Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Korupsi, Angelina Sondakh, Anak-anak, dan Sang Ayah Tercinta

28 April 2012   05:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:00 1862 2

Tahanan, terdakwa, dan narapidana koruptor Indonesia mempunyai beberapa ciri khas yang tidak dimiliki kebanyakan negara di dunia. Di antaranya adalah penampilannya yang tetap terjaga eksklusif, parlente dengan busana yang mahal, tak bedanya dengan selebritis. Pakaian seragam khusus tahanan dan seragam khusus narapidana tidak berlaku bagi mereka. Senyuman yang meriah selalu tak lupa menghias wajah mereka ketika tampil di depan umum. Kamar tahanan yang spesial, dan selalu membawa-bawa nama istri/suami dan anak-anaknya terutama yang masih kecil-kecil (untuk mengundang rasa iba atau simpatik publik, dan kalau bisa aparat yang berwenang). Tidak terkecuali hakim di sidang pengadilan. Jangankan hakim, nama Tuhan pun lazim dibawa-bawa. Biasanya juga minta wartawan mendoakan mereka. Entah didoakan untuk supaya apa.

Contoh aktualnya adalah Nazaruddin, yang pernah memohon dengan suara mengiba supaya Presiden SBY jangan mengganggu anak-istrinya. Di persidangan pengadilan tipikor ketika membaca pledoinya (09/04/2012), Nazaruddin mengungkapkan rasa sedih dan kerinduan yang mendalam terhadap istri dan anak-anaknya. Dengan suara terisak Nazaruddin berkata, “Hati siapa yang tidak sedih ketika begitu lama tidak bersama anak-istrinya. ... Saya sekarang sakit-sakitan ...”

Contoh lain, Gayus Tambunan yang memohon dengan mengiba untuk tidak dimiskinkan karena kasihan dengan anak-istrinya, juga di pengadilan tipikor yang menyidangnya pada 15 November 2010. “Jangan sampailah, kasihan anak-istri saya”.

Ciri-ciri khas tersebut tak juga lepas dari tersangka KPK, Angelina Sondakh, yang kemarin, Jumat, 27 April 2012 meningkat statusnya menjadi tahanan dan telah ditahan KPK.

Ketika statusnya ditetapkan sebagai tersangka pada 3 Februari 2012 lalu, Angie pun curhat di akun Twitter-nya, @SondakhAngelina. Dia antara lain berkicau dengan menulis: “This is not THE END, Its just THE BEGINNING. Politics never fair play. Cukuplah ALLAH SWT yang mjd Wakilku dalam menghadapi kedzoliman ini”. Dia juga mengharapkan ketabahan dan ketegaran dari anak-anaknya, dan rasa sedihnya karena teringat kembali almarhum suaminya, Adjie Massaid.

Ketika mengadakan jumpa pers pada Maret 2012 lalu di rumahnya, Angie pun menyertakan dua putrinya. Aaliyah dan Zahwam serta seorang putra dari hasil pernikahannya dengan Adjie Massaid, Keanu Jabaar Massaid (3).

Pada kesempatan itulah Angie curhat kepada wartawan tentang kehidupan pribadinya bersama anak-anaknya itu, dan kembali menyampaikan rasa sedihnya karena selalu teringat almarhum suaminya itu. “Saya sedih karena Mas Adjie tidak lagi bersama kami, melihat keakraban anak-anak ...”

Angie pun mengingatkan media agar jangan menyeret-nyeret anak-anaknya di dalam kasus hukum yang dihadapinya itu. “Saya terima dengan segala kerendahan hati kepada semua pihak agar tidak libatkan anak-anak saya dalam persoalan hukum saya,” kata mantan Putri Indonesia 2001 ketika itu.

Apabila direnungkan, maka siapa sebenarnya yang telah melibatkan keluarga para tersangka, tahanan, dan narapidana koruptor itu? Termasuk Angelina Sondakh (Angie)?

Sebenarnya, bukan media massa, tetapi mereka sendirilah yang sejak awal telah menyeret keluarga, istri/suami, dan anak-anaknya masuk ke dalam kemelut, kesusahaan, persoalan keluarga yang sangat pelik dan kompleks, dan rasa malu yang teramat sangat, akibat dari perbuatannya itu. Ketika mereka hendak melakukan perbuatan korupsi itu, apakah mereka tidak diingatkan hati nuraninya bahwa selain itu perbuatan kejahatan bagi negara, juga akan membuat keluarganya, anak-anaknya “terlibat”? Menderita rasa malu yang teramat sangat. Terutama untuk anak-anak yang masih kecil-kecil, akan dijadikan bahwan ejekan dan dikucilkan oleh lingkungannya. Efek psikologisnya akan sangat berat untuk dipikul anak-anak itu. Yang bisa membawa pengaruh bagi kehidupan masa depannya.

Ketika hati nurani dan keimanan kepada Yang Maha Kuasa telah diabaikan, dan sekarang terbongkar perbuatannya, ditangkap dan ditahan aparat yang berwenang, dan disidangkan, semua itu sudah terlambat. Keluarga, anak-anak (yang masih kecil-kecil dan polos) mau tak mau harus menanggung malu dan trauma, serta masalah psikologis lainnya. Termasuk telah menyusahkan dan bikin malu orangtua yang telah mengasuh dan mendidiknya sejak kecil sampai menjadi orang itu.

Setelah semua itu sudah pasti telah terlambat, kenapa masih saja menjalankan jurus yang sama dengan terus mengedepan nama anak-anak, seolah-olah demi mengundang rasa iba, rasa prihatin kepada yang bersangkutan karena faktor anak-anak itu? Itu berarti, mungkin yang bersangkutan belumlah bertobat. Ketika meskipun dia telah ditetapkan sebagai tersangka, masih saja “memanfaatkan” anak-anaknya untuk memancing rasa iba dan prihatin publik, atau aparat. Siapa tahu itu bisa mempengaruhi pemeriksaan selanjutnya? Apakah itu tidak malah memperdalam rasa berdosa kepada anak-anak itu? Melakukan korupsi saja sudah mengorbankan anak-anaknya karena ikut memikul beban psikologis yang berat. Ketika sudah ditangkap masih juga melibatkan anak-anak untuk memancig efek psikologis yang menguntungkan dirinya?

Jumat sore, 27 April 2012, ketika ketiga anak Angelina Sondakh itu mengunjungi ibunya yang baru ditahan itu, tentu saja menarik perhatian sejumlah wartawan yang sedang meliput peristiwa tersebut. Teuku Nasrullah, pengacara Angelina Sondakh, menilai tidak masalah jika anak-anak Angelina mengunjungi ibunya. “Tentu itu kan hak keluarga untuk membesuk. Kalau enggak diberikan hak untuk keluarga, mau diapakan lagi negara ini?” Serunya (Kompas.com, 27/04/2012).

Faktanya memang ‘kan negara mengizinkan kunjungan tersebut? KPK tidak menghalang-halangi kunjungan ketiga anak Angelina yang masih kecil-kecil itu. Yang justru sebenarnya memprihatikan adalah akibat perbuatan sang ibu membuat anak-anaknya menjadi seperti itu. Mereka sangat terpukul, sedih, dan pasti akan merasa malu karena ibu tercintanya ditahan KPK karena diduga terlibat kasus korupsi. Kasihan sekali anak-anak yang tak berdosa itu. Ikut menanggung beban psikologis yang tentu sangat berat di usia belia mereka itu.

Seperti yang dilaporkan wartawan Tribunnews.com, Aaliyah Massaid (10), tampak terpukul mengetahui ibunya ditahan KPK, ia menempel terus di pelukan ibunya, sambil terus-menerus menangis, berderai air matanya. Sedangkan Keanu Jabaar Massaid, yang masih berusia kurang dari 3 tahun, tampak masih belum paham apa yang telah terjadi. Dia kelihatan hanya bermain-main sendiri di ruangan kunjungan tahanan KPK itu.

Lucky Sondakh, sang ayah tercinta, yang Guru Besar di Universitas Sam Ratulangie, Manado, tetap sedia mendampingi sang anak yang sedang dirudung masalah besar itu. Kehadiran sang ayah tercinta tentu sangat berarti besar bagi Angelina untuk menghibur dan membesarkan hatinya.

Di sinilah letak kemurnian cinta kasih seorang ayah kepada anaknya. Meskipun sang anak telah membuatnya ikut susah dan malu di usia senjanya itu. Cinta-kasihnya sebagai seorang ayah tak luntur. Datang jauh-jauh dari Manado khusus untuk mendampingi sang anak, mendoakannya, dan membesarkan hatinya. Lucky Sondakh  mengaku menyerahkan seluruh persoalan anaknya itu kepada Tuhan. “Angie saya serahkan kepada Tuhan”, katanya.

Semoga Tuhan membuka jalan terbaik bagi Angelina Sondakh, dan dia mau berserah sepenuh kepadaNya untuk mengikuti jalanNya itu. Amin. ***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun