Baru saja melihat pak Fadel sedang melakukan talk show di salah satu TV. Dia menguraikan kekecewaannya dan ketidakmengertiannya mengapa dia di copot dari tugasnya sebagai menteri yang selama ini seperti yang diuraikan cukup memberi pengaruh pada kesejahteraan rakyat. Nampaknya hanya pak SBY yang tahu alasan pencopotannya meski nampaknya banyak orang menyesalkannya. Dan tentu saja pak Fadel merasa pantas untuk marah dan kecewa. Perasaan ini wajar. Akankah ini akan menjadi pengulangan pengalaman seperti yang terjadi pada ibu Megawati yang di jaman orde baru merasakan "ketidakadilan" oleh para penguasa saat itu. Demikian juga dialami oleh pak SBY sendiri yang tatkala itu sepertinya "dihina" oleh perkataan pak Taufik Kiemas yang notabene adalah suami ibu Megawati. Dalam keadaan demikian, tentu mereka merasa kecewa namun hal tersebut justru menjadi keberuntungan karena rakyat membelanya dan itu menjadi dukungan moral dan menggelinding seperti bola salju sehingga menjadikan mereka sebagai penguasa pada akhirnya. itu semua tentu difasilitasi oleh media yang gencar dalam memberitakannya yang memberi pengaruh sangat besar. Apakah rakyat kita ini sepertinya tidak bisa melihat orang lain menderita atau diperlakukan tidak adil ? saya tidak tahu. Tapi itu bisa terjadi. Jadi belum tentu pak Fadel sekarang kecewa akan selamanya kecewa. Kelak kita akan melihat bagaimana endingnya. yang jadi masalah adalah apakah pak Fadel dalam melakukan tugas-tugasnya dulu sebagai menteri benar-benar membela rakyat. Kalau ya, pastilah kelak bila dia diangkat menjadi pemimpin apapun pasti hal tersebut yang akan memotivasi dan itu pasti tidak akan mengecewakan rakyat. Akibatnya dukungan rakyat kepadanya akan panjang. itu semua tergantung dari bukti, apakah pak Fadel bisa dipercaya atau tidak. Rakyat kita butuh pemimpin yang sangat peduli dengan nasibnya. penderitaan seringkali justru mendatangkan berkat di kemudian hari. Dukungan rakyat akan didapatkan tergantung apakah pemimpin itu mau mengabdi ke pada rakyat atau tidak. Apakah pak Fadel kelak akan bersyukur?
KEMBALI KE ARTIKEL