Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sebuah cerita, Doa di pagi hari

23 Agustus 2011   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32 224 0
Sepertinya memang sebuah kesalahan jika ia harus terus bertahan di perusahaan yang kian mundur itu.

Ia  masih merenungi teman temannya yang kini telah bekerja di perusahaan lain, ada perasaan sepi yang menelusup. Sebenarnya ia tidak rela kalau teman temannya pergi dari perusahaan itu, namun bukankah itu hak mereka?

Dulu bos dengan begitu mudah memecat satu persatu anak buahnya, sekarang seolah hal itu menjadi bumerang bagi bos, karena satu persatu pegawainya mengundurkan diri. Sejak omset perusahaan terus menurun tak ada yang betah bertahan di perusahaan itu, isu bahwa perusahaan tersebut akan dilelang pun terdengar sampai ke telinga para pegawai. Hingga suatu hari Santoso mendengar sendiri kepala produksi perusahaan itu mengatakan sesuatu yang membuat hatinya sepi, entah apa hubungannya perkataan tersebut dengan Santoso namun ia merasa perusahaan tempatnya bekerja sekarang tidak boleh mundur.

" Silakan hancur bersama persuhaan ini, saya sudah mendapatkan tawaran yang lebih baik, dan saya tak ingin menyulitkan diri dengan bertahan di perusahaan semacam ini"

begitulah, Dewa berkata, teman sekaligus kepala produksi di tempat kerja Santoso itu kini sudah bisa berlega hati dan bekerja di tempat lain.

Santoso sendiri sudah jauh hari mendapatkan tawaran yang lebih baik, namun ia belum memutuskan kapan ia akan keluar dari perusahaan tersebut.

Mungkin akan terlihat bodoh bagi orang orang yang mengerti bahwa perusahaan tersebut akan hancur dan kemudian ada pegawainya yang setia menemani sampai saat saat terakhir perusahaan tersebut.

Tak ada yang mengerti bagaimana perasaan santoso tehadap perusahaan tersebut, perusahaan itu adalah tempat pertama kali Santoso diterima kerja, ada sesuatu yang membuat Santoso masih bertahan di tempat itu, entah apa, Santoso pun tak tahu jelas apa yang membuat ia merasakan sesuatu yang sedih ketika melihat teman temannya menghianati perusahaan tersebut demi kelanjutan dan kesejahteraan hidup mereka sendiri. Dan tentu Santoso tak berhak mengatakan bahwa teman temannya berkhianat, mereka berhak memilih untuk kesejahteraan hidup mereka sendiri, sedangkan santoso tak pernah memikirkan tentang kesejahteraan. Apa yan membuat santoso masih bertahan di perusahaan itu adalah keceriaan para pegawainya yang setiap pagi selalu menebarkan senyum manis kepada semua orang dan semua jabatan. Ia merasa sesuatu selalu menguasai dirinya ketika ia menatap gedung kecil itu, ada embun yang turun ke palung hatinya. Tawaran untuk bekerja di perusahaan lain sudah ia terima, teman temannya juga sudah pergi. Kini tinggal segelintir orang yang masih bertahan di perusahaan itu, beberapa diantaranya tak tahu bahwa perusahaan tersebut mengalami kemunduran yang fatal, mereka masih bersetia dan bekerja seperti biasa. Santoso tak bisa mengulang waktu atau memundurkan waktu, jika suatu saat perusahaan tersebut dilelang bagaimana dengan nasib pekerjanya yang telah bersetia  di saat saat terakhir perusahaan tersebut?

Santoso tak pernah berpikir demikian, dan direktur mungkin tak pernah memikirkan nasib para pegawainya dengan serius, entahlah, pria itu lebih suka mondar mandir menghadiri berbagai pertemuan, tak pernah menegur pegawai, tak pernah berinteraksi dengan pegawai.

Suatu ketika Santoso bertemu dengan Dewa, mantan kepala produksi di perusahaannya sekaligus teman dekatnya.

" kamu itu aneh, Santoso, bekerja itu untuk dirimu sendiri, untuk kehidupanmu, kamu harus membuat perhitungan yang matang dalam mengambil keputusan, dan mengapa kamu masih bersetia pada perusahaan itu?"

Santoso hanya menggeleng sambil tersenyum. Ia tak tahu harus menjawab apa, setiap hari ia bekerja untuk perusahaan tersebut, bukan untuk dirinya, ia tak pernah memikirkan apakah gaji yang ia terima sebanding dengan kerja kerasnya selama ini. Ia hanya terus bekerja dan bekerja, ia tak peduli meski teman temannya telah pergi dan ia merasakan sesuatu yang lain.

Setiap pagi sebelum ia pergi ke kantor, ia berdoa untuk perusahaannya.

Namun perasaan sedih itu masih tak bisa hilang.

( Sumedang, 20 oktober 2010 )

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun