Merunut ke masa-masa silam, tidak banyak anggota keluarga kami yang menjadikan secangkir kopi sebagai sebuah minuman wajib di pagi hari. Almarhum nenek adalah satu-satunya orang yang menggemari kopi untuk memulai kegiatan pagi. Mungkin saat itu saya masih 6-7 tahun, ketika biasanya saya setiap pagi menyelinap masuk ke rumah nenek yang bersebelahan dengan rumah orang tua saya. Kopi hitam adalah kopi yang sering dinikmati beliau. Demi sehirup dua hirup kopi, sering kali saya berlaku ‘tidak sopan’ dengan mendahului meminum kopi yang masih secangkir utuh, masih mengepul uap-uap panasnya yang beraroma khas. Secangkir kopi di masa lalu itu menjadi media sambung rasa antara cucu dan sang nenek.