Sebuah media sosial berbasis chatting, yaitu Line dengan mengejutkan menggiring para penikmat AADC kedalam kisah cinta seorang gadis dan pria misterius disekolahnya dua belas tahun lalu. Hadirnya sequel Ada Apa Dengan Cinta, justru menjadi ancaman tersendiri bagi dunia perfilm-an tanah air.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dua belas tahun lalu, AADC-lah yang mampu membawa film Indonesia ke track yang benar. Film, sejak saat itu (hingga tidak berapa lama kemudian) mulai mengutamakan kualitas, daripada komersilitas. Walau, tidak bisa bertahan lama, setidaknya rentang 2002 sampai 2006, masih banyak pilihan film Indonesia yang bisa kita saksikan di layar bioskop.
Sayangnya kualitas film tidak bertahan lama, film "junk food" kembali merajai bioskop tanah air setelahnya, meski disamping itu masih ada beberapa film yang masih layak bahkan wajib untuk ditonton. Selama hampir tujuh tahun terakhir, bioskop kita dihiasi horor yang menjual paha dan dada, ceritanya hilang entah kemana.
Hadrinya kembali AADC pada 2014 ini membuka harapan baru, agar film Indonesia kembali ke track yang benar dan semoga saja pihak produser film horor yang tidak berkualitas, tidak merasa terancam akan kehadiran Rangga dan Cinta di bioskop tanah air.
Support Sequel Ada Apa Dengan Cinta
Salam Sineas Indonesia