Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Memanfaatkan Lupa, Amir Syamsuddin Mengabaikan Kasus Dugaan Pelanggaran Pembebasan Bersyarat Corby? (Foto dan Video Eksklusif Corby di Villa Sentosa, Seminyak, Bali)

20 Maret 2014   17:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42 1872 12

Konon orang Indonesia itu gampang melupakan suatu masalah/kasus, sebesar apa pun masalah tersebut. Seiring berlalunya waktu, masalah itu pun dilupakan, meskipun sebenarnya belum selesai dan seharusnya diselesaikan.

Mungkin dengan alasan inilah juga Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin memanfaatkannya untuk tidak meneruskan penyeliidikannya mengenai dugaan terpidana narkoba asal Australia, Schapelle Leigh Corby telah melanggar syarat pembebasan bersyarat, sebagaimana dia janjikan.

Ketika wawancara itu muncul banyak pihak di Indonesia yang protes keras, dan meminta Amir Syamsuddin untuk mencabut status pembebasan bersyarat Corby itu.  Pakar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa dengan wawancara Mercedes itu, sama saja dengan keluarga Corby menyatakan kepada publik bahwa Corby tidak bersalah, dia dijebak di Indonesia. Pernyataan ini sudah sangat meresahkan masyarakat, dan sarannya kepada Pemerintah, tiada pilihan lain, segera cabut pembebasan bersyarat Corby.

Tetapi, Amir Syamsuddin meresponnya dengan mengatakan bahwa dia masih harus menunggu laporan dari Bapas (Balai Pemasyarakatan) Denpasar, Bali tentang wawancara tersebut, dan akan dievaluasi dulu, sebelum mengambil keputusannya.

Padahal, dilihat dari obyek peristiwa, maka keterangan dari Bapas Denpasar itu sebenarnya sama sekali tidak diperlukan. Apa hubungannya tayangan wawancara “Sunday Night“ dengan Mercedes itu dengan Bapas Denpasar? Keterangan apakah yang dibutuhkan dari Bapas Denpasar itu? Bukankah yang dipermasalahkan adalah isi wawancara tersebut yang benar-benar memojokkan pemerintah Indonesia, dan efeknya membuat resah masyarakat?

Pernyataan atau janji Amir itu disampaikan pada Senin, 3 Maret 2014, tetapi sampai hari ini, Kamis (20/03/14), tidak ada berita tindak lanjutnya lagi. Jadi, apakah janji Amir itu sekadar basa-basi saja? Masa, iya laporan dari Bapas Denpasar itu belum juga selesai dievaluasi sampai hari ini? Amir memanfaatkan bergulirnya waktu, agar kemudian dilupakan publik Indonesia? Bahwa sesungguhnya memang tiada niat pihaknya melakukan tindakan apapun terhadap Corby berkaitan dengan pembebasan bersyaratnya itu? Bahwa memang bagi pemerintah Indonesia saat ini Corby adalah terpidana narkoba yang layak diperlakukan secara istimewa, seperti yang pernah saya tulis di Kompasiana?

*

Selain isi tayangan wawancara di televisi berbayar Australia, Seven Network dengan kakak terpidana narkoba Schapelle Leigh Corby, Mercedes Corby dalam acara “Sunday Night” pada Minggu 2 Maret 2014, yang kembali menuai kontroversi itu, Seven Network juga menayangkan cuplikan video dan gambar-gambar eksklusif momen reaksi saat pertama kali Corby melihat villa mewahnya, yaitu Villa Sentosa di Seminyak, Bali, dan keseharian Corby  bersama keluarganya menikmati tempat tinggalnya yang sangat nyaman itu.

Terlihat di tayangan video, bagaimana reaksi Corby ketika pertama kali melihat bagian dalam villanya itu. Dia spontan berjingkrak-jingkrak sambil berteriak-teriak kegirangan, persis seperti anak kecil yang diberikan mainan yang sudah sangat lama diidamkan. Saudara iparnya, Wayan Widharta,  yang mendampinginya mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi sambil berteriak senang, seolah-olah mereka baru memenangkan suatu pertarungan.

Begitu cadar yang menutup wajahnya dibuka, terlihat pula wajah Corby yang begitu bercahaya dan ceriah. Dia tertawa senang sambil memeluk anggota kerabatnya satu per satu.  Setelah itu Corby pun dengan tertawa ceriah menyapa kerabatnya di Australia melalui aplikasi chatting video internet (tidak jelas aplikasi apa yang dipakai). Corby pun sempat berfoto di samping televisi monitor yang menayangkan kerabatnya yang berada di Australia itu.

Keceriaan Corby ini bertentangan dengan keterangan pihak Bapas Denpasar, di hari ketika Corby keluar dari penjaranya di Kerobokan, Denpasar, untuk memulai menjalani pembebasan bersyaratnya. Seharusnya, sesuai dengan surat pembebasan bersyaratnya, Corby harus tinggal di rumah Wayan Widharta yang juga sebagai penjaminnya, di Banjar Pande, Kuta. Tetapi, begitu keluar dari penjaranya itu Corby malah tinggal di Villa Sentosa itu. Ketika hal itu ditanyakan wartawan, pihak Bapas Denpasar mengatakan Corby belum bisa tinggal di rumah itu, karena masih mengalami depresi, dan menghindari wartawan.

Kenyataan dari tayangan video dan foto-foto tersebut Corby sangat jauh dari sososok orang yang sedang mengalami depresi.

Dalam wawancara di acara “Sunday Night” itu, kakak Corby, Mercedes, mengatakan adiknya itu adalah penggemar berat laut, sangat mencintai pantai. Tak heran begitu dia melihat pantai privat di Villa Sentosa itu Corby begitu gembiranya, yang diekspresikan dengan melontarkan tubuhnya ke air laut di pantai itu. Membiarkan tubuhnya digulung gelombang ombak pantai.

Semua hal ini sebenarnya wajar secara psikologis, karena selama hampir sepuluh tahun Corby sudah menderita lahir bathin, hidup dalam ruang penjara sempit di LP Kerobokan, Denpasar, Bali, yang kondisinya dikenal buruk itu, kini, tiba-tiba dia berhadapan dengan tempat tinggal yang senyaman dan semewah Villa Sentosa itu. Apalagi di villa itu juga terdapat pantai privat yang sangat indah. Siapapun orangnya pasti akan menujukkan rekasi super gembira seperti Corby.

Yang menjadi pertanyaannya adalah wajar pulakah seorang terpidana narkoba mendapat fasilitas sedemikian mewah dan senyamannya itu?

Dari tayangan video dan foto-foto eksklusif Corby di Villa Sentosa bertarif paling murah Rp 9 juta per malam itu, terlihatlah betapa sungguh pemerintah RI begitu besar tolerannya dan betapa begitu  “memanjakan” seorang terpidana narkoba yang bernama lengkap Schapelle Leigh Corby itu dengan membuka jalan kepadanya untuk menikmati semua kemewahan dan kenyamanan seperti itu. Sangat bertentangan dengan pidato-pidato Presiden SBY yang pernah menyatakan kejahatan narkoba adalah salah satu musuh bangsa nomor satu, karena ia sangat merusak generasi muda bangsa.

Terpidana narkoba lain mana yang tidak cemburu melihat begitu besarnya perhatian dan perlakuan merintah RI “menjamu” terpidana narkoba itu? ***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun