"Minyak udah naik bang, ongkosnya belum..." kata salah seorang supir angkot 104 jurusan pancur batu - pancing di kota Medan.
"Makin hancur lah kami ini bang..." kata supir angkot A 97 yang melayani perjalanan pancur batu - lubuk pakam.
Setali tiga uang dengan kedua supir angkot tersebut, kondektur bus Medan - Kabanjahe pun mulai merasakan getah dari kenaikan BBM.
"Ginilah bang, kalau nanti ongkosnya kita naikkan gak ada persetujuan dari atas, penumpang marah - marah. Kalau kita nggak naikkan, bisa - bisa kita yang nggak makan bang" kata kondektur bus Murni, disalah satu kesempatan.
Selain itu, para pekerja angkutan umum ini pun mengeluhkan sikap para atasaannya yang terkesan lamban dalam menindaklanjuti pidato presiden mengenai kenaikan BBM. Faktanya sejak harga BBM naik, tarif angkutan umum masih belum berubah juga hingga saat ini.
Sebenarnya, bilapun tarif angkutan umum naik, para pekerja angkutan umum ini tidak serat - merta bernafas lega. Kebiasaan yang sudah terjadi adalah, naiknya tarif angkot, menjadi penyebab kenaikan setoran angkot itu sendiri.
"Sama ajanya bang, cuman biar nggak nyekek kali lah, biar dinaikkan aja ongkos angkot ini" Kata beberapa supir angkot yang masih berharap para "tuannya" akan segera membuat keputusan yang tidak menggantung mereka.