Namun, bagaimana SMS ini bisa bekerja untuk menentukan sang pemenang, sama sekali tidak ada penonton setia yang bisa memahaminya. Sebut saja kontroversi yang seringkali terjadi di ajang pencarian bakat asuhan RCTI, seperti Indonesian Idol dan X - Factor. Berulangkali netizen mengirimkan komentar "seharusnya yang ini yang keluar" "seharusnya si A yang menjadi pemenang" dan lain - lainnya.
Jika ditarik mundur, sebenarnya vote penentuan pemenang sudah pernah ditunjukkan, bahwa hal itu sangat merugikan bahkan bagi kontestan sendiri. Masih ingat dengan kasus Asian Idol yang memenangkan Hady Mirza, menyingkirkan unggulan seperti Mike Mohede dan Jaclyn Victor. Bahkan juri sendiri tidak percaya dengan kenyataan tersebut. Penyebabnya sama, yaitu SMS!
Disamping itu, vote menggunakan sms adalah sebuah pembodohan yang dilakukan kepada masyarakat. Terbayang saja, sekali SMS untuk vote membutuhkan pulsa sekitar RP. 1100, sampai RP. 2200, yang meraup untung adalah provider dan pihak stasiun televisi. Sedangkan bagi voters, yang ada hanyalah kerugian materil walaupun mendapat sebuah kebanggaan moril tersendiri.
Di Era Medsos, Masih Pakai SMS?
Yang terkadang tidak disadari adalah diera media sosial seperti ini, stasiun TV masih menggunakan cara lama untuk menentukan pemenang. Padahal untuk acara seperti X - Factor, tampilan kontestan sebenarnya segera ditayangkan di jejaring sosial youtube lalu kemudian dibagikan di twitter. Untuk menghemat biaya voters, bukankah bisa saja stasiun TV menerapkan aturan penampilan siapa yang paling banyak like di youtube, juga retweet di twitter sebagai acuan? Hal ini bukan hanya sebagai penghemat biaya voters, juga bisa mendidik masyarakat untuk melek internet walau hanya sekedar media sosial saja.
Dengan melihat jumlah like dan retweet, penentuan pemenang menjadi terbuka. Juri pasti bisa dibebaskan dari tindakan bullying netizen yang kecewa jagonya harus tersisih dari ajang yang sedang berlangsung.
Memang, RCTI sudah melakukan hal serupa meski tak sama dalam ajang Rising Star Indonesia. Tapi aspek keterbukaan masih belum ada dalam ajang itu, menyebabkan keputusan - keputusan yang terjadi bisa menjadi kontroversi.
Nominasi Favorite dalam Award Seharusnya Melihat Fakta Lapangan
Tidak bisa lewat sms! sama sekali tidak bisa, untuk memberikan award kepada seseorang. Ya sejak awal tulisan ini memang bertujuan untuk mengkeritik ajang award - awardan yang menggunakan sms sebagai penentu penerima penghargaan. Disamping tidak terbuka, pada faktanya pemenang bukanlah pesohor yang dikenal masyarakat luas. Seseorang dikatakan favorit karena nama dan lagunya memang terkenal diseluruh kalangan masyarakat seperti "Goyang Dumang" milik Cita Citata, siapa yang tidak mengenalnya? Bahkan orang - orang yang tidak menonton sinetronpun bisa mengenal lagu tersebut, karena acap kali dinyanyikan oleh pengamen yang masih berusia enam atau tujuh tahun.
Gara - gara "Goyang Dumang" banyak orang mengerti cara menggunakan Youtube, terbukti dengan music video ini bahkan mengalahkan Agnes Monica di viewers youtube. Artinya, sebenarnya lagu "Goyang Dumang" lebih terkenal daripada "Coke Bottle" di Indonesia. Masa iya, harus dipaksakan "Coke Bottle" yang menjadi favorite seluruh kalangan masyarakat?
Akhir kata, sebaiknya KPI mulai membenahi stasiun TV yang menggunakan sms sebagai voters penentuan pemenang dalam acara apapun.
Dapat dipastikan bahwa bukan hanya merugikan voters yang merupakan penduduk awam, juga kontestan yang sebenarnya berkualitas tersingkir oleh faktor ketampanan/kecantikan yang menjadi daya tarik tersendiri menjadi favorit masyarakat.