Indonesia tidak sepatutnya sampai mengirim tenaga kerja ke luar negeri, terutama untuk pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian. Ada yang salah dengan pengelolaan negara ini sehingga bagi sebagian orang terasa gersang dan harus melanglang buana ke negeri-negeri lain. Jadi pancungan selanjutnya adalah pengelola-pengelola negeri ini yang gagal mengelola kekayaan negeri sehingga rakyatnya harus menghinakan diri di negeri lain.
Lantas siapa selanjutnya?
Kebanyakan TKI adalah wanita, dan tidaklah pantas menjadikan wanita tulang punggung dalam menafkahi keluarga. Suami-suami yang tega mengirim istrinya bekerja ke luar negeri mestilah jadi target pancungan selanjutnya. Keadaan ekonomi memang terasa menghimpit, tapi mengirim istri untuk mencari nafkah sampai bertahun-tahun ke luar negeri bukanlah alasan yang bisa diterima. Keluarga memerlukan ibu, suamilah yang harus bekerja keras.
Lantas siapa selanjutnya?
Selanjutnya adalah tetangga-tetangga yang secara ekonomi berlebih, yang telah menutup mata keadaan sekitar. Tidak layak kita makan berlebih jika masih ada tetangga yang belum makan.
Ups, ada yang terlewat, ini harusnya jadi yang nomor dua, jaringan pengirim tenaga kerja. Karena bujuk rayu dan manipulasi merekalah, semua keadaan ini terjadi.
Ayo, mana pedangnya?