Dulu aku punya dua payung
Yang selalu melindungiku dari terpaan gerimis
Ia juga melindungiku dari panasnya sang mentari
Walau tidak sebagus payung-payung orang lain,
Namun, aku tetap bersyukur
Tanpa keduanya, bagaimana mungkin aku tidak basah dari hujan?
Bagaimana bisa aku bisa bertahan dari teriknya sinar mentari?
Sekarang payungku tinggal satu
Yang satunya lagi, telah hilang entah ke mana
Aku selalu menunggunya bahkan mencarinya
Akan tetapi, ia tidak pernah lagi kutemukan
Gigil yang kurasakan,
Gerah yang menimpaku,
Tidak mampu lagi,
Ditepis payungku yang satu ini
Karena ia sudah usang
Meski demikian, aku tetap bersyukur
Karena masih ada yang menemaniku
Namun, hari ini
Tepat di siang hari
Gundahnya hatiku,
Oleh demamnya tubuhku,
Pilunya hatiku,
Oleh getarnya jiwaku,
Tidak lagi ada yang peduli
Karena kini, kedua payungku
Benar-benar telah hilang!
Hanya bulir bening yang bisa jatuh
Dari kedua sudut netraku
Persis di pusara payungku