Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Kabut Putih di Tanahku

17 Januari 2011   01:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:30 114 0
Dear Temans,

Saya tidak ingin berkata2 kepada anda yg sudah memiliki sebuah keyakinan atau ketetapan prinsip. Silahkan di delete. Saya hanya ingin berkata2 kepada mereka yg senantiasa mencari kebenaran.

Darimana kita meyakini keimanan kita hari ini ?
Yakin begitu saja, atau lewat proses berfikir ?
Telan begitu saja apa yg orangtua ajarkan, atau ditelaah dan dianalisa ?

Kalau ditelan begitu saja, dan datangnya keimanan anda bukan dari proses berfikir, melainkan tiba2 saja anda yakin, sok, mangga dilewat. Daripada wacana ini akan menjadi musibah, seperti badai taufan. Saya tidak mengharapkan itu terjadi. Mangga, jangan baca.

Temans,

Setelah lebih dari seribu tahun, terangnya cahaya secara alamiah berangsur surut. Seperti halnya siang dan malam, akan tiba waktunya menjadi malam. Ketika malam, hanya ada gelap, tak dapat melihat, seperti orang yg buta.

Kenapa seperti buta ? Karena tak dapat melihat benda2, karena tak ada cahaya itu.

Hanya sedikit yg bisa melihat. Yakni orang2 yg membuka mata kesadarannya, bahwa hari ini adalah malam, sudah gelap. Orang itupun tak dapat melihat begitu saja, karena ia mesti mendapat cahaya.

Bagaimana mungkin seorang bisa mendapat cahaya dimalam hari yg gelap ?
Tentu tidak begitu saja, melainkan dengan bantuan 'benda2 langit'. Cahaya bintang dan bulan.

Dijadikannya benda2 langit agar mereka bisa melihat jalan, menjadi 'petunjuk dan arah' ke 'jalan yg lurus', jalan orang2 yg diberkahi dan mendapat nikmat.

Namun bagi mereka yg menganggapnya terang, hari ini siang; mereka tidak mendapat petunjuk sedikitpun. Mereka bersuka cita dengan gembira atas hari yg dikiranya gemerlap. Dianggapnya kilatan petir dimalam gulita adalah terang yg dapat menerangi jalan.

Mereka tak mengira sama sekali bahwa mereka tidak melihat. Mereka menyangka tak ada gelap, dunia benderang. Padahal, Allah menjadi sembahan mereka tapi bukan raja mereka. Dan tiada hukum yg dipatuhi kecuali hukum pikiran mereka sendiri. Tiada sesuatupun yg menjadi kuasa, kecuali akal pikirannya sendiri. Tiada yg menjadi raja kecuali kerajaan yg dibuatnya sendiri. Seolah Tuhannya hanya raja di alam sana.

Begitulah orang2, para penyembah Tuhan dirumah ibadah. Seperti awan berarak. Serba putih seragamnya. Namun kebanyakan hatinya kotor dan dengki, dengan semangat merusak yg menyala.

Jubahnya berumbai panjang melambai-lambai, aksinya berkoar membakar menggelegar. Semboyannya umat terbaik, faktanya komunitas yg memalukan. Nasihatnya akhlaq mulia, fakta moralnya aksi anarkis.

Sorbannya tebal tinggi membumbung, mencoba memompa wibawa agar menggelembung.
Kata2nya sumpah serapah menghina orang2 yg berpikiran berbeda, membakar rumah ibadah orang, memukul dan menganiaya. Bahkan sampai bangga mengadili dan menghukum mati siapa saja yg dianggap kafir dengan bahan peledak.

Pernah suatu ketika, kabut putih itu lewat didepan muka kami. Mobil2 kami dihentikan. Putih berarak beriring. Para pengaku komunitas terbaik hendak lewat. Dengan membawa bendera, aksi2 anarkis mulai semarak. Hati kami was2 dan waspada. Sebisa mungkin mengambil jalan lain, menghindar dari kebrutalan seragam putih yg berlaga dgn beringas dan semakin ganas.

Sembari bernyanyi lagu timur tengah dan mantera2 arab, mereka meneriakan sebuah nama yg kukenal, nama Tuhanku. Namanya persis sama dengan Tuhanku.

Tapi sepertinya, Tuhan kami berbeda. Cuma namanya yg sama.
Tuhanku tak menyuruhku berteriak memaki dan menghancurkan gedung/properti milik orang.
Tuhanku tak menyuruhku menganiaya orang2 yg berbeda keyakinan.
Tuhanku tak menyuruhku miskin dgn menghindar kemajuan-menikmati kemelaratan.
Tuhanku tak dengki dengan orang2 kaya dan bangsa yg unggul dalam peradaban.
Tuhanku tak seperti Tuhan mereka, mengajarkan pembunuhan orang tak berdosa.

Tuhanku menyuruhku mencintai dia dan mengakui kuasanya. Mencintai orang lain seperti mencintai diri kita sendiri.

Tuhanku mengajarkan tiada kuasa2 lain yg berhaq dialam semesta kecuali kuasanya.
Kuasa Tuhanku berlaku atas seluruh alam dan jagat raya. Semua benda2 tunduk patuh kepada hukumnya. Hanya manusia yg cenderung mengabaikan hukumnya.

Tuhanku menyuruhku menegakkan hukumnya, membangun kerajaannya, mengatur hubungan antar manusia dgn manusia melalui aturannya.
Tuhanku menyuruhku untuk mengajak orang membangun peradaban yg maju, komunitas yg kaya makmur, dgn pembagian yg adil, dibawah satu hukum yg tunggal dan managemen solid.
Tuhanku tak menyuruhku memaksa mereka yg tak mau ber-hukum Dia, memaki atau mengadili.

Karena Tuhanku tidak suka orang2 dgn pengabdian palsu.
Orang2 yg melakukan ritual tak bermakna, upacara sembah pengabdian palsu, gerak-gerik simbolis hampa.
Tuhanku menuntut pengabdian yg sesungguhnya, bukan gerak gerik hampa itu.
Pengabdian untuk menegakkan hukumnya yg sekarang diabaikan orang, diabaikan manusia, mahluk ciptaannya.

Gelapnya hari ini. Gelap seperti malam. Bagaikan berjalan diatas batu hitam dalam malam kelam. Kini tanahku tertutup kabut berseragam putih.

Kabut putih yg tak tolerir akan komunitas lain yg juga berhaq atas kehidupan.
Kabut putih yg tak memberi ruang, karena kabut putih itu banyak, ada dimana2, menyebar diatas tanahku.
Kabut putih yg mengklaim keturunan Nabi atau penerusnya, mengaku memperjuangkan agamanya.

Kabut putih yg hanya kabut. Menyelimuti tanahku. Hanya menjadikannya gelap dan membutakan orang2. Mengajak orang menghayal tentang surga, berpikir mistis, ritual sembah tak bermakna dgn gerak hampa, dengan jampi2 yg dinyanyikan semerdu-merdunya tanpa mengerti artinya, bukan mengerti isi buku petunjuk dan pengabdian menegakkannya.

Mungkin beberapa temans menyangka tulisan ini mengarah kepada negara agama, seperti halnya Iran, Saudi, atau negara2 Timur Tengah.

Saya coba untuk meluruskan bahwa bukan demikian. Tidak ada orientasi saya untuk mengarah kepada agama. Seperti yg telah saya urai bahwa Tuhan tidak menciptakan agama. Wacana saya adalah kebalikan dari agama.

Bahwa untuk memperbaiki suatu bangsa, tidak cukup hanya percaya kepada hukuman setelah mati. Tidak cukup hanya dengan janji bidadari disurga. Tidak cukup hanya dengan duduk2 di rumah ibadah meratapi dosa mengharap pahala.

Bangsa manapun yg terjerembab butuh sistem untuk bisa bangkit memperbaikinya. Butuh hukum dengan kepemimpinan yg tegas dan solid. Bangsa yg terjerembab tidak butuh ahli2 agama, orang berpenampilan sholeh atau sufi anti dunia. Agama apapun, bukan sebuah hukum yg membangun. Agama hanya akan menjadi keyakinan individual, bukan universal.

Saya bukan hendak mencari musuh, tapi saya hanya mencoba (bukan memaksa), untuk membuka mata anda dengan wacana ini, supaya anda bisa melihat.

Bahwa dizaman Jerusalem-Musa, Allah tidak menciptakan agama Yahudi.
Dizaman Jerusalem-Yesus, Allah juga tidak menciptakan agama Nasrani.
Demikian juga dizaman Madinah Muhammad, Allah tidak membuat agama Islam.

Yahudi, berasal dari kata Yehuda, sebuah suku dari bangsa Israel yg berkolaborasi/berhianat dengan bangsa lain melawan Rahabeam, penguasa kerajaan Jerusalem yg dibangun Musa, Daud, dan Sulaiman.

Nasrani, berasal dari kata Nasoro atau Nazareth. Kota tempat Yesus dibesarkan. Pengikut Yesus kerap disebut Nasoro karena kebanyakan asalnya dari Nazareth.

Islam, berasal dari kata aslama, yg artinya tunduk patuh kepada sistem hukum. Di zaman itu Allah menamainya demikian untuk orang2 yg menerima/tunduk/taat/taslim kepada KerajaanNya. Seorang muslim adalah seorang warga negara Kerajaan Allah. Saat itu tak ada syarat untuk masuk menjadi warga negaranya kecuali registrasi dgn berjanji bahwa, "Tiada Kuasa lain yg diakui oleh dirinya kecuali KuasaNya".

Sekarang negara/kerajaan Allah sudah tak ada lagi didunia manapun. Tidak di Iran tidak di Saudi. Saya sudah kesana, bobroknya gak kalah dengan orang Indo. Bedanya orang Arab yg memperkosa orang Indo yg diperkosa.

Gak ada lagi negara yg memberlakukan hukum Tuhan sbg dasar sistem terpadu (spt Jepang memberlakukan sistem managemen Kaisarnya yg integral). Kaisar sama kedudukan dan fungsinya dgn seorang Khalifah. Bedanya, Kaisar hanya utk bangsa Jepang. Orang diluar bangsa Jepang tdk bisa integral kecuali menjadi bangsa jajahan. Khalifah, untuk siapa saja. Syarat registrasinya mengakui tiada kuasa lain kec kekuasaan Allah yg implementasinya adalah kekuasan Khalifah. Itulah kerajaan Allah.

Kenapa sekarang ketiganya menjadi pohon bernama agama, wach... Tanya kenapa.....
Orang memecah belah, mengkotak2an golongan atas dasar kepercayaannya. Ini adalah fenomena lumrah sejak Adam jadi khalifah. Hari tak selamanya siang, akan ada malam kembali. Kekuasaan wakil2 Tuhan ada batas manggungnya. Itulah tradisi alam.

Setiap kaum/umat yg berkuasa, ada batas umurnya. "Tiap2 umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya".

Pohon yg bernama Kerajaan Allah atau sistem hukum yg ditegakkan para Nabi dan Rasul bukan itu. Bukan soal agama dan keyakinan.

Menjadi bukti bahwa ketika khalifah Sulaiman berkuasa, 'menjinakkan binatang2' (menguasai berbagai bangsa), ia tetap memberikan tempat kepada zoroaster untuk bisa sembahyang di kuil2 mereka.

Bahwasannya Yesus tidak ambil pusing ketika kemenangannya mensucikan bait Allah dari berhala2 di Jerusalem (Bukan berhala patung dari agama tertentu. Melainkan Allah2 lain, atau ada kuasa/sistem hukum lain yg harus dihancurkan, selain dari sistem hukumNya).

Yesus tidak pernah memusuhi para ahli Kitab Taurat ortodox yg tidak sefaham. Meskipun ajaran Taurat berumur ribuan tahun, namun Yesus mengkonfirmasinya dan memberikan pengertian secara baik2.

"Janganlah kamu menyangka aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya".(Matius 5:17)

"Orang asing yg tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah Tuhan, Allahmu".(Imamat 19:34)

Bukti sejarah juga menunjukkan ketika penaklukan Jerusalem oleh Khalifah Umar, gereja dibagi menjadi dua bagian. Sebelah untuk sembahyangnya umat Nasrani, sebelah lagi untuk sholat.

Saya bukan bicara toleransi antar umat beragama. Cuma hendak meluruskan definisi kata "KAFIR" yg melenceng jauh dari ajaran Ibrahim, Musa, Yesus dan Muhammad.
Karenanya kita harus berhati2 dgn kata KAFIR. Apa yg dimaksud Allah orang Kafir ??!?

Kafir, asal katanya adalah Kafaro, yg artinya menolak. Kafaro adalah orang2 yg menolak atau memerangi tegaknya hukum dan peraturan Allah. Orang kafir menjadi penghalang ketika kedaulatan hukum Tuhan ingin ditegakkan. Dikala sistem hukum sudah tegak, kafir menjadi tumor didalam sistem hukum, karena ia menolak tunduk kpd sistem hukum tsb. Itulah yg dimaksud kafir. Bahasa kerennya sub-versib.

Jika yg dimaksud Kafir adalah pemeluk agama lain, Walah..walah..., persepsi ini yg bakalan menjadi biang kerok fitnah bid'ah dan terjadinya perang agama.

Hari ini, umat beragama saling membenci satu sama lain. Saling memfitnah, membuat cerita komik, membuat artikel saling menjelekkan antara nabi2 mereka, melakukan bom bunuh diri.
Semua tanpa berfikir dan menganalisa, atau melakukan re-setting. Mungkin karena dirasa re-setting adalah posisi nol, dan nol adalah murtad.

Bahkan sekarang, perpecahan golongan agama itu sendiri sudah sedemikian parah. Orang beda dikit aja udah langsung dicap bid'ah, kafir, najis, dsb, mekipun masih seagama.

Padahal Tuhan tak pernah pilih kasih menyayangi salah satu umat agama dan membenci umat lainnya.

Didalam QS 5/106, orang yg berlainan agama juga berhak hidup, bahkan keberadaannya diakui dari segi hukum untuk urusan hukum waris ;

"Hai orang2 yg beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah wasiat itu disaksikan oleh dua orang yg adil diantara kamu, atau dua orang yg berlainan agama dengan kamu, ".(5/106)

"Mudah2an Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang2 yg kamu musuhi diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ". (60/7)

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang2 yg tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang2 yg berlaku adil". (60/8)

Masihkah pembunuh orang tak berdosa yg dianggap kafir atas nama agama menjadi pahlawan anda. Kalau ya, anda gak akan bisa hidup dalam sistem hukum DIN, karena sistem hukum itu memberikan hak hidup buat penyembah tiang listrik sekalipun, selama ia mau tunduk dan patuh terhadap sistem.

Salam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun