Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Plus-Minus Program Makan Siang Gratis

27 Juli 2024   00:13 Diperbarui: 27 Juli 2024   00:22 175 4
Program makan siang gratis terus diuji coba dengan berbagai skema hingga Oktober 2024. Simulasi di beberapa sekolah dilakukan, seperti di Sentul, Bogor dan Solo.

Wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, mengungkapkan bahwa harga menu untuk program ini sebesar 15.000 rupiah per porsi. Gibran juga menepis isu yang sempat beredar tentang harga menu yang dipotong menjadi 7.500 rupiah.

Makan siang gratis ini menjadi salah satu program pasangan Prabowo-Gibran saat kampanye Pilpres 2024. Program ini paling banyak menjadi sorotan di antara janji kampanye lain, seperti peningkatan produktivitas pertanian, kartu kesejahteraan, menaikkan gaji ASN, mendirikan Badan Penerimaan Negara, pembangunan infrastruktur desa dan BLT, pemeriksaan kesehatan gratis, dan perbaikan sekolah.

Program Makan Siang di Beberapa Negara

Salah satu contoh negara yang sukses dengan program makan siang adalah Jepang. Bahkan, program ini telah dilakukan sejak tahun 1889.

Di Jepang, program makan siang di sekolah dikenal dengan nama "kyshoku" dan telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Program ini tidak hanya menyediakan makanan bergizi bagi para siswa, tetapi juga mengajarkan mereka tentang pentingnya gizi dan etika makan.

Menu makanan biasanya dirancang oleh ahli gizi untuk memastikan keseimbangan nutrisi yang baik, dan sering kali melibatkan bahan-bahan lokal dan musiman. Sebagai hasilnya, program ini telah berkontribusi pada kesehatan yang lebih baik dan tingkat obesitas yang rendah di kalangan anak-anak Jepang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah Indonesia mempelajari program makan siang gratis dari Jepang. Pemerintah Jepang pun menyatakan siap untuk membantu Indonesia dalam pelaksanaan program ini.

Amerika Serikat juga memiliki program makan siang gratis yang dikenal sebagai National School Lunch Program (NSLP). Program ini dimulai pada tahun 1946 dan telah diperluas selama bertahun-tahun untuk mencakup lebih banyak anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah.

Program ini menghadapi berbagai tantangan, seperti masalah pendanaan dan kualitas makanan. Namun, banyak sekolah telah berhasil meningkatkan standar gizi dan kualitas makanan yang disajikan.

Program ini tidak hanya menyediakan makan siang gratis bagi jutaan anak setiap hari, tetapi juga mendukung petani lokal dengan membeli produk pertanian dalam jumlah besar.

Plus-minus Program Makan Siang Gratis

Program ini memiliki sejumlah kelebihan yang signifikan. Pertama, dapat membantu mengurangi angka kelaparan dan malnutrisi di kalangan anak-anak. Dengan adanya makanan yang cukup dan bergizi, anak-anak dapat lebih fokus dalam belajar dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah.

Kedua, program ini bisa menjadi bentuk dukungan sosial yang penting bagi keluarga berpenghasilan rendah, mengurangi beban finansial mereka dalam menyediakan makanan harian.

Selain itu, program ini juga bisa mendukung petani atau peternak lokal apabila menggunakan produk-produk lokal tersebut.

Namun, program makan siang gratis juga memiliki beberapa tantangan atau kekurangan yang perlu dipertimbangkan. Salah satu kekurangan utamanya adalah biaya yang cukup besar untuk menjalankan program ini secara berkelanjutan.

Pemerintah atau lembaga yang menyelenggarakan program ini perlu memastikan adanya dana yang mencukupi untuk menyediakan makanan setiap hari dalam jangka panjang.

Selain itu, ada juga tantangan logistik dalam distribusi dan penyimpanan makanan. Perlu dipastikan agar makanan yang disediakan selalu segar dan aman untuk dikonsumsi.

Ada juga kekhawatiran bahwa program makan siang gratis bisa menyebabkan ketergantungan pada bantuan tersebut. Penerima bantuan bisa menjadi kurang termotivasi untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka sendiri jika terus-menerus menerima bantuan makanan.

Oleh karena itu, penting untuk menyertakan program-program pendukung lainnya. Misalnya pendidikan keuangan atau pelatihan keterampilan kerja bagi keluarga penerima manfaat agar mereka dapat mencapai kemandirian ekonomi dalam jangka panjang.

Dengan demikian, program makan siang gratis bisa menjadi lebih efektif dan berkelanjutan dalam memberikan manfaat kepada masyarakat.

Pengangguran Masih Menjadi Masalah Besar

Ada berbagai masalah yang dihadapi Indonesia saat ini. Selain masalah stunting dan kurang gizi, negara kita juga dihadapkan pada pengangguran, literasi, hingga penegakan hukum.

Terkait pengangguran, International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook Database, April 2024 mengumumkan tingkat pengangguran di seluruh dunia. Laporan tersebut menulis tingkat pengangguran tiap negara dari tahun 2017 hingga 2024.

Untuk Indonesia, tingkat pengangguran di tahun 2024 sebesar 5,2 persen, turun dari periode 2023 (5,32 persen). Tingkat tertinggi pada periode 2017-2024 yaitu sebesar 7,07 persen (tahun 2020).

Tingkat pengangguran Indonesia tahun 2024 ini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Di bawah Indonesia, ada Filipina (5,08 persen), Brunei (4,9), Malaysia (3,5), Vietnam (2,06), Singapura (1,9), dan Thailand (1,1).

Negara-negara dengan tingkat pengangguran tertinggi yaitu Sudan (49,5 persen), Afrika Selatan (33,4), Georgia (15,7), Ukraina (14,5), Makedonia Utara (14,1), Bosnia & Herzegovina (13,3), Maroko (11,9), Spanyol (11,6), Albania (11), dan Suriname (10,3).

Upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran perlu dilakukan. Hal ini tidak hanya memberikan solusi terhadap masalah pengangguran, tetapi juga stunting, kurang gizi dan masalah lainnya.

Membuka Lapangan Kerja Lebih Baik daripada Memberi Makan Siang Gratis

Membuka lapangan kerja dinilai lebih baik daripada memberi makan siang gratis karena menciptakan dampak jangka panjang yang lebih positif bagi individu dan masyarakat.

Pemberian makan siang gratis memang membantu mengatasi kebutuhan sementara. Namun, tidak memberikan solusi yang berkelanjutan untuk masalah ekonomi yang dialami banyak orang.

Dengan membuka lapangan kerja, ada kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan sendiri. Pada akhirnya, ini membantu meningkatkan taraf hidup dan kemandirian finansial.

Selain itu, membuka lapangan kerja juga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Dengan lebih banyak orang yang bekerja, daya beli masyarakat akan meningkat, yang pada gilirannya mendorong konsumsi dan produksi.

Tidak hanya itu, membuka lapangan kerja juga memiliki manfaat sosial yang signifikan. Ketika seseorang memiliki pekerjaan, ia merasa lebih dihargai dan memiliki tujuan dalam hidup. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional, serta mengurangi tingkat kejahatan dan masalah sosial lainnya yang sering kali terkait dengan pengangguran.

Dengan demikian, menciptakan lapangan kerja bukan hanya solusi ekonomi, melainkan juga solusi sosial yang komprehensif dan berkelanjutan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun