Adik kelas saya itu akan menghadapi ujian Sejarah di kelasnya. Sembari ia belajar, sembari ia nge-tweet beberapa fakta sejarah yang berhasil ia hafal di buku teks. “Agresi Militer Belanda terjadi tahun…”; “Pemberontakan DI/TII terjadi di…”; “Pemindahan kekuasaan terjadi tahun…”, dan seterusnya. Saya yang memperhatikan lini masa si adik kelas cuma bisa senyum-senyum saja. Dalam beberapa menit kemudian, ia mulai mengeluh betapa tidak enaknya belajar sejarah, dan oh, betapa membosankannya.