Aku terdiam, bingung. Rasanya belum siap. Terbayang kalau ketemu dengan orang tuanya, pasti nanti ditanya "Jadi kapan? Jangan kelamaan yah" Duuhh.. Antara seneng dan takut. Orang tuanya memang sudah membuka lebar tangannya untuk menerimaku ke keluarga besar mereka. Berbeda dengan orang tua ku yang belum memberikan ijin untuk menikah. "Kamu liat-liat dulu orangnya gimana. Nikah kan sekali seumur hidup" Itu kata ibuku. Iya, kami penganut kepercayaan yang kalau nikah, cuman sekali, dan ga boleh cerai. Susah kan?
"2 Minggu lagi yah yank. Minggu ini kerumah tante kamu dulu aja yah"
"Ya udah"
Lega.. Masih dua minggu lagi, masih ada waktu pikirku. Sampai akhirnya ada surprise yang tidak terduga.
Long weekend kemarin, aku dan pacarku akhirnya mampir kerumah tantenya. Namanya Tante Milla, orangnya super baik, ramah dan penyabar. Tante Milla hidup berdua dengan suaminya. Tidak punya anak kandung. Entah kenapa. Awalnya kami hanya main dan mau pergi makan siang bersama. Aku sempat bertanya pada John, pacarku, "Jadi kita mau makan dimana?" Ia hanya menjawab "Nanti aja liat, palingan deket-deket sini". "Baiklah" jawabku
Setelah masuk ke dalam mobil dan keluar dari komplek, tiba-tiba Tante Milla berkata "Kita sekalian main kerumah mama papa kamu aja yah John. Tapi nanti mampir beli buah dulu"
Saya terkejut. Dalam hati "Mati gueeeeeee.. Belum siaaaappp" Saya langsung melihat kearah John, ia melirik, tapi tidak mau berbicara apa-apa. Terbesit rasa kesal, sebel, bisa-bisanya koq menjebak pacar sendiri. Mau marah tapi ga bisa. Ya iyalah, kalo aku marah, Tante Milla pasti nantinya belain John dan tetep kekeuh untuk mempertemukan aku dengan camer-ku. Ya sudahlah, pasrah ajah..
Kami mampir ke sebuah supermarket yang menjual buah. Tante Milla memilih buah apel dan anggur untuk dibawa kerumah orang tua nya John. Saya merasa speechless. Gimana nanti yah pas ketemu. Terpikir juga kalau orang tua saya yang belum kasih ijin untuk menikah. Duuh..
Sekembalinya ke mobil, kami pergi ke arah rumah camer-ku. Ngga lama ternyata, dalam hitungan beberapa menit udah langsung sampai. Saya berkeringat dingin. Gimana ini pikirku. Setelah masuk, John langsung bilang ke papa nya "Ini loh pa, aku mau kenalin" Papanya menyambut salam dariku. Wow, keliatannya baik, pikirku saat itu. Tak lama keluarlah mamanya dan kami pun berkenalan. Lalu kulihat meja makan mereka, sudah bertumpuk makanan yang mereka pesan dari restoran. Langsung terpikir, "ini pasti udah direncanain, lah itu aja makanannya udah disiapin". Aku pun berbisik pada John, "kamu udah rencanain ya, dasar, ga bilang-bilang lagi". John tersenyum kecil, ia menjawab "Kalau aku bilang hari ini, bisa-bisa kamu ngga mau". Duh rasanya kesel, tapi di satu sisi merasa senang karena bisa bertemu keluarganya. Jadi ya sudahlah, thinking positive ajah.
Waktunya  makan siang, papa dan mamanya terus-terusan bertanya "kapan". Mulai stress rasanya, untunglah John mau mengerti, ia yang membelaku di depan orang tuanya. "Sabar dulu" ia bilang. Saya hanya tersenyum, tak mampu mengucapkan kata apapun. Terbesit di pikiran saya mengenai orang tuaku yang belum mengijinkan. Bisa berabe nih. Tante Milla pun tiba-tiba berucap, "Udah, sebelum Pilkada ajah" Lalu papanya menjawab "Kalau kamu siap, sekarang juga saya kerumah kamu". Saya berpikir, memang sih, udah kepikiran mau nikah, tapi gimana donk dengan orang tua saya? Mereka ga gampang diambil hatinya, belum lagi si papa yang keberatan menikah dengan suku kami yang setengah berbeda. Pikiran yang kuno kataku, tapi itulah yang terjadi, dan masih sering terjadi di kalangan keluarga lainnya.
Saya hanya bisa menjawab "Nanti tunggu saja waktunya." Sembari berpikir keras dan berdoa semoga saja dia jodohku ya Tuhan.