Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Jero Wacik, "Sang Pahlawan" (Pahlawan Siapa?)

23 Agustus 2011   11:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32 523 0
[caption id="attachment_126435" align="aligncenter" width="640" caption="Antrian panjang penonton Harry Potter sampai di luar lobby bioskop XXI Supermall Surabaya (Juli 2011)"][/caption] Diawali dengan diputarnya film seri terakhir Harry Potter, Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2 disusul Trasformers: Dark of the Moon, mulai pertengahan Juli 2011 bioskop-bioskop Indonesia khususnya milik Grup XXI 21 Cineplex, mulai tampak hidup lagi. Sebelumnya telah mulai menunjukkkan gejala-gejala sekarat. Akibat dari absennya film-film Hollywood sejak 17 Februari 2011 sampai dengan medio 27 Juli 2011.

Fenomena ini menunjukkan bahwa bisnis bioskop di Indonesia benar-benar sangat tergantung dengan film-film Hollywood. Begitu film-film Hollywood distop, perlahan namun pasti bioskop-bioskop itu mulai ditinggalkan mayoritas penontonnya. Hanya dalam tempo sekitar satu bulan seluruh bioskop milik Grup 21 Cineplex itu mengalami sepinya penonton yang sangat drastis. Omzetnya pun sudah pasti terjun bebas. Belum pernah terjadi selama sekitar 30 tahun mereka merajai bisnis perbioskopan di negeri ini.

Segala macam jenis hantu, mulai dari Suster Ngesot sampai dengan Kuntilanak Kesurupan sama sekali tidak bisa diharapkan. Beberapa film independen yang sebenarnya cukup berkualitas juga tidak mampu menolong.

Apabila film-film Hollywood belum juga bisa diputar di sini, kemungkinan besar dalam waktu beberapa bulan lagi, bioskop-bioskop Grup 21 itu benar-benar akan menjadi ruang-ruang yang dihuni segala macam hantu. Alias ditutup karena bangkrut.

(Untuk mengingatkankembali tentang suasana bioskop-bioskop Grup 21 setelah film Hollywood diboikot, silakan baca kembali tulisan saya di Kompasiana, 28 Februari 2011, di sini)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun