Saya duduk diam di kegelapan, listrik mati, lilin sengaja dihemat, soalnya sepulang dari kantor saya di Kotabaru sampai ke rumah saya di pedesaan Sleman, hampir 3/4 perjalanan yang saya lewati menjadi kawasan yang mati listrik. Ini indikasi bakalan lama mati listrik malam ini. Sastro duduk mendelosor di meja kecil depan saya.Ini sudah jam 20.00, dan dari jam 17.00 listrik mati. Satu lilin di ruang makan dan satu lilin di ruang tamu. Konyol sekali jika kehabisan lilin sedangkan listrik belum menyala. Kami tidak lagi di pendopo karena hujan dan angin yang cukup kencang.
Saya jadi ingat status saya di Facebook kemarin,"Hujan sehari tidak mampu menghapus panas setahun". Nyatanya sore ini alam menyatakan pada saya, hujan sesore menghapuskan listrik semalaman. Istilah Jawanya "kuwalat" alias termakan lidah sendiri. Alam yang kuat atau PLN yang lemah? Saya tidak dalam kapasitas untuk menjawabnya.
Sastro yang dari tadi diam menekuri mBreakBerry nya tiba-tiba bersuara, "Jenengan kok tidak langganan internet di rumah?" "Hmmm" "Malah menggeram ta, Mas?" "Lha? Terus agenda kamu apa? Di balik keinginan berlangganan internet itu?" "Saya ngga punya agenda mas, saya punyanya notes batik, notes untuk nyateti utang-piutang saya" "Weh, lha agenda itu jadwal, alias apa rencana Anda jika saya sudah berlangganan internet di rumah ini?" "Ya.. Anu.. Mata saya pedes kalau baca berita internet kalau pake mBreakBerry ini.. Sama gambanya kecil-kecil, kurang jelas, kurang marem" "Wooo.. Padune! Maunya! Supaya jika kamu baca berita Ayu Azhari nyalon wakil bupati terus kelihatan jelas foto tonjolan-tonjolannya, ta?" Sastro meringis … Nah, benar kan? "Ngga cuma itu Mas, kan misale jenengan nulis di kompasiana itu, kan banyak fotonya, saya juga ngga bisa lihat dengan jelas" "Wooo.. Politik! Terus membuai-buai saya, dengan menyatakan mengikuti tulisan-tulisan saya di media, padahal asline Anda cuma mau memelototi perempuan-perempuan berkurva sempurna itu" Sastro meringis lagi, dan tepat ketika itu, ada kilatan lampu motor masuk ke halaman rumah.
Wah? Kok malam-malam ada tamu? Jangan-jangan orang nyasar. "Tro, kalau orang minta sumbangan, bilang juragane lagi meeting sama BAKIN, ben mengkeret. Wis sana cepet. Nek ditanya yang di dalam siapa, bilang saja tukang kebon!"
Sastro membuka pintu dan menemui manusia misterius yang sedang membuka jas hujannya. Saya mengintip, tapi gelap. Lho? Kok malah ketawa-ketawa sama Sastro, jangan-jangan Sastro disogok biar bisa ketemu saya. Saya berusaha mendengar tapi tertutup suara hujan. Mendingan saya sembunyi sajalah. Selagi saya beringsut mau ke dapur,"Heeeeh.. Mau lari kemana kamu?". Eh, ini suarane DR Wiro ST PhD. Tumben malam hari ke sini.
"Anu, mau ambil rokok, lha kok janur gunung, kadingaren, tumben kesini malam-malam?" "Kepepet alias terpaksa, hujannya deres banget dan saya duitnya baru mepet, makanya tak pikir-pikir kalau mampir di tukang foto gadungan itu, pasti ada kopi gratis sekalian berteduh" "Gadungan tidak gadungan saya orangnya sosial, tidak pelit seperti sampeyan. Ada angin apa sampeyan berkeliaran malam-malam? Apakah merasa sudah menjadi Batman? Atau sedang memperdalam ilmu ghoib? Bertapa mencari wangsit proyek dari luar negeri? Apa Dok?" "Salah semua, saya sedang memotret kota Yogya dari Kaliurang" "Lho?" "Kenapa? Nggak boleh saya ketularan seneng motret?" "Ya terserah panjenengan, tapi anda biasane mengurusi hal-hal serius?" "Motret juga serius! Wis, sudah! Sastro suruh bikin kopi, dari tadi cuma utak-utik BlackBerry palsu terus-terusan"
Singkat kata, 3 gelas kopi dan krupuk pasar terhidang. Di tengah keasyikan kami mengobrol, lewatlah tukang mie dog-dog. Bagi yang belum tahu, saya jelaskan, dog disini bukan anjing, jadi ini bukan mie goreng daging anjing, ini tetap pakai ayam saja. Tetapi penjualnya kalau lewat memukul-mukul gerobagnya, jadi berbunyi dog-dog. Wah, kena lagi saya. Atas hasutan Sastro, Pak Doktor jadi minta disuguh makan juga. Wah, ini pemerasan. Tapi buat saya yang orang pas-pasan, tetap lebih nikmat jika menikmati makanan sederhana dengan teman-teman yang baik, dibanding makanan mahal di meja kemunafikan (idealisme saya jangan dicatat, ini cuma sepanjang saya masih bisa cari makan).
Tiga nasi goreng magelangan dipesan. Ini catatan lagi: penjual mie dog-dog punya menu standar: mie goreng, mie rebus, nasi goreng, dan nasi goreng magelangan. Nasi goreng magelangan adalah nasi goreng yang dicampur mie. Jangan dibayangkan, karena aneh. Kapan-kapan dolan saja ke Yogya dan mencoba menu ini. DR Wiro yang lulusan ngAmerika dan Satroningratan yang lulusan SMP nGunung Kidul saja jadi rukun, jika sudah dijamu begini. Tiada pedebatan, damai. Saya pun menikmati kebersamaan bersama sahabat sekaligus musuh saya ini.
Sastro menyelesaikan makan pertama kali. Ketika dia melipat bungkus nasi magelangannya, tiba-tiba matanya menatap sesuatu di koran bungkusnya. "Mas Doktor, beritane seru banget, anak SMA ditangkap ketika pesta seks" DR Wiro agak tersedak,"Mana Tro?" "Ini nih, coba dibaca" Bungkus nasi magelangan yang agak berminyak jadi bahan bacaan dua manusia yang beda dunia itu. "Wah, Tro, sambungannya kok sobek?" "Dok, dihabiskan cepet nasinya, siapa tau sambungannya di koran bungkus nasi panjenengan" "Bener Tro, bentar!" DR Wiro tambah semangat menghabiskan magelangannya. Dua menit kemudian dua manusia haus berita seks itu sudah menekuri sobekan koran bekas bungkus nasi DR Wiro. "Wah, ini bukan sambungane, ini malah isinya kematian Mak Perot dukun sakti pemanjang keris itu!" Tiba-tiba, dua pasang mata menatap bungkus nasi yang masih saya makan ini. "Kenapa? Mau dibaca juga? Woh, dasar manusia haus berita cabul!" "Jangan cerewet kamu, ayo cepet makannya", DR Wiro menghardik saya. "Weh, wong ini nasi saya, masih mau dinikmati, jangan semena-mana!" DR Wiro menatap Sastro,"Mau baca lanjutan pesta seks anak SMA tidak? Sana cepet, ambil piring buat juraganmu itu"
Setengah berlari Sastro segera ke belakang, dalam beberapa menit sisa nasi saya dipaksa pindah ke piring, dan bungkus nasi tersebut kemudian diteliti oleh Sastro dan DR Wiro. Wajah dua orang tersebut sangat serius, mirip-mirip ahli arkeologi meneliti manuskrip kuno. Dibolak-balik dengan hati-hati, berhubung sudah berlumur minyak, mereka memperlakukannya sangat halus dan takut sobek. Saya takjub melihat daya tarik berita seks yang bisa mempersatukan dua kubu yang sangat jauh berseberangan tersebut. Sambil menyendok beberapa suap terakhir, saya melihat keajaiban sebuah koran bekas bungkus nasi magelangan berisi berita seks yang mempersatukan mereka.
"Hmm.. Bener Tro, memang rusak dunianya" "Iya Dok, mosok ta? Masih remaja sudah pesta seks?" "Ya kalau udah kakek-kakek mungkin tidak kuat pesta seks, Tro! Paling-paling arisan gigi palsu" "Hahaa.. Dok, kalo kakek-kakek pesta seks, besoknya malah acaranya melayat bersama, saking semangatnya bisa serangan jantung"
Kemudian mereka ketawa bebarengan. Wah, akrab, hangat. Tidak seperti ketika mereka membaca berita kasus bank Century yang berakhir debat mirip peperangan ala Mahabarata. Ini beda, semua ketawa, senang, bahagia, walaupun beritanya sendiri sangat memperihatinkan. Saya jadi ingat, ketika Miyabi, aktris porno dari Jepang mau datang ke Indonesia dan bikin filem, banyak yang melakukan kontra. Tetapi dua manusia di depan saya ini malah siap-siap belajar bahasa Jepang khusus buat mbajul alias menggoda Nona Miyabi jika nanti sudah mendarat di negara kita yang tercinta ini. Sementara saya merenung-renung, DR Wiro dan Sastro malah sudah membahas cerita dan berita seks baru yang mereka dapatkan via mobile site di mBreakBerrynya Sastro. Mungkin ada baiknya jika semua media diisi berita seks saja, akan lebih damai dunia ini.