Sejak darahnya dihalalkan lewat fatwa Ayatullah Khomeini tahun 1989, kekerasan terus membayangi gerak-gerik Salman Rushdie. Bahkan kekerasan tak cuma tertuju padanya, melainkan pada semua orang yang terlibat dalam proses karya kreatifnya. Namun dapatkah kekerasan “membunuh” Salman Rushdie?