Di lain kesempatan, saya sempat terheran-heran saat memasuki salah satu toilet di gedung universitas di Perancis. Saat saya membuka pintu, ternyata lampu toilet menyala dengan sendirinya. ckckck. Saking herannya, saya berulang kali membuka dan menutup pintu untuk mencari tahu sebetulnya sensor apa yang dipakai untuk mengendalikan nyala lampu tersebut. Yah, eksperimen kecil tersebut ternyata juga tidak menjawab pertanyaan saya sampai sekarang (kalo ada yang tau boleh di-share).
Contoh lainnya adalah saat saya memperhatikan bahwa dapur restoran hotel tempat saya menginap ternyata adalah pintu otomatis yang terbuka dan tertutup sendirinya saat ada pelayan yang melewati. Luar biasa sekali pikir saya dimana mereka menggunakan teknologi bahkan untuk urusan yang sangat remeh seperti membuka dan menutup pintu dapur.
Dari pengamatan saya itu kemudian saya berpikir, mengapa mereka bisa menggunakan semua barang-barang berteknologi terbaru untuk hal-hal yang sederhana dan mengapa di negara saya sendiri tidak. Ternyata memang jawaban atas pertanyaan di atas mudah, yaitu karena mereka menguasai teknologi sejak lama dan mampu memproduksinya. Sialnya, negara kita, Indonesia tidak menguasainya dan kita jadi pembeli produk negara maju. hehehe. Ironis dan tidak adil sekali bukan. Negara maju yang sudah dari sejak puluhan tahun sebelumnya menguasai perkembangan teknologi, mampu memproduksinya, dan sekarang menjual produk mereka ke negara berkembang seperti Indonesia.
Dimana letak ketidak adilannya?
Yah, menurut saya pribadi, letak ketidak adilannya terletak pada harga barang-barang tersebut yang mengikuti standar penghasilan masyarakat negara maju. Kenyataannya, barang berteknologi terbaru, seperti peralatan elektronik dan kendaraan pribadi merupakan barang murah bagi masyarakat negara maju. Yah, setidaknya bagi mereka tidak mahal-mahal sekali lah.
Dari obrolan saya dengan salah seorang teman yang berwarganegara Jerman, penghasilan seorang karyawan biasa di negaranya berkisar antara 1.500 s.d. 2.000 euro atau kalau dalam rupiah menjadi Rp. 22,5 juta sampai Rp. 30 juta. Sedangkan, barang-barang berteknologi terbaru, seperti contohnya Handphone rata-rata dijual dengan harga 500 euro atau Rp. 7,5 juta. Mobil dijual dengan harga 15.000 euro ke atas atau Rp. 225 juta. Coba deh bandingkan antara gaji mereka dengan harga barang-barang tersebut. Dalam sebulan, mereka bisa beli Hape terbaru 3 buah dan waktu menabung yang mereka butuhkan untuk membeli sebuah mobil adalah 10 bulan.
Sekarang, coba kita bandingkan harga barang-barang tersebut dengan penghasilan masyarakat Indonesia. Seorang pegawai biasa di negara kita anggaplah memperoleh gaji Rp. 4 juta dalam sebulan. Harga Handphone dengan spesifikasi yang sama dengan contoh sebelumnya misalkan Rp. 9 juta rupiah. Harga mobil keluarga baru yang umum digunakan di Indonesia kurang lebih adalah Rp. 150 juta. Jadi, masyarakat Indonesia dengan penghasilan Rp. 4 juta sebulan, dalam sebulan hanya bisa membeli 1/2 buah Handphone dan butuh waktu 38 bulan untuk memperoleh cukup uang membeli mobil baru. Wow.
Yap. saya rasa semua orang harus setuju sama saya bahwa perbandingan-perbandingan yang saya buat di atas mencerminkan sebuah ketidakadilan global antara negara maju dan negara berkembang, khususnya Indonesia. hehehe. Satu opini terakhir dari saya, Indonesia baru bisa jadi negara maju kalo perbandingan penghasilan masyarakat dengan harga barang-barang berteknologi terbaru di negeri ini bisa minimal sama dengan perbandingan antara penghasilan masyarakat dengan harga barang-barang berteknologi di negara maju.
Soal caranya membuat kondisi teratas terwujud, saya rasa ada banyak. Cuman ya, kalo negeri ini masih dipimpin sama orang-orang yang serupa dengan yang memimpin kita sekarang ya sepertinya gak bakalan terwujud. hehe.
Salam.