Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Genggaman Tangan

6 Oktober 2012   03:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:12 96 1
Libur sekolah telah tiba. Sungguh senang bukan main rasanya. Apalagi liburan kali ini aku mempunyai seseorang yang sangat istimewa. Seseorang yang dari dulu kusukai dan jarang kutemui, kini hampir tiap saat bisa bertemu. Setiap hari aku bisa menatap mata indahnya. Setiap hari aku bisa bermanja-manja dengannya.


Aku senyum-senyum sendiri sepanjang perjalanan pulang, di hari terakhir sebelum libur sekolah. Tidak kuhiraukan tatapan beberapa temanku yang penuh tanda tanya dan ikut tersenyum melihatku.


“Kamu kenapa sih, dari tadi kok senyum-senyum sendiri?” akhirnya salah satu temanku tidak bisa menahan rasa penasarannya.


“Hehehe...rahasia dong,” jawabku terkekeh yang membuat mereka semakin penasaran. Aku tertawa puas.
***
Aku sengaja bangun pagi, karena hari ini aku akan berangkat ke Tawangmangu---tempat tujuan liburanku bersamanya. Sudah sejak lama aku ingin pergi ke Tawangmangu, ke air terjunnya, yang konon sudah ada sejak masa kolonial Belanda.


Setelah sampai di sana, aku segera membeli tiket masuk dan mulai menuruni anak tangga yang banyak menuju ke tempat air terjun---sekitar 200an anak tangga. Sepanjang perjalanan menuju air terjun, aku tidak melepaskan genggaman tanganku darinya. Sepanjang perjalanan pula, aku tidak berhenti berceloteh, bercerita apa saja, meskipun yang kuajak bicara hanya sesekali menjawab.


“Ma, itu pohon apa?” tanyaku yang selalu ingin tahu.


“Itu namanya pohon Saman, Sayang.”


Iya, kali ini aku pergi berlibur bersama Papa dan Mama baruku---Mama Kiran. Seorang perempuan yang belum lama ini dinikahi Papa. Seorang perempuan yang namanya hampir sama denganku, dan aku langsung jatuh cinta padanya sejak Papa mengenalkannya padaku. Dia adalah seorang ibu yang telah lama kuidam-idamkan. Seorang ibu, yang akan selalu mau mendengar ceritaku. Seorang ibu, yang mau menganggapku anak kandungnya sendiri.


Dan ini adalah liburan pertamaku ke Tawangmangu, yang tidak hanya kunikmati bersama Papa, tapi juga bersama Mama. Mereka adalah dua orang yang sangat kusukai dan sangat istimewa dalam hidupku. Aku tidak akan melupakan perasaan ini---ketika tangan kami saling  bergenggaman---hangat.


Sambil makan, aku melihat keindahan alam yang sangat indah; air terjun setinggi sekitar 80 meter yang memancarkan airnya tanpa henti, juga pohon-pohon besar berwarna hijau segar. Rasa capek langsung hilang saat aku melihat kedua orang yang paling kusayangi tertawa bahagia.


Iya, hidup ini memang indah jika kita selalu mensyukurinya.*

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun