Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Toko-Toko Apple, Maha Karya Steve Job yang Menakjubkan

10 Desember 2011   06:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:35 821 0

Meskipun kita belum langsung melihat kebesaran, kemegahan, dan kehebatan Toko Apple yang serba minimalis dan futuristik itu, tetapi kita bisa melihatnya dari gambar-gambar yang saya sertakan di artikel ini.

Supaya lebih memahami akan kebesaran Toko Apple ini, maka sebaiknya kita membaca pula latar belakang, dan proses pembukaan toko tersebut. Artikel di bawah ini sumber utamanya dari salah satu bab buku biografi Steve Jobs, yang ditulis oleh Walter Isaacson (terjemahan bahasa Indonesia dari Penerbit Bentang).

Salah satu karakter Steve Jobs (alm.), pendiri dan CEO Apple Inc. adalah sangat perfeksionis dan benar-benar mencintai seni. Oleh karena itu semua produk Apple di bawah kepimpinannya adalah produk yang tidak pernah jauh dari estetika dan detail yang sangat mendalam. Bahkan sampai ke bagian-bagian dalam setiap produk yang tidak terlihat (yang hanya bisa terlihat ketika produk itu dibuka ketika dilakukan perbaikan) pun wajib sama detail dan halusnya dengan bagian luarnya.

Karakteristik Jobs tersebut semakin membuat suatu produk Apple menjadi semakin sempurna dengan karakteristik lain yang ada pada dirinya.Yakni sangat tegar, keras pendiriannya, dan bahkan kasar dalam mempertahankan setiap ide dan kemauannya. Meskipun kadang-kadang dia bersikap terbuka juga ketika ada ide orang lain yang lebih baik daripadanya.

Ketika suatu ide atau keinginannya muncul di benaknya, maka itu harus terlaksana. Meskipun para bawahannya mengatakan itu tidak mungkin. Jobs bilang: Mungkin dan kerjakan! Anehnya, biasanya Jobs yang benar.

Perilakunya itulah yang membuat produk-produk Apple tidak bisa sesuka hati ditambah-tambah aplikasinya, atau di-up-grade oleh para penggunanya secara legal. Steve Jobs tidak sudi melepaskan kendalinya terhadap produknya, sekalipun itu sudah ada di tangan konsumen yang membelinya.

Di Indonesia, solusi yang biasa dilakukan para pengguna produk Apple, seperti iPod dan iPad adalah dengan melakukan terobosan dengan cara apa yang dikenal dengan sebutan jabrik. Yang tentu saja ilegal, dan membuat semua garansi terhadap produk tersebut menjadi batal.

*

Awal dari pembukaan toko Apple yang dimiliki dan dikelola sendiri (Apple Store) tidak lepas dari ide dan sifat Steve Jobs ini, yakni tidak rela melepaskan kendali produk Apple untuk dijual bebas seperti dan berdampingan dengan saingan-saingannya dari Compaq dan Dell. Yang biasanya hanya dijaga oleh pramuniaga-pramuniaga yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap produknya.

Ide pembukaan Toko Apple diawal dengan ide yang muncul di benak Steve Jobs di akhir tahun 2009. Dia kemudian merangkul beberapa orang yang dia nilai paling pintar dan paling mampu mengembangkan idenya tersebut.

Ada dua tokoh penting yang memungkinkan Toko Apple itu menjadi seperti sekarang. Yakni, Ron Johnson, wakil presiden penjualan di Target, sebuah toko mengedarkan produk-poduk khas dan unik, yang direkrut Jobs. DanMillard Drexler, seorang pakar bisnis eceran, dan salah satu anggota direksi Apple yang mendukung ide pembukaan toko tersebut.

Ya, ketika menyampaikan idenya untuk membuka toko sendiri, mayoritas anggota direksi Apple menyatakan pesimismenya, dan tidak mendukung. Alasannya, karena sebelumnya ada perusahaan yang bernama Gateway yang mencoba menjual langsung sendiri produknya dengan membuka toko, tetapi gagal. Sedangkan Dell dan Compaq yang menjual hanya melalui para distributornya, tanpa harus punya toko sendiri, malah yang sukses. Akibat dari penolakan para anggota direksi ini membuat Jobs, seperti biasa, marah, dan mengganti sebagian besar anggota direksi itu.

Untuk lebih meyakinkan para anggota direksi yang baru tentang masa depan Toko Apple itu, Jobs atas usul Drexler, membangun sebuah protipe Toko Apple di dalam kompleks perusahaannya. Dengan prototipe inilah ide-ide Jobs dan Johnson dituangkan

Jobs yang sangat antusias dengan rencana pembukaan Toko Apple itu membuatnya hampir setiap kesempatan mengajak Dexler dan Larry Ellison, dan beberapa temannya untuk melihat-lihat protipe tersebut. Larry Ellison adalah sahabat baik Jobs, dan adalah CEO Oracle, sebuah perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia. Saat ini dia adalah orang terkaya nomor 5 di dunia menurut versi majalah Forbes.

Saking seringnya mengajak Ellison, sampai dia “meminta ampun” kepada Jobs. Katanya, “Steve, kalau kamu masih mengajakku ke tokomu itu, aku tidak akan mau menemuimu lagi.”

Ketika semuakonsep telah disepakati, dan rencana pembangunan toko sudah matang, Ron Johnson tiba-tiba terbuka pikirannya di tengah malam bahwa ada konsep yang keliru secara fundamental yang telah mereka buat untuk toko tersebut.

Konsep awal yang dipakai adalah konsep dari Steve Jobs, yang bertitik tolak pada empat produk inti Apple, yakni terdapat area untuk Power Mac, iMac, iBook, dan PowerBook. Dengan prinsip: Komputer adalah pusat dari segala aktivitas kita.

Pemikiran Johnson yang terbuka itu adalah bahwa konsep tersebut keliru besar. Seharusnya, toko itu tidak boleh ditata hanya terpaku pada keempat produk itu semata, tetapi konsep bagaimana setiap pengunjung toko dapat merasakan langsung apa yang bisa mereka kerjakan atau lakukan dengan produk-produk tersebut.

Contoh, perlu ditunjukkan juga cara memindahkan film dan video kamera serta cara mengeditnya di komputer. Ada pula area film tempat iMovie diputar di aneka Mac dan PowerBook.

Ketika Johnson menyampaikan pemikirannya itu kepada Jobs, Jobs pun marah besar. “Aku sudah membanting tulang untuk membangun toko ini selama enam bulan, dan sekarang kau datang dengan gagasan barumu itu? ... Aku capek, aku tidak tahu, apakah aku bisa mendesain dari awal lagi.”

Tapi akhirnya, gagasan Johnson inilah dipakai. Rencana pembukaan toko pun terpaksa molor beberapa bulan karena harus dilakukan desain ulang mulai dari awal lagi. Jobs menyadari kebenaran di balik gagasan baru tersebut. Dia mengatakan, “ Jika ada sesuatu yang salah, kita tidak boleh mengabaikan begitu saja, dengan mengatakan akan kita perbaiki kemudian, ... itulah kesalahan yang biasa dilakukan oleh perusahaan lain.”

Salah satu kebiasaan Jobs memang begitu, yakni ketika suatu ide dilontarkan kepadanya, awalnya dia mengecam ide tersebut. Bahkan menghinanya. Baik idenya, maupun orang pembuat ide tersebut. Kata-kata favoritnya adalah “Itu sampah!”

Tetapi kadang-kadang kemudian tiba-tiba saja dia berubah pikirannya, dan memakai ide tersebut begitu saja, tanpa memberitahu terlebih dahulu kepada si empunya gagasan yang sudah dihina itu. Apalagi minta maaf. Lebih jelek lagi, kadang-kadang dia bersikap seolah-olah itu idenya sendiri.

Dalam proses perencanaan pembukaan toko itu, ada juga ide yang datang dari Johnson, hasil risetnya bersama timnya. Maksudnya adalah untuk mengadakan fitur yang terbaik ketika melayani pengunjung toko. Munculah ide mengkombinasikan kualitas pelayanan yang mereka anggap terbaik dari Hotel Four Seasons dan Ritz-Carlton.

Johnson menyampaikam idenya itu kepada Jobs bahwa di toko mereka nanti diperlukan menempatkan orang-prang terpintar di Mac di konter khusus untuk melayani segala macam pertanyaan dan keperluan dari pengunjung/pembeli. Usulan nama konternya itu: “Genius Bar.”

Tapi Jobs menganggap remeh ide tersebut. Bahkan nama “Bar Genius” pun menurutnya tidak tepat untuk orang-orang Mac itu. “Kita tidak bisa menyebut mereka itu jenius,” kata Jobs. “mereka itu tidak lebih dari para maniak komputer. Mereka bahkan tidak punya kecakapan sosial untuk itu.”

Kenyataannnya kemudian, Jobs melaksanakan ide Johnson tersebut berikut namanya: Bar Genius.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun